Pasca kerusuhan di Papua Barat, kini wilayah tersebut mulai bangkit kembali. Traveler pun bisa datang ke festival bahari Raja Ampat dengan biaya cuma Rp 5 Juta.
Kementerian Pariwisata baru saja meluncurkan 2 acara yang masuk dalam Calendar of Events Papua Barat. Yakni Festival Seni Budaya Raja Ampat yang akan digelar pada 7-11 Oktober 2019 mendatang di Manokwari dan Festival Pesona Bahari Raja Ampat yang berlangsung pada 18-22 Oktober 2019 mendatang di Pantai Waisai Torang Cinta (WTC).
Bagi para traveler yang ingin menjelajah Papua Barat khususnya Raja Ampat, ada penawaran menarik dari Ethnic Journey by G Tour. Dalam rangka acara Festival Bahari Raja Ampat, ada penawaran menarik untuk perjalanan tanggal 18-23 Oktober 2019 mendatang.
Selama 6 hari 5 malam, traveler akan memulai perjalanan dari Sorong menuju Waisai. Kemudian akan melihat opening ceremony Festival Bahari Raja Ampat, Mayalibit Trip, ke Piaynemo dan berbagai pulau lain di sekitarnya.
Traveler juga bisa melihat wild life activities, water activites dan island hopping. Untuk harganya dimulai dari Rp 5,3 jutaan per pax dengan maksimal grup 10 orang. Untuk informasi lebih lanjut, traveler bisa menuju ke website resmi G-Tour.
Selain itu, Raja Ampat juga memiliki sejumlah spot wisata menarik. Seperti Wayag yang ikonik atau Piaynemo tempat yang pernah dikunjung Jokowi. Traveler juga bisa pergi ke Arborek, desa wisata yang dihuni warga lokal.
Bahkan, di Sorong pun traveler bisa menikmati kuliner lezat. Yakni berbagai seafood segar yang beragam. Yuk, coba jelajahi Papua Barat khususnya Raja Ampat!
Mengenal Nondoi, Tradisi Adat Berbalut Mistis di Ibu Kota Baru
Meski nanti akan jadi ibu kota baru, Penajam Paser Utara masih memegang tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Salah satunya Nondoi yang berbau mistis.
Penajam Paser Utara bersama dengan Kutai Kartanegara sudah ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai ibu kota baru menggantikan Jakarta. Nantinya kedua kota ini akan jadi pusat pemerintahan yang modern.
Meski modernitas sebentar lagi akan menghampiri, Penajam Paser Utara masih melestarikan tradisi yang sudah diwariskan selama turun temurun. Salah satunya adalah Nondoi, yang setiap tahun sebagai festival adat.
Tim Jelajah Ibu Kota Baru detikcom bertemu dengan Helena, Kepala Seksi Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Kominfo Penajam Paser Utara (PPU). Helena yang juga Kepala Adat Dayak menceritakan kepada kami soal tradisi Nondoi yang digelar setiap tahun ini.
"Nondoi adalah ritual adat tertua suku Paser. Setiap tahun digelar, sudah jadi acara tahunan. Tahun ini digelar bulan Oktober besok, rencananya akan digelar 12 hari 12 malam," terang Helena.
Dilihat dari sisi sejarah, upacara Nondoi pertama kali dilaksanakan oleh Nalau Raja Tondoi, salah satu raja di Kesultanan Paser tempo dulu. Dalam acara Nondoi akan ada ritual yang disebut Belian.
"Belian itu sendiri dalam kosa kata kami, berasal dari kata Beli artinya dalam bahasa Paser itu taring. Kemudian kosa kata kedua itu Kelian. Kelian itu bahasa kami untuk sembuh, mampu bangkit. Nah kalau diterjemahkan, Beli dan Kelian jadi Belian artinya Taring yang bisa menyembuhkan," imbuh Paidah Riansyah, Ketua Laskar Pertahanan Adat Penajam Paser Utara.
Ritual Belian dipimpin oleh Mulang alias dukun adat. Dalam rangkaian prosesi Belian, sang Mulung (Dukun Belian) akan mengenakan taring, sabang sambit namanya. Selain taring, Mulung juga mengenakan gelang kuningan bernama gitang.
Gitang kuningan ini berat sekali, lebih dari 2 kg per gelangnya. Masing-masing di tangan Mulang, ada 2 gelang kuningan tadi. Gelang ini harus masuk seluruhnya ke tangan Mulang, jika tidak masuk maka ritual tersebut tidak direstui oleh leluhur.