Kamis, 02 Januari 2020

Mahasiswa Didorong Kembangkan Wisata Desa

Banyak hal positif yang bisa dipetik dalam kegiatan Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan 'Goes To Campus' di Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sampang, Madura. Salah satunya mendorong mahasiswa untuk berani menjadi pionir desa wisata di kampungnya.

Menurut Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia, Andi Yuwono banyak desa di Kabupaten Sampang yang berpotensi untuk dijadikan desa wisata. Contohnya seperti di pantai Lon Malang, Toroan, Complang, dan lainnya yang tak jauh dari pantai atau kawasan perbukitan.

"Sebenarnya banyak yang bisa dijadikan desa wisata di sini, tinggal bagaimana masyarakatnya mau atau tidak. Kalaupun butuh pendampingan kami pun siap," kata Andi dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/8/2019).

Pada kesempatan itu Andi juga mendorong mahasiswa yang mengikuti pelatihan agar berani menjadi penggerak desa wisata di daerahnya. Bahkan ketika ada mahasiswa yang bertanya bagaimana menghadapi preman kampung dan aparat desa yang tidak sepaham, yang kadang menjadi penghalang dengan lugas ia menjawab.

"Justru itu tantangannya. Kita harus bisa menyikapinya dengan bijak dan buktikan kalau dengan gagasan-gagasan kita, desa kita bisa maju. Kalau mereka sudah melihat hasilnya, pasti mereka luluh juga. Saya bisa bicara seperti ini karena saya sudah mengalami hal yang demikian," katanya.

Andi ingin mahasiswa berani menjadi pendorong desa wisata di desanya sehingga bermanfaat untuk banyak orang.

Lebih jauh Andi mengatakan, untuk bisa menjadi desa wisata, tak hanya menciptakan spot-spot foto untuk berswafoto. Lebih dari itu, desa harus bisa memenuhi kriteria desa wisata seperti adanya lembaga pengelola, atraksi wisata antara lain unsur budaya atau kesenian desa setempat, kemudian adanya homestay, batasan wilayah, dan keterlibatan masyarakat lokal.

"Sekarang ini banyak yang latah ikut-ikutan tapi tidak paham soal desa wisata. Tapi nggak ada salahnya juga sih. Kalau sudah ada niat, nanti yang tadinya tidak tahu, jadi tahu," ujarnya.

Saat ini desa wisata menjadi tema yang manarik, apalagi kebijakan pemerintah yang kini mendukung kemajuan desa. Oleh karena itu, hadirnya pelaku desa wisata seperti Andi Yuwono dalam Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan diharapkan bisa membawa inspirasi bagi mahasiswa.

"Tujuannya agar jika mereka kembali ke desanya mau mencoba menggali potensi desa untuk menjadi sesuatu yang menjadi daya tarik sehingga orang mau datang berwisata ke desa," ungkapnya.

Kepala Dinas Pariwisata Sampang, Aji Waluyo juga berharap hasil pelatihan ini bisa diterapkan di lapangan oleh peserta mahasiswa.

"Kami minta adik-adik mahasiswa setelah kegiatan ini mau menerapkan apa yang telah didapat dari pelatihan ini. Biar pariwisata di Sampang tambah maju," katanya.

Sementara itu, sebagai pembicara dari Widyaiswara Kemenpar, Fransiscus Handoko mengatakan pentingnya sadar wisata di kalangan mahasiswa dan generasi milenial. Sebab saat ini pariwisata menjadi leading sektor yang bisa menggantikan ESDM. Apalagi diharapkan bisa menjadi penyumbang devisa nomor satu di atas migas.

"Jika mahasiswa dan generasi milenial sudah memiliki kesadaran, mereka bisa langsung meng-upload foto-foto tempat wisata di daerah mereka atau tempat lainnya yang mereka kunjungi ke media sosial milik mereka. Tak hanya itu, mereka juga akan menulis keterangan fotonya lengkap. Jadi tidak sekadar foto-foto selfie. Ini bagian dari promosi pariwisata yang efektif. Mereka pun melakukannya dengan kesadaran sendiri tanpa diminta," pungkasnya.

Rabu, 01 Januari 2020

Solo Traveling Jadi Tren Anak Milenial

Generasi milenial menjadikan traveling sebagai gaya hidup. Riset terbaru menunjukan separuh mereka lebih suka pergi seorang diri.

Generasi milenial memang dikenal kreatif dan independen. Hal itu pun juga berlaku pada gaya traveling kaum milenial. Berdasarkan data dari maskapai bujet Scoot yang diterima detikcom, Selasa (13/8/2019), sekitar 50% milenial bepergian sendiri selama semester pertama tahun 2019.

Motivasi mereka pun berbeda-beda. Ada traveler yang bepergian naik pesawat untuk liburan maupun bekerja. Hanya saja, dilakukan seorang diri.

"Milenial terkenal akan kebebasan dan jiwa petualang mereka, dan kami dapat melihat ini dari jejak mereka di berbagai destinasi kami di Asia dan Eropa," ujar Calvin Chan, Chief Commercial Officer sementara Scoot.

Menyadari potensi tersebut, pihak maskapai Scoot menawarkan tarif FLY tanpa tambahan makanan dan bagasi check-in. Lebih dari 90% traveller solo dari generasi milenial Indonesia memilih tarif FLY selama semester pertama tahun 2019, memanfaatkan jatah bagasi kabin gratis seberat 10kg.

Selain itu, Scoot juga merangkum 10 kota wisata populer bagi solo traveler dari kalangan milenial. Selain Singapura, destinasi teratas adalah Taipei di Taiwan. Traveler yang ingin menjelajahi beberapa kota sekaligus dapat terbang ke Taipei dan kembali dari Kaohsiung atau sebaliknya.

Berikut daftar 10 destinasi paling populer untuk solo traveler:

1. Taipei, Taiwan
2. Hong Kong, Tiongkok
3. Bangkok, Thailand
4. Melbourne, Australia
5. Kaohsiung, Taiwan
6. Sydney, Australia
7. Hanoi, Vietnam
8. Berlin, Jerman
9. Jeddah, Arab Saudi
10. Guangzhou, Tiongkok

Kemenpar Gelar FGD di Pesantren Bahas Wisata Religi di Banten

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan melakukan focus group discussion (FGD) untuk mengembangkan potensi wisata religi di perdesaan dan perkotaan Banten. Menurut Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar, Oneng Setya Harini, FGD ini adalah langkah untuk mengidentifikasi potensi dan memberikan pemahaman tentang pengelolaan wisata religi dan wisata perdesaan.

Rencananya, kegiatan ini akan digelar di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten pada Rabu (13//8/2019). FGD ini juga turut mengundang narasumber dari Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal, Ketua Tim Percepatan Wisata Perdesaan, pengelola pesantren, dan juga H Ahmad Yani dari MDI MUI yang akan menyampaikan tentang manajemen masjid profesional.

"FGD ini juga merupakan rintisan pengembangan wisata budaya. Nantinya secara bertahap akan diberikan bimbingan teknis agar dapat menghasilkan produk wisata religi dengan paket-paket wisata yang terintegrasi dengan potensi daya tarik wisata lain di sekitar Banten. Karena Banten memiliki potensi sangat besar dan memiliki daya saing yang tinggi," ujar Oneng dalam keterangannya, Selasa (13/8/2019).

Oneng juga mengatakan bahwa pengembangan wisata budaya dihadapkan pada sejumlah permasalahan mendasar, yaitu manajemen pengelolaan kawasan. Hal ini terjadi karena belum terintegrasinya antarsektor untuk mengembangkan kawasan tersebut. Selain itu, ada juga masalah tingginya keegoisan antar individu dan sektor.

"Serta masih kurangnya kemampuan guide atau pengelola dalam hal interpretasi dan storytelling serta belum optimalnya pengelolaan berprinsip go digital. Kita akan bahas semua di FGD," ucap Oneng.

Menurut Oneng, dalam pertemuan tersebut, Kemenpar juga akan mengajak tokoh masyarakat yang hadir untuk mengampanyekan atau membudayakan nilai-nilai Sapta Pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan dalam keseharian pondok pesantren maupun masyarakat sekitarnya. Melalui FGD ini, ia berharap dapat memberikan gambaran secara utuh tentang pengembangan wisata religi, termasuk pengelolaan desa wisata di sekitar pondok pesantren.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani, mengatakan FGD akan mengidentifikasi produk wisata perdesaan dan perkotaan di Tanara. Menurutnya, FGD juga bertujuan untuk mengadakan kesepahaman dengan pemerintah setempat dalam pengembangan wisata religi.