Musim hujan sudah tiba, namun aktivitas pendakian tetaplah ramai. Punya banyak tantangan, berikut tips mendaki gunung di musim hujan.
Hai sahabat pendaki, sudah Desember aja ya, artinya di Indonesia sudah masuk musim hujan. Masih semangat buat mendaki walau basah-basahan?
Memang ya, kalau sudah mendaki gunung bisa bikin candu. Walau musim panas, musim hujan tetap saja bawaanya mau naik gunung. Alhasil naik gunung saat musim penghujan sudah pasti kita bisa basah kuyup, bahkan bisa mandi lumpur di jalur pendakian karena becek.
Mendaki di musim hujan tidak hanya masalah basah dan kotor terkena lumpur, dari segi safety, pendakian di musim penghujan juga memiliki resiko yg lebih tinggi.
1. Tersambar petir
Sudah enggak asing lagi ya sahabat pendaki, saat hujan identik dengan petir. Tidak jarang kita mendengar atau membaca berita tentang tersambar petir saat mendaki gunung.
Petir pada dasar memiliki sifat menyambar benda tertinggi di suatu area atau Lebih mungkin menyambar benda yang terbuat dari logam, atau paling tidak yang bermuatan.
Salah satu cara cepat menghindari petir ialah dengan masuk ke dalam gedung yg berada di sekitar anda. Tapi gimana kasusnya saat kita di alam bebas seperti saat kita mendaki gunung?
Jika berada di dalam bangunan namun tidak ada banguan lain disekitarnya seperti di pos pendakian, maka segera jauhi pintu, jendela, dan tempat lain dimana air dapat masuk.
Gunakan alas kaki dari karet, dan kenakan pakaian kering/ segera ganti pakaian jika basah. Jangan berdiri bergerombol bila anda sedang berada di luar ruangan, matikan HP, Ipod , dan gadget elektronik lainnya.
Bila Anda sedang berjalan di area terbuka (sedang tracking misalnya), segera berhenti. Duduklah di atas tas anda, peluk lutut anda dan bungkukkan badan. Usahakan tidak menyentuh tanah.
Jangan terlalu dekat dengan pohon, namun jangan terlalu jauh. Buat jarak kira-kira 1/2 tinggi pohon, jarak yang ideal untuk mengalihkan petir mengenai pohon namun tidak merambat ke tubuh anda.
Jika ada korban yang terkena sambaran petir, tangani dengan hati-hati dan jangan dibawa bersama barang yang bermuatan listrik agar tidak kembali disambar petir. Itulah beberapa tipsnya, atau kalau mau lebih aman lagi tunda dulu mendaki saat musim hujan.
2. Resiko mengalami hipotermi
Saat mendaki gunung, kehujanan dan basah, waspadai bisa terkena hipotermi. Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh menurun drastis hingga di bawah 35oC.
Ketika suhu tubuh berada jauh di bawah normal (37oC), fungsi sistem saraf dan organ tubuh lainnya akan mengalami gangguan. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan gagal jantung, gangguan sistem pernapasan, dan bahkan kematian.
Hipotermia terjadi ketika panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak panas yang hilang. Sejumlah kondisi yang berpotensi membuat panas tubuh banyak hilang dan menyebabkan hipotermia, yaitu, terlalu lama berada di tempat dingin, mengenakan pakaian yang kurang tebal saat cuaca dingin, terlalu lama mengenakan pakaian basah, terlalu lama di dalam air, misalnya akibat kecelakaan kapal.
Bila orang tersebut masih bernapas dan denyut nadinya masih ada, lakukanlah tindakan berikut ini untuk membuat suhu tubuhnya kembali normal:
Pindahkan korban ke tempat yang lebih kering dan hangat. Pindahkan secara hati-hati karena gerakan yang berlebihan dapat memicu denyut jantungnya berhenti.
Jika pakaian yang dikenakannya basah, maka gantilah dengan pakaian yang kering.
Tutupi tubuhnya dengan selimut atau mantel tebal agar hangat, jika tersedia, gunakan thermal atau emergency blanket, masukkan korban ke dalam sleeping bag agar lebih hangat.
Jika dia sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat dan manis.
Berikan kompres hangat dan kering untuk membantu menghangatkan tubuhnya. Letakkan kompres di leher, dada, dan selangkangan. Hindari meletakkan kompres di lengan atau tungkai karena malah menyebabkan darah yang dingin mengalir kembali ke jantung, paru-paru, dan otak.