Rabu, 01 Januari 2020

Solo Traveling Jadi Tren Anak Milenial

Generasi milenial menjadikan traveling sebagai gaya hidup. Riset terbaru menunjukan separuh mereka lebih suka pergi seorang diri.

Generasi milenial memang dikenal kreatif dan independen. Hal itu pun juga berlaku pada gaya traveling kaum milenial. Berdasarkan data dari maskapai bujet Scoot yang diterima detikcom, Selasa (13/8/2019), sekitar 50% milenial bepergian sendiri selama semester pertama tahun 2019.

Motivasi mereka pun berbeda-beda. Ada traveler yang bepergian naik pesawat untuk liburan maupun bekerja. Hanya saja, dilakukan seorang diri.

"Milenial terkenal akan kebebasan dan jiwa petualang mereka, dan kami dapat melihat ini dari jejak mereka di berbagai destinasi kami di Asia dan Eropa," ujar Calvin Chan, Chief Commercial Officer sementara Scoot.

Menyadari potensi tersebut, pihak maskapai Scoot menawarkan tarif FLY tanpa tambahan makanan dan bagasi check-in. Lebih dari 90% traveller solo dari generasi milenial Indonesia memilih tarif FLY selama semester pertama tahun 2019, memanfaatkan jatah bagasi kabin gratis seberat 10kg.

Selain itu, Scoot juga merangkum 10 kota wisata populer bagi solo traveler dari kalangan milenial. Selain Singapura, destinasi teratas adalah Taipei di Taiwan. Traveler yang ingin menjelajahi beberapa kota sekaligus dapat terbang ke Taipei dan kembali dari Kaohsiung atau sebaliknya.

Berikut daftar 10 destinasi paling populer untuk solo traveler:

1. Taipei, Taiwan
2. Hong Kong, Tiongkok
3. Bangkok, Thailand
4. Melbourne, Australia
5. Kaohsiung, Taiwan
6. Sydney, Australia
7. Hanoi, Vietnam
8. Berlin, Jerman
9. Jeddah, Arab Saudi
10. Guangzhou, Tiongkok

Kemenpar Gelar FGD di Pesantren Bahas Wisata Religi di Banten

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan melakukan focus group discussion (FGD) untuk mengembangkan potensi wisata religi di perdesaan dan perkotaan Banten. Menurut Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar, Oneng Setya Harini, FGD ini adalah langkah untuk mengidentifikasi potensi dan memberikan pemahaman tentang pengelolaan wisata religi dan wisata perdesaan.

Rencananya, kegiatan ini akan digelar di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten pada Rabu (13//8/2019). FGD ini juga turut mengundang narasumber dari Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal, Ketua Tim Percepatan Wisata Perdesaan, pengelola pesantren, dan juga H Ahmad Yani dari MDI MUI yang akan menyampaikan tentang manajemen masjid profesional.

"FGD ini juga merupakan rintisan pengembangan wisata budaya. Nantinya secara bertahap akan diberikan bimbingan teknis agar dapat menghasilkan produk wisata religi dengan paket-paket wisata yang terintegrasi dengan potensi daya tarik wisata lain di sekitar Banten. Karena Banten memiliki potensi sangat besar dan memiliki daya saing yang tinggi," ujar Oneng dalam keterangannya, Selasa (13/8/2019).

Oneng juga mengatakan bahwa pengembangan wisata budaya dihadapkan pada sejumlah permasalahan mendasar, yaitu manajemen pengelolaan kawasan. Hal ini terjadi karena belum terintegrasinya antarsektor untuk mengembangkan kawasan tersebut. Selain itu, ada juga masalah tingginya keegoisan antar individu dan sektor.

"Serta masih kurangnya kemampuan guide atau pengelola dalam hal interpretasi dan storytelling serta belum optimalnya pengelolaan berprinsip go digital. Kita akan bahas semua di FGD," ucap Oneng.

