Senin, 23 Desember 2019

Banyak Kecelakaan di Nusa Penida & Nusa Lembongan, Harus Bagaimana?

Maraknya turis asing yang mengalami kecelakaan hingga tewas di Nusa Penida dan Nusa Lembongan jadi sorotan himpunan pramuwisata Indonesia (HPI). Apa katanya?

Ketua HPI I Nyoman Nuarta mengusulkan adanya moratorium alias penutupan sementara ke kawasan wisata itu sampai infrastruktur penunjang selesai dibangun.

"Terkait dengan persoalan matinya warga negara asing di kawasan pantai memang harus segera dilakukan moratorium terkait dengan persoalan yang ada di Nusa Penida, Ceningan, dan Lembongan. Kami mengusulkan agar ada satu badan atau otoritas yang punya kewenangan mengendalikan tata kelola pariwisata yang ada di laut Nusa Penida," kata Nuarta saat dihubungi wartawan, Rabu (8/9/2019).

Nuarta mengusulkan perlu adanya pengawasan zona darat dan laut di tiga nusa tersebut. Dia berharap pemda Klungkung membentuk suatu badan untuk menata kedua zonasi tersebut.

"Jadi agar zona laut ini bisa berjalan efektif dalam sisi pengawasan terhadap masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata di sana.Juga membangun kesadaran bagi SDM yang ada di tiga nusa tersebut. Kemudian, dibentuk oleh Pemda Klungkung yang memberikan kewenangan atau diskresi kepada badan ini untuk mengendalikan tata kelola di zonasi laut," urainya.

Nuarta mengatakan saat ini obyek wisata Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan memang populer di kalangan wisatawan mancanegara. Hanya saja menurutnya infrastruktur hingga penegakan hukum masih belum siap menampung kunjungan wisatawan yang ada.

"Saya melihat seakan-akan tiga nusa ini ada kekagetan ketika didatangi wisatawan berbondong-bondong ke sana. SDM belum siap, infrastruktur ikutannya belum ada, pengawasan belum efektif, law enforcement nggak jelas, semua dijalankan secara konvensional," paparnya.

"Misal persoalan yang kemarin (speedboat tenggelam) bagaimana ansuransinya, tercover nggak?," lanjut Nuarta.

"Artinya banyak hal yang harus dibenahi. Persiapan zonasi di tiga nusa ini tak terencana dari awal, saya juga berharap ada satu blue print yang jelas di mana perusahaan bisa bergerak, hotel didirikan. Zonasi ini harus disesuaikan dengan yang ada di Klungkung," sambung Nuarta.

Dia juga menyoroti perbedaan antara balawista (badan penyelamat wisata tirta) di Klungkung dengan balawista di Pantai Kuta. Menurutnya balawista di Klungkung masih kurang sigap.

"Di sana tak seperti di Kuta, di tiga nusa ini tak berjalan efektif. Kalaupun ada pemahaman juga belum punya pengalaman mahir, bagaimana tata cara penyelamatan manakala ada persoalan di laut. Ini keterlambatan bantuan misalnya balawista ini harus jadi garda terdepan. Harus ada zonasi mana yang dilarang dan mana yang boleh," cetusnya.

Nuarta pun meminta Pemda Klungkung untuk mulai membuat zonasi bagi wisatawan, dan memasang rambu-rambu peringatan atau bendera sebagai penanda. Dia berharap usulan ini bisa dipertimbangkan demi keselawatan wisatawan.

"Tolong inventaris dulu tempat-tempat yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, buat sign atau peringatan/pengumuman atau bendera merah-kuning sebagai tanda. Ini kecil tapi pubya arti luar biasa, contohnya di Nusa Dua ada bendera-benera," paparnya.

"PR ini buat Pemda Klungkung, kalau dibiarkan terus nanti citra Bali tak hanya Klungkung saja, implikasinya kepada pariwisata Bali secara menyuluruh soal safety dianggap serampangan," pesan Nuarta.

Kecelakaan di kawasan obyek wisata tersebut di antaranya turis jatuh karena terlalu asyik selfie hingga tenggelam di kawasan Devil's Tear, Nusa Penida, Nusa Lembongan. Dalam pekan ini ada tiga turis asing yang meninggal karena kecelakaan saat liburan di obyek tersebut yakni wanita asal Brasil Caval Heir O Biron (48), pria asal Afrika Selatan Victor Johannes Allers (43), dan terakhir turis asal Malaysia Shahfulnizam bin Jamaludin (40).

Biron dan Allers tewas dalam setelah kapal yang ditumpanginya dihantam ombak di perairan Devil's Tears, Senin (16/9). Kemudian Shahfulnizam tewas tenggelam saat berenang di Pantai Diamond, siang tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar