Kamis, 12 Desember 2019

Mahfud Md: Kasus 22 Mei Bukan Pelanggaran HAM, Polisi yang Diserang

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md menyebut kasus kerusuhan yang terjadi dalam demonstrasi pada 22 Mei lalu bukanlah pelanggaran HAM. Menurut Mahfud, yang terjadi saat itu adalah konflik karena pihak kepolisian yang diserang.

Mahfud awalnya menjelaskan ada perbedaan antara kejahatan dengan pelanggaran HAM. Mahfud mengatakan pelanggaran HAM menurut definisi hukum adalah pelanggaran yang dilakukan oleh aparat pemerintah yang terencana dengan tujuan tertentu.

"Polisi diamuk oleh rakyat itu bukan pelanggaran HAM. Ada rakyat ngamuk ke rakyat, itu bukan pelanggaran HAM. Itu yang sifatnya horizontal itu kejahatan kerusuhan gitu," kata Mahfud di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (12/12/2019).

Mahfud lalu menyinggung kasus kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei 2019 lalu. Menurutnya, kasus itu bukanlah pelanggaran HAM.

"Oh yang 22 Mei jangan bilang itu pelanggaran HAM. Kalau itu justru polisi yang diserang kan. Sudah ada videonya kan dilempar, diajak berkelahi, gitu kan. Jadi pada saat itu konflik. Itu bukan pelanggaran HAM yang terencana, mereka yang nyerang. Nanti kita lihat pengadilannya, kan pengadilannya masih berjalan," ungkapnya.

Mahfud mengatakan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga saat ini tidak ada isu pelanggaran HAM yang terjadi. Menurutnya, kasus pelanggaran HAM yang hingga saat ini belum tuntas bukan terjadi di era pemerintahan Jokowi.

"Nah coba lihat di era Pak Jokowi sejak 2014 sampai sekarang tidak ada isu pelanggaran HAM. Kejahatan banyak, pelanggaran juga banyak, dan itu sekarang sedang diproses. Oh ya harus diungkap semua berjalan secara hukum. Yang belum, mari kita selesaikan," ujar Mahfud.

"Tapi yang dikatakan pelanggaran HAM itu yang terencana dilakukan oleh negara untuk melakukan sesuatu yang merampas hak asasi rakyatnya atau membiarkan terjadinya pelanggaran HAM berkelanjutan, itu ada nggak? Ada, masih ada 11 kasus di Indonesia berdasarkan hasil yang diolah di sini, baik Komnas HAM maupun kita. Dalam 11 kasus itu terjadi jauh sebelum Pak Jokowi, bukan di masa Pak Jokowi," imbuhnya.

Mahfud mencontohkan pelanggaran HAM oleh negara terjadi di daerah operasi militer di Papua yang terjadi pada tahun 2001 dan 2003. Kejadian di Papua setelahnya disebut Mahfud bukan termasuk pelanggaran HAM.

"Karena pelanggaran HAM dalam kriminal itu memang selalu terjadi sejak dulu. Tapi pelanggaran HAM yang direncanakan oleh negara negara misalnya daerah operasi militer, DOM, itulah pelanggaran HAM. Paupua bisa mungkin, nanti kita lihat. Nah, Papua itu yang ada tendensi pelanggaran HAM itu kan tahun 2001 dan 2003, Wamena dan Wasior kan. Dan sesudah itu kan, nah ini masih soal hukum ini, dan jangan bilang itu pelanggaran HAM, itu rakyat bunuh rakyat di situ, dibakar itu, lalu turun aparat. Masa mau dibilang pelanggaran HAM," pungkasnya.

Polri Tak Bahas Kasus Novel dalam Pertemuan Mahfud Md dengan Kapolri

Polri mengatakan tak ada pembahasan kasus teror air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan dalam kunjungan kerja Menko Polhukam Mahfud Md ke Mabes Polri. Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta Kapolri Jenderal Idham Azis mengungkap pelaku teror Novel dalam waktu hitungan hari.

"Tidak ada (pembicaraan soal kasus Novel)," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Argo Yuwono kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2019).

Sebelumnya diberitakan, Mahfud mengunjungi Mabes Polri dalam rangka kunjungan kerja rutin. Mahfud mengaku fokus pembicaraannya dengan Idham dan jajaran terkait kesiapan menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat menjelang libur Natal dan tahun baru (Nataru).

"Saya hari ini kunjungan kerja biasa, rutin keliling ke yang lainnya juga. Kalau hari ini fokusnya itu kita menghadapi hari Natal dan tahun baru. Memberi jaminan keamanan dan ketentraman masyarakat, dan kita juga menyiapkan segala sesuatunya tentu saja," kata Mahfud usai pertemuan.

Pertemuan antara Mahfud dan Idham berlangsung tertutup. Pertemuan dilakukan sejak pukul 11.00 hingga 12.30 WIB.

Dalam pertemuan tersebut, Idham didampingi Kadiv Propam Irjen Listyo Sigit, Asops Kapolri Irjen Martuani Sormin, dan Staf Ahli Sosial Budaya Kapolri Irjen Fadil Imran.

Pejabat lain yang mendampingi Idham di antaranya Wakapolda Metro Jaya Brigjen Wahyu Hadiningrat, Dirtipideksus Brigjen Tornagogo, Karo Provos Brigjen Hendro Pandowo, Divisi Propam Polri dan Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Argo Yuwono.

Tiap Detik, Ada 110 Orang di Jepang yang Naik Turun Kereta

Indonesia baru mengoperasikan kereta bawah tanah MRT pertamanya pada Maret 2019 ini. Tapi Negeri Sakura Jepang telah lebih dulu melakukannya sejak 90 tahun lalu.

Hal ini menegaskan kehebatan Jepang dalam infrastruktur dan pengoperasian perkeretaapian di dunia. Fakta itu dituturkan oleh pihak Tokyo Metro saat rombongan MRT Fellowship 2019 berkunjung ke kantornya, Selasa (10/12/2019).

"Tokyo Metro telah ada sejak tahun 1920, lebih dari 90 tahun yang lalu," ujar Kimura Naoto selaku Direktur Departemen Hubungan Internasional Pusat Pelatihan Tokyo Metro pada rombongan.

Sebagai salah satu operator kereta terbesar di Jepang saat ini, Tokyo Metro sanggup mengangkut hingga 7,58 juta penumpang per hari di 9 rute atau jalur pengoperasiannya.

Total, mereka memiliki 195,1 Km rute yang tersebar seantero Tokyo. Apabila digabung dengan jalur partner mereka, jumlah panjangnya dapat mencapai 550 km.

Bukan hanya panjang relnya yang melingkupi Tokyo dan sekitarnya, Tokyo Metro juga memiliki 179 stasiun. Namun, kehebatan mereka jauh lebih teruji lewat jumlah penumpang yang berhasil mereka angkut per hari.

"Pengguna Tokyo Metro 7,58 juta per hari. Ada 110 orang per detik yang naik turun kereta," ujar Kimura.

Keberhasilan Tokyo Metro dalam memindahkan pengguna transportasi umum ke kereta pun tak lepas dari perencanaan lapangan mereka yang matang. Fakta menarik lainnya, Tokyo Metro juga mudah dicapai dari sejumlah lokasi strategis Tokyo.

"Minimal dalam waktu 10 menit ada stasiun," ujar Kimura.

Dengan panjang rel yang mencapai ratusan Km, ratusan stasiun dan etos kerja yang profesional, Jepang telah disebut berhasil dalam mengurai kemacetan di Tokyo khususnya melalui operator Tokyo Metro. Tentu hal ini jadi pembelajaran bagi operator kereta di Indonesia, khususnya DKI Jakarta.

Kapan Naik Transportasi Umum di Jakarta Cuma Pakai 1 Kartu?

Kartu perjalanan sejumlah transportasi umum di Jakarta yang disediakan pemerintah masih belum bisa digunakan untuk seluruh moda. Misalnya saja, kartu keluaran PT Kereta Api Indonesia/KAI (Persero) tak bisa digunakan untuk Transjakarta, maupun MRT.

Untuk itu, PT KAI dan PT MRT Jakarta (Perseroda) akan membentuk perusahaan baru (New Co) sebagai joint venture vehicle integrasi transportasi Jadebotabek. Otoritas perusahaan tersebut akan dipegang oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa program pertama yang akan dilakukan oleh perusahaan tersebut yakni menciptakan sebuah kartu perjalanan yang dapat digunakan untuk segala transportasi umum seperti Transjakarta, Kereta Commuter Indonesia (KCI), MRT, dan angkutan umum mikrotrans Jak Lingko.

"Angkutan umum bisa pakai kartu dan bisa pindah ke transportasi lainnya, misalnya pakai Transjakarta, bisa pindah-pindah dengan mudah. Tapi tidak bisa dengan KRL (KCI). Sekarang dengan integrasi ini maka rakyat bisa gunakan satu kartu untuk KRL, Transjakarta, dan angkutan umum," kata Anies usai menghadiri acara Apresiasi dan Penghargaan Zona Integritas 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Namun, Anies belum bisa mengungkapkan kapan kartu tersebut dapat diluncurkan. "Nanti ya kalau itu," ujarnya.

Selain program kartu integrasi tersebut, New Co ini juga akan membangun sarana integrasi antara Transjakarta dengan KRL. Sehingga, bus-bus Transjakarta bisa langsung mengakses stasiun-stasiun KRL dan kereta bandara.

"Jadi joint venture-nya itu Pemprov diwakili MRT, pemerintah pusat diwakili KAI. Lalu bentuk joint venture yang akan kelola KRL, akan kelola stasiun-stasiunnya dan juga kereta bandara. Jadi nanti stasiun itu bisa bus masuk ke dalam sehingga tidak macet. Jadi ini terintegrasi," jelas Anies.

Lagi-lagi, ia belum mau mengungkapkan stasiun KRL yang bakal menjadi lokasi utama dibangunnya integrasi dengan Transjakarta. "Nanti ya, nanti," tutupnya.