Menurut Oneng, dalam pertemuan tersebut, Kemenpar juga akan mengajak tokoh masyarakat yang hadir untuk mengampanyekan atau membudayakan nilai-nilai Sapta Pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan dalam keseharian pondok pesantren maupun masyarakat sekitarnya. Melalui FGD ini, ia berharap dapat memberikan gambaran secara utuh tentang pengembangan wisata religi, termasuk pengelolaan desa wisata di sekitar pondok pesantren.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani, mengatakan FGD akan mengidentifikasi produk wisata perdesaan dan perkotaan di Tanara. Menurutnya, FGD juga bertujuan untuk mengadakan kesepahaman dengan pemerintah setempat dalam pengembangan wisata religi.

Tak Cuma Wisata Kekinian, Dayeuh Manggung Hadirkan Seni Tradisional

Pembukaan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung diawali dengan pertunjukan Badogar. Seni helatan dari akronim Barong Domba Garut ini dipentaskan dengan musik pengiring yang dimainkan oleh 30 orang.

Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah mengatakan, Badogar adalah tarian barong yang menampilkan kekuatan dan kegagahan fisik. Ada dua orang penari utama yang memerankan karakter domba hitam sebagai simbol kejahatan dan domba putih sebagai simbol kebaikan. Sesuai karakternya, kostum yang dikenakan pun memiliki unsur domba. Dalam hal ini, terdapat bulu-bulu tebal yang disematkan di bagian dada.

"Terima kasih sambutan masyarakat yang mengagumkan ini. Seperti kita ketahui tarian ini sangat menarik karena ditampilkan secara kolaborasi dengan musik tradisional. Ini adalah pertunjukan yang harmonis, dinamis dan atraktif," ujar Ferdiansyah, dalam keterangan tertulis, Selasa (13/8/2019).

Ferdiansyah menambahkan, untuk musik Badogar lebih menonjolkan gamelan salendro yang dilengkapi alat pendukung berupa bedug, kohkol, tarangtang, terompet dan kecrek. Menurutnya pemilihan alat tersebut sangat tepat. Ini menjadi kolaborasi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan pemerintah daerah yang sangat bagus sekali.

Bupati Garut Rudy Gunawan menjelaskan, Badogar lahir dari seorang mantan pejabat Disbudpar Garut, yaitu Cecep Surahman. Inspirasi seni ini muncul ketika beliau melihat seekor domba laga dalam kesenian ketangkasan domba Garut.

"Secara umum, seni Badogar bisa dipentaskan di luar atau di dalam ruangan. Namun, belakangan seni tersebut biasa ditampilkan dalam penyambutan tamu penting, dan perayaan hari besar kenegaraan. Di sisi lain, tak sedikit masyarakat yang ikut mementaskannya dalam acara khitanan atau pernikahan. Bahkan di perayaan ulang tahun atau peresmian kantor," beber Rudy.

Menurut Rudy, seni Badogar sangat tepat ditampilkan dalam pembukaan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung. Menurutnya, ini sesuai dengan konsep yang ditawarkan pengelola. Di mana, Dayeuh Manggung tidak hanya menawarkan hal-hal yang unik dan kekinian. Tetapi juga menghadirkan beragam pertunjukan yang dimaksudkan untuk menghibur semua pengunjung.

"Badagor hanyalah seni pembuka. Masih ada pertunjukan lain yang tak kalah seru. Seperti rampak gendang, permainan angklung, celentung, jaipong dan bangreng. Semua menarik. Bahkan untuk permainan angklung dilakukan oleh 50 orang penyandang disabilitas dari Perkumpulan Sabilulungan, binan Bapak Ferdiansyah," ucapnya.

Sebagai pasar wisata digital, lanjut Rudy, Dayeh Manggung juga menghadirkan aneka kuliner khas Garut yang menggugah selera. Pada kesempatan ini, dihadirkan nasi liwet domba Garut, burayot, dan goreng pepes ayam khas Cilawu.

Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat mendukung pembukaan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung. Menurutnya, destinasi digital merupakan langkah tepat untuk mengangkat sebuah destinasi.

"Destinasi digital memungkinkan kita menyerap lebih banyak wisatawan, bahkan turis mancanegara. Setiap kita membuat destinasi digital, ribuan orang datang ke sana. Destinasi digital telah memenuhi kebutuhan para netizen, terutama kaum milenial," jelasnya.

Arief menegaskan kebutuhan seperti ini adalah kebutuhan untuk diakui. Tidak hanya terjadi di anak muda, tapi juga orang tua.