Senin, 23 Desember 2019

Tiga Strategi Datangkan Turis ke Indonesia Lewat Bandara Baru Yogya

 Yogyakarta International Airport (YIA) sebagai bandara baru di Yogyakarta diharapkan juga sebagai gerbang masuk baru turis. Ini tiga strategi mendatangkannya.

Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya memiliki 3 strategi untuk meningkatkan kunjungan wisata khususnya wisatawan mancanegara (wisman) melalui Yogyakarta International Airport (YIA). Hal itu juga untuk meningkatkan lama tinggal wisman di Joglosemar hingga 8 hari.

"Satu yaitu, branding, contohnya di luar negeri seperti di bus, TV, branding Borobudur selalu muncul. Kedua advertising, event-event yang ada di Joglosemar (Jogja Solo Semarang) nanti kita promosikan. Ketiga selling, selling ini ada insentif, nanti bagi airlines yang terbang ke YIA ini akan kita beri insentif, contohnya kita promosikan," katanya saat ditemui di Bandara YIA, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Kamis (18/9/2019).

"Misalkan sekarang yang ada baru dari Singapura dan Malaysia itu akan kita tambah, terutama LCCnya (low cost carrier), karena untuk wisatawan lebih banyak LCC," sambung Arief.

Selain 3 strategi tersebut, Arief spesifikasi YIA mampu menarik maskapai asing untuk datang ke Indonesia melalui YIA. Menurutnya, hal itu akan menunjang tercapainya target 2 juta kunjungan wisman ke Destinasi Super Prioritas (DSP) Candi Borobudur.

"Demikian juga ada tantangan yang bisa kita jawab, dulu Emirates mau terbang ke sini pakai triple 7 belum bisa, dan akan kita tawarkan ulang itu. Karena dari spesifikasi teknis YIA terbaik di Indonesia, pesawat terbesar dan terberat pun bisa landing di YIA," katanya.

Tak hanya memaksimalkan spesifikasi YIA yang sangat mumpuni, Arief akan berkoordinasi dengan Dirut AP I untuk menggandeng maskapai lokal agar mau menerbangkan wisman ke destinasi wisata di Indonesia.

"Semakin besar pesawat, semakin murah harga persatuannya, nanti kalau pak Dirut setuju ini jadi hub (penghubung). Dari sini (YIA) kita terbangkan ke destinasi wisata lainnya, karena membawanya (pesawat) besar dari sana murah dan tinggal domestik flightnya, misal kerjasama dengan Garuda grup untuk menerbangkan (wisman) ke seluruh Indonesia," ucap Arief.

Selain itu, Arief juga menyoroti masalah lama tinggal wisman di DSP Candi Borobudur. Menurutnya, hal itu karena kurangnya atraksi di tempat-tempat wisata yang berada di Jawa Tengah (Jateng) dan DIY.

"Orang (wisman) di Borobudur dan sekitarnya hanya 1,5 hari dan di Yogyakarta saja hanya 2,5 hari, itu sangat kecil dengan angka nasional yakni 8 hari tinggal. Padahal wisman itu pergari spending US$ 150, kalau 8 hari kan bisa US$ 1200," ucapnya.

"Karena apa? Karena kurang atraksinya, sehingga kita harus buat paket sedemikian rupa, sehingga dari 2 hari (lama tinggal) bisa meningkat 3, 4, 5, 6 sampai 8 hari. Itu bisa tercapai kalau kita mikirnya minimal seluas Joglosemar, poinnya kita harus buat destinasi wisata terbaik di 2 provinsi (Jateng dan DIY), tidak boleh ada batas-batas administrasi dalam pengembangan pariwisata sehingga akhirnya lama tinggal wisman di Joglosemar bisa mencapai 8 hari," imbuh Arief.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar