Senin, 23 Desember 2019

Akhir Pekan Ini, Banyuwangi Kembali Hadirkan Jazz Gunung Ijen

Banyuwangi selalu punya banyak acara untuk menghibur wisatawan. Akhir pekan ini misalnya, ada Jazz Gunung Ijen.

Menawarkan pemandangan dengan latar belakang kawasan persawahan dengan ratusan patung terakota penari Gandrung yang tersebar, Jazz Gunung Ijen akan diselenggarakan pada 21 September 2019 di Amphiteater Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi. Tompi, Yura yunita akan meramaikan gigs yang digelar di ketinggian 600 mdpl.

Jazz Gunung Ijen ini digelar Jazz Gunung Indonesia selaku promotor, yang siap kembali dengan rangkaian gelaran jazz gunung series-nya. Taman Gandrung Terakota ini berada di kawasan Jiwa Jawa Resot Kecamatan Licin, Banyuwangi.

Dikatakan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas Jazz Gunung Ijen telah menjadi rangkaian festival musik jazz yang rutin digelar Banyuwangi. Even ini turut mewarnai beragamnya atraksi pariwisata di Banyuwangi.

"Banyuwangi mempunyai destinasi wisata yang lengkap, ada pantai, hutan dan gunung. Semuanya ada. Jazz Pantai sudah kami gelar Agustus lalu dan sekarang saatnya Jazz gunung Ijen yang melengkapi atraksi wisata di kawasan pegunungan kami. Musisi jazz nasional seperti Tompi dan Yura Yunita siap menghibur para penikmat jazz. Dan tak lupa Djaduk Ferianto's Ring of Fire Project juga akan tampil," kata Bupati Anas kepada wartawan, Rabu (18/9/2019).

Jazz Gunung Ijen akan menjadi salah satu pagelaran musik yang spesial, mengingat kapasitas pengunjung hanya 800 orang membuat suasana acara ini menjadi lebih intim dan hangat akan interaksi antara penampil dengan penonton yang hadir. Terlebih lagi, Jazz Gunung Ijen juga menjadi bagian kalender wisata Majestic Banyuwangi Festival 2019.

Pengelola Jiwa Jawa Ijen, Bagas Pramono, mengatakan jazz gunung hadir dengan energi yang sama 'Jazz Bersaksi Untuk Ibu Pertiwi'. Jazz Gunung Ijen melanjutkan pesan bahwa musik jazz sebagai sebuah simbol kebebasan berekspresi, menyuarakan perlawanan, hingga semangat perubahan, ialah sedikit dari banyaknya makna jazz dikehidupan kita.

"Menariknya, jazz juga hadir sebagai harmonisasi dari segala perbedaan yang ada," kata Bagas.

Pada tahun ini, lanjut Bagas, Jazz Gunung Ijen turut dimeriahkan oleh musisi-musisi idola tanah air, di antaranya adalah Djaduk Ferianto's Ring of Fire Project feat. Endah Laras & Ricad Hutapea menampilkan repertoar lagu-lagu Didi Kempot; Tompi yang siap membawakan tembang- tembang populernya.

"Juga ada Yura Yunita seorang penyanyi muda berbakat yang baru saja merilis album keduanya bertajuk Merakit, Parkdrive band acid-jazz, soul, funk, rnb yang baru saja kembali bersama album terbarunya setelah satu dekade hiatus dari dunia permusikan, dan MLD Jazz Project Season 4," ujarnya.

Dan tak lupa, Bintang Mencari Bintang yang merupakan proyek pemain bass Bintang Indrianto dalam mencari talenta-talenta anyar dari muda-mudi Banyuwangi untuk tampil di jazz Gunung Ijen 2019.

"Gagasan proyek Bintang Mencari Bintang dicetuskan oleh Bapak Sigit Pramono sebagai rangkaian pra-acara Road to Jazz Gunung Ijen 2019, dengan tujuan agar menghasilkan regenerasi musisi jazz lokal sehingga tercipta ekosistem yang baik bagi kancah musik jazz tanah air," ujar Bintang Indrianto.

Selain pertunjukan musik, di Taman Terakota Gandrung pengunjung juga dapat menikmati santap makanan dari beberapa gerai yang tersedia di area Jiwa Jawa Resort Ijen, di antaranya Roemah Tjoklat, Java Banana Ijen, Warung Sabin, dan tenant-tenant makanan lainnya.

Tiga Strategi Datangkan Turis ke Indonesia Lewat Bandara Baru Yogya

 Yogyakarta International Airport (YIA) sebagai bandara baru di Yogyakarta diharapkan juga sebagai gerbang masuk baru turis. Ini tiga strategi mendatangkannya.

Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya memiliki 3 strategi untuk meningkatkan kunjungan wisata khususnya wisatawan mancanegara (wisman) melalui Yogyakarta International Airport (YIA). Hal itu juga untuk meningkatkan lama tinggal wisman di Joglosemar hingga 8 hari.

"Satu yaitu, branding, contohnya di luar negeri seperti di bus, TV, branding Borobudur selalu muncul. Kedua advertising, event-event yang ada di Joglosemar (Jogja Solo Semarang) nanti kita promosikan. Ketiga selling, selling ini ada insentif, nanti bagi airlines yang terbang ke YIA ini akan kita beri insentif, contohnya kita promosikan," katanya saat ditemui di Bandara YIA, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Kamis (18/9/2019).

"Misalkan sekarang yang ada baru dari Singapura dan Malaysia itu akan kita tambah, terutama LCCnya (low cost carrier), karena untuk wisatawan lebih banyak LCC," sambung Arief.

Selain 3 strategi tersebut, Arief spesifikasi YIA mampu menarik maskapai asing untuk datang ke Indonesia melalui YIA. Menurutnya, hal itu akan menunjang tercapainya target 2 juta kunjungan wisman ke Destinasi Super Prioritas (DSP) Candi Borobudur.

"Demikian juga ada tantangan yang bisa kita jawab, dulu Emirates mau terbang ke sini pakai triple 7 belum bisa, dan akan kita tawarkan ulang itu. Karena dari spesifikasi teknis YIA terbaik di Indonesia, pesawat terbesar dan terberat pun bisa landing di YIA," katanya.

Tak hanya memaksimalkan spesifikasi YIA yang sangat mumpuni, Arief akan berkoordinasi dengan Dirut AP I untuk menggandeng maskapai lokal agar mau menerbangkan wisman ke destinasi wisata di Indonesia.

"Semakin besar pesawat, semakin murah harga persatuannya, nanti kalau pak Dirut setuju ini jadi hub (penghubung). Dari sini (YIA) kita terbangkan ke destinasi wisata lainnya, karena membawanya (pesawat) besar dari sana murah dan tinggal domestik flightnya, misal kerjasama dengan Garuda grup untuk menerbangkan (wisman) ke seluruh Indonesia," ucap Arief.

Selain itu, Arief juga menyoroti masalah lama tinggal wisman di DSP Candi Borobudur. Menurutnya, hal itu karena kurangnya atraksi di tempat-tempat wisata yang berada di Jawa Tengah (Jateng) dan DIY.

"Orang (wisman) di Borobudur dan sekitarnya hanya 1,5 hari dan di Yogyakarta saja hanya 2,5 hari, itu sangat kecil dengan angka nasional yakni 8 hari tinggal. Padahal wisman itu pergari spending US$ 150, kalau 8 hari kan bisa US$ 1200," ucapnya.

"Karena apa? Karena kurang atraksinya, sehingga kita harus buat paket sedemikian rupa, sehingga dari 2 hari (lama tinggal) bisa meningkat 3, 4, 5, 6 sampai 8 hari. Itu bisa tercapai kalau kita mikirnya minimal seluas Joglosemar, poinnya kita harus buat destinasi wisata terbaik di 2 provinsi (Jateng dan DIY), tidak boleh ada batas-batas administrasi dalam pengembangan pariwisata sehingga akhirnya lama tinggal wisman di Joglosemar bisa mencapai 8 hari," imbuh Arief.