Generasi milenial menjadikan traveling sebagai gaya hidup. Riset terbaru menunjukan separuh mereka lebih suka pergi seorang diri.
Generasi milenial memang dikenal kreatif dan independen. Hal itu pun juga berlaku pada gaya traveling kaum milenial. Berdasarkan data dari maskapai bujet Scoot yang diterima detikcom, Selasa (13/8/2019), sekitar 50% milenial bepergian sendiri selama semester pertama tahun 2019.
Motivasi mereka pun berbeda-beda. Ada traveler yang bepergian naik pesawat untuk liburan maupun bekerja. Hanya saja, dilakukan seorang diri.
"Milenial terkenal akan kebebasan dan jiwa petualang mereka, dan kami dapat melihat ini dari jejak mereka di berbagai destinasi kami di Asia dan Eropa," ujar Calvin Chan, Chief Commercial Officer sementara Scoot.
Menyadari potensi tersebut, pihak maskapai Scoot menawarkan tarif FLY tanpa tambahan makanan dan bagasi check-in. Lebih dari 90% traveller solo dari generasi milenial Indonesia memilih tarif FLY selama semester pertama tahun 2019, memanfaatkan jatah bagasi kabin gratis seberat 10kg.
Selain itu, Scoot juga merangkum 10 kota wisata populer bagi solo traveler dari kalangan milenial. Selain Singapura, destinasi teratas adalah Taipei di Taiwan. Traveler yang ingin menjelajahi beberapa kota sekaligus dapat terbang ke Taipei dan kembali dari Kaohsiung atau sebaliknya.
Berikut daftar 10 destinasi paling populer untuk solo traveler:
1. Taipei, Taiwan
2. Hong Kong, Tiongkok
3. Bangkok, Thailand
4. Melbourne, Australia
5. Kaohsiung, Taiwan
6. Sydney, Australia
7. Hanoi, Vietnam
8. Berlin, Jerman
9. Jeddah, Arab Saudi
10. Guangzhou, Tiongkok
Kemenpar Gelar FGD di Pesantren Bahas Wisata Religi di Banten
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan melakukan focus group discussion (FGD) untuk mengembangkan potensi wisata religi di perdesaan dan perkotaan Banten. Menurut Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar, Oneng Setya Harini, FGD ini adalah langkah untuk mengidentifikasi potensi dan memberikan pemahaman tentang pengelolaan wisata religi dan wisata perdesaan.
Rencananya, kegiatan ini akan digelar di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten pada Rabu (13//8/2019). FGD ini juga turut mengundang narasumber dari Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal, Ketua Tim Percepatan Wisata Perdesaan, pengelola pesantren, dan juga H Ahmad Yani dari MDI MUI yang akan menyampaikan tentang manajemen masjid profesional.
"FGD ini juga merupakan rintisan pengembangan wisata budaya. Nantinya secara bertahap akan diberikan bimbingan teknis agar dapat menghasilkan produk wisata religi dengan paket-paket wisata yang terintegrasi dengan potensi daya tarik wisata lain di sekitar Banten. Karena Banten memiliki potensi sangat besar dan memiliki daya saing yang tinggi," ujar Oneng dalam keterangannya, Selasa (13/8/2019).
Oneng juga mengatakan bahwa pengembangan wisata budaya dihadapkan pada sejumlah permasalahan mendasar, yaitu manajemen pengelolaan kawasan. Hal ini terjadi karena belum terintegrasinya antarsektor untuk mengembangkan kawasan tersebut. Selain itu, ada juga masalah tingginya keegoisan antar individu dan sektor.
"Serta masih kurangnya kemampuan guide atau pengelola dalam hal interpretasi dan storytelling serta belum optimalnya pengelolaan berprinsip go digital. Kita akan bahas semua di FGD," ucap Oneng.
Menurut Oneng, dalam pertemuan tersebut, Kemenpar juga akan mengajak tokoh masyarakat yang hadir untuk mengampanyekan atau membudayakan nilai-nilai Sapta Pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan dalam keseharian pondok pesantren maupun masyarakat sekitarnya. Melalui FGD ini, ia berharap dapat memberikan gambaran secara utuh tentang pengembangan wisata religi, termasuk pengelolaan desa wisata di sekitar pondok pesantren.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani, mengatakan FGD akan mengidentifikasi produk wisata perdesaan dan perkotaan di Tanara. Menurutnya, FGD juga bertujuan untuk mengadakan kesepahaman dengan pemerintah setempat dalam pengembangan wisata religi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar