Kamis, 19 Desember 2019

Bukan Spanyol, Ini Kota Tua Filipina

Filipina bukan cuma pantai cantik. Di salah satu kotanya kamu bisa melihat kota tua Filipina yang bernuansa Spanyol. Bahkan kota ini masuk daftar UNESCO.

Liburan ke Filipina, salah satu kota yang bisa kamu kunjungi adalah Vigan City. Kota yang terletak di Provinsi Ilocos Sur, Filipina ini dibangun pada abad ke-16 pada zaman penjajahan Spanyol.

Di sini kamu bisa temukan bangunan-bangunan rumah, tempat peribadatan, restoran bergaya khas Spanyol yang telah ada semenjak abad ke 16 dan masih utuh lho!

Kota Vigan dianggap bernilai luar biasa sampai-sampai UNESCO menetapkannya sebagai situs warisan dunia yang perlu dilestarikan karena merupakan salah satu Hispanik yang tersisa di Filipina.

Terbang 4 jam menggunakan pesawat AIR Asia yang pemesanan tiket pesawatnya dilakukan lewat aplikasi tiket.com, akhirnya saya dan sahabat seperjalanan saya Ully tiba di bandara Ninoy Aquino Manila sekitar pukul empat sore.

Perjalanan selanjutnya ke kota Vigan ditempuh dengan naik bus Partas bertarif 760 peso dari terminal Cubao. Bus ini berangkat  pukul 9 malam. Lama tempuh perjalanan sekitar 8 jam.

Kami sampai di kota Vigan sekitar pukul 5 pagi. Kesan pertama begitu menginjakkan kaki di kota ini, seperti kembali ke masa lalu, seakan berada di era abad ke-16 dengan arsitektur bangunan-bangunan bergaya Spanyol yang dibiarkan menua.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju hotel dengan tricycle, yaitu sejenis kendaraan roda 3 yang unik karena mempunyai warna yang berbeda-beda. Selain tricycle moda transportasi disini yang lainnya adalah Kalesa sejenis kereta kuda khas Filipina, atau orang Indonesia biasa menyebutnya dengan delman.

Selepas makan siang kami berjalan-jalan melewati Plaza Burgos kemudian ke Plaza Salcedo, yang merupakan alun-alun pusat kota Vigan. Tepat di sekitaran Jalan Crisologo seorang pria berwajah Oriental menyapa kami.

"Tricycle Mam?" Sambil tersenyum ramah dia memperkenalkan diri.

"Saya Michael, tour guide di Vigan yang bisa mengantarkan ke tempat-tempat cantik di kota Vigan, katanya. Setelah negosiasi harga, akhirnya kami pun setuju untuk naik tricyclenya Michael dengan biaya sekitar 250 peso.

Sebelum city tour, Michael tour guide yang sangat ramah ini membantu kami mengambil foto-foto disekitaran Calle Crisologo. Calle Crisiologo merupakan  pusat wisata di kota Vigan.

Penjual souvenir, sederetan restoran dan kafe, pemain musik jalanan tampak sibuk dengan aktifitasnya masing-masing mewarnai kehidupan kota ini. Menelusuri Crisologo membangkitkan suasana tempo dulu dan membawa kita menjelajah jejak Spanyol di Filipina dengan bangunan-bangunan lama yang masih alami.

Bangunan-bangunan ini dulunya adalah rumah milik orang kaya pada jaman pendudukan Spanyol di Filipina. Uniknya disini, bangunan-bangunan ini masih asli, tembok-temboknya dibiarkan sekarat dan menua tanpa pernah dipoles kembali.

Itulah salah satu yang menjadi ciri khas dan keunikan kota Vigan. Setelah puas berfoto-foto dan menyelami suasana tempo dulu , kami pun memulai city tour bersama Michael.

Nah ini dia beberapa destinasi yang kami kunjungi selama city tour bersama Michael:

1. Vigan Cathedral Ilocos Sur

Vigan Cathedral merupakan gereja Katolik Roma yang dikenal juga dengan nama Saint Paul Cathedral. Katedral tua yang punya nilai sejarah karena dibangun di era Spanyol dan sudah tentu mempunyai arsitektur yang indah dan merupakan salah satu gereja Spanyol kuno di Filipina Utara.

Rabu, 18 Desember 2019

Arashiyama, Tak Hanya Sekadar Hutan Bambu

Apa yang pertama kali terlintas di benak kita saat mendengar nama Arashiyama? Pasti hutan bambunya. Namun, Arashiyama ternyata lebih dari itu.

Pasti sebagian besar dari kita akan memikirkan tentang barisan bambu-bambu yang tinggi dan ikonik yang kerap dijadikan latar foto para turis. Ya, itulah Arashiyama.

Namun, tahukah kamu bahwa di Arashiyama tidak hanya hutan bambunya saja yang sangat menarik untuk dikunjungi. Pada awal November lalu saya sekeluarga berkesempatan meluangkan waktu untuk berkunjung ke beberapa tempat di Jepang.

Arashiyama di Kyoto adalah salah satu tempat yang paling berkesan bagi kami. Bukan karena adanya hutan bambu yang terkenal itu saja, tetapi juga itu objek wisata alam serta toko-toko penjual di sekitarnya yang otentik dan mengesankan.

Perjalanan kami awali dari Stasiun Shin-Imamiya yang tepat berada di seberang Hotel kami di Osaka, lalu stop di Stasiun Tennoji dan melanjutkan ke Stasiun Kyoto dengan berpindah ke kereta Haruka dengan gambar khas Hello Kitty-nya lalu dengan menempuh waktu sekitar 1,5 jam akhirnya kami tiba di Stasiun Saga-Arashiyama.

Dari stasiun Saga-Arashiyama kami berjalan kaki sekitar 20 menit menuju Hutan Bambu Arashiyama. Sepanjang jalan menuju Hutan Bambu Arahsiyama kami melihat suasana yang sangat berbeda ketika berjalan di daerah Arashiyama, Kyoto.

Suasana Arashiyama terasa lebih tradisional dibandingkan Osaka maupun Tokyo. Barisan rumah dengan arsitektur khas Jepang berbaris rapi di sepanjang jalan. Lebih jauh nuansa asri serta dedaunan yang menguning khas musim gugur banyak tersebar di daerah Arashiyama. Selain itu juga, banyak terdapat penjual makanan dan buah tangan khas Jepang di kanan dan kiri jalan.

Sesampainya di Hutan Bambu Arashiyama, kami melihat tampilan ribuan barisan bambu yang instagenic. Di dalam kawasan tersebut kita akan menemukan juga kuil Shinto tua yang menarik yaitu Kuil Nonomiya.

Selain itu juga terdapat jaringan rel kereta api yang masih aktif yang membelah kawasan ini. Oleh karenanya ada palang penghalang dan petugas yang menjaga ketika kereta api lewat membelah hutan bambu Arashiyama.

Selesai berkeliling Hutan Bambu Arashiyama, kami melanjutkan berkeliling Arashiyama sekaligus mencari tempat makan dan untuk menunaikan salat. Dengan berbekal pencarian di Google kami menemukan restoran halal di daerah Arashiyama yang bernama Halal Restaurant Yoshiya Arashiyama. Jaraknya sekitar 30 menit berjalan kaki dari Hutan Bambu Arashiyama.

Sepanjang jalan menuju Yoshiya Arashiyama kami sangat terkesan dengan indahnya dan asrinya suasana disana. Banyak toko buah tangan dan makanan khas Jepang dengan harga yang terjangkau serta menggugah selera.

Ada banyak sekali turis yang lalu lalang di jalanan yang kecil khas pedesaan dengan mengenakan busana khas jepang. Selain itu juga banyak restoran dengan arsitektur unik khas Kyoto juga dengan mudah kita temukan. Nampak jelas setiap sudutnya terasa sangat khas pedesaan di Jepang.

Sesampainya Yoshiya Arashiyama kami harus mengantre beberapa menit untuk mendapatkan tempat duduk. Di restoran ini mereka sangat memerhatikan hidangan halal yang mereka sajikan.

Bahkan guna mendukung penerapan makanan halal ini mereka mempekerjakan seorang perempuan dari Indonesia yang berjilbab dan menyediakan tempat salat bagi para pengunjungnya.

Tidak heran banyak turis muslim yang berkunjung kesana kebanyakan dari Indonesia dan Malaysia. Untuk kualitas rasa dan harga juga sangat direkomendasikan di sini.

Selesai makan dan salat di Yoshiya kami menyempatkan untuk berfoto dan menjelajahi Sungai Katsura dan Jembatan Togetsukyo yang cantik dihiasi pegunungan dengan warna-warna khas musim gugur, sebuah perpaduan yang sangat elegan.

Jika memiliki waktu dan kesempatan kita dapat juga mencoba menaiki perahu khas Jepang untuk berlayar menikmati pemandangan sepanjang sungai Katsura ini.

Kesan saya sangat mendalam tentang pemandangan di Sungai Katsura, Arashiyama ini, bahkan saya merasa pemandangan ini adalah salah satu pemandangan yang tercantik yang pernah saya temukan di Jepang. Kombinasi sungai, jembatan dan bukit pegunungan dengan warna khas musim gugur adalah suatu pemandangan yang jarang ditemukan.