Selasa, 07 Januari 2020

Yuk, Coba Gado-gado Legendaris di Jakarta

Bagi pecinta kuliner, tidak boleh melewatkan gado-gado legendaris yang ada di kawasan Cikini. Walau sudah berdiri sejak 1960, hingga saat ini, masih dipadati oleh penggemarnya.
Salah satu retaurant yang bisa dikatakan legendaris adalah Gado-Gado Bonbin yang berlokasi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Restoran yang didirikan pada tahun 1960 ini hingga kini tetap ramai oleh pengunjung yang datang. Baik untuk makan di tempat ataupun dibawa pulang.

Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya, kenapa restoran ini dinamakan Gado-Gado Bonbin, padahal di sekitarnya tidak ada satupun kebun binatang. Sejarahnya pada tahun 1864, lahan Taman Ismail Marzuki digunakan sebagai kebun binatang, sampai pada akhirnya pada tahun 1966, kebun binatang dipindahkan ke kawasan Ragunan, Jakarta Selatan hingga saat ini.

Kembali ke restoran, ukurannya tidak terlalu besar dan berada di jalan satu arah yang hanya bisa dilewati satu mobil. Tentu jika membawa mobil agak sulit untuk diparkirkan.

Saat bersantap di restoran, suasananya pun cukup sederhana, namun cukup nyaman. Jika pada umumnya gado-gado bumbunya di uleg dan teksturnya agak kasar, Gado-Gado Bonbin tekstur bumbunya sangat halus. Sekilas mengingatkan saya dengan gado-gado siram khas Semarang. Disajikan dengan kerupuk udang ukuran besar, gado-gado yang nikmat pun siap disantap. Satu porsi gado-gado bisa dinikmati seharga Rp 36.000.

Bagi traveler yang ingin mencoba makanan lain, tersedia juga nasi rames komplit dan mie bakso yang tidak kalah lezatnya. Untuk minumannya memang tidak banyak macamnya, namun yang patut dicoba adalah es kelapa kopyor yang lembut dan nikmat. Satu gelas es kelapa kopyor harganya Rp 33.000.

Jika penasaran, datang saja ke Gado-Gado Bon-bin yang beralamat di Jl. Cikini IV No 5. Namun jangan salah ya traveler, di jalan yang sama, berdiri juga restoran gado-gado lain, yang nyaris bersebelahan dengan Gado-Gado bonbin.

Tidak hanya Jakarta yang memiliki restaurant dengan suasana dan cita rasa yang khas, di Dubai juga terdapat restoran yang menghadirkan pengalaman bersantap yang istimewa dari ketinggian. Restoran ini bernama Flying Cup.

Di sini kita bisa merasakan sensasi menikmati aneka hidangan dan minuman istimewa di ketinggian 40 meter dari permukaan tanah. Sambil bersantap, kita juga bisa menikmati keindahan panorama Palm Jumeirah, Dubai Marina, Burj Al Arab, Blue Water Island, Eye of Dubai dari sudut 360 derajat.

Pastinya soal aspek keamanan pengunjung saat platform restoran diangkat ke atas, tidak perlu diragukan. Semoga jika suatu hari saya bisa berkunjung ke Dubai, saya bisa mencoba pengalaman bersantap di Flying Cup.

Asyiknya Berkunjung ke Stone Garden Bandung

Bagi warga Jakarta, macet ke Bandung saat momen lebaran memang jadi petaka. Tetapi, masih tetap asyik karena banyak destinasi wisata seru.
Gelar Smart Traveler itu menurut saya bukan hanya terfokus kan kepada bagaimana seorang traveler bisa mendapatkan spot-spot yang terbaik atau instgramable untuk mengcapture sebuah moment atau mempunyai cara jitu saat menghemat dengan gaya liburan si traveler tersebut namun juga bagaiamana seorang traveler itu bisa memutuskan alternative liburan nya saat berada di sebuah kota yang sangat macet sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan eksplor ke kota tersebut.

Demikian lah yang saya alami bersama 2 rekan yang berlibur ke Bandung beberapa waktu lalu saat leburan ke 3. Siapa yang tak kenal dengan kota kembang ini yang nyaris selalu disasar oleh pencinta liburan saat tiba moment-moment liburan seperti long weekend, lebaran maupun lebaran Natal bahkan liburan weekend pada umum nya. Sehingga kepadatan kota Bandung hampir dipenuhi oleh kendaraan yang berplat 'B' disemua ruas sisi jalanan dan parkir-parkir seperti mal, hotel dan tempat-tempat wisata lainnya.

Atmosfer Berbeda di Negara Tetangga, Singapura

Singapura memang tidak terlalu jauh dari Indonesia secara jarak. Tetapi, atmosfernya berbeda jika menginjakkan kaki ke sana.
Menarik, begitulah kesan para traveler yang berkunjung ke Singapura. Suasana yang saya rasakan berbeda dengan lingkungan keseharian saya. Pedestrian dan perkantoran yang tertata rapi, bebas polusi, bahkan jalur pejalan kaki yang nyaman.

Memasuki Singapura dengan transportasi bus dari Malaysia adalah pengalaman pertama saya. Bus melaju ke arah yang di tuju setelah melewati bagian imigrasi yang super ketat.

Siang itu, saya sampai di guest house yang sudah di booking sebelumnya. Tepatnya di Serangoon street, area Little India.

Berburu makanan di area ini menjadi hal yang unik bagi saya. Ya, saya memilih nasi kandar ciri khas makanan India sebagai menu makan siang saya. Harganya masih terjangkau loh!

Bermodalkan sebotol air minum, saya dan teman pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki santai. Tibalah kami pada icon negara ini, Merlion Park. Sejauh mata memandang, saya bisa menikmati juga gedung-gedung unik lain yang ada di sekeliling Merlion Park. Berjalan di sepanjang Merlion Bridge sambil mengabadikan momen dengan berfoto.

Okay, siang yang terik mengingatkan saya pada sesuatu yang dicari oleh banyak pengunjung disini, apalagi kalau bukan es potong Singapore. Es yang melegenda di negeri ini memang asli super enak dengan pilihan berbagai rasa. Nah, kami pun memilih untuk santai sejenak sambil menikmati es menanti sore dan malam hari.

Dari kejauhan, saya begitu menikmati gedung Marina Bay Sand. Sangat menakjubkan arsitektur dan desain gedung ini, seperti sebuah kapal cruise yang terdampar tepat di atas dua gedung raksasa.

Langit mulai gelap, lampu-lampu mulai menyala, indah sekali. Kami pun berjalan perlahan sampai tiba di salah satu spot yang keren "Sky Garden". Pemandangan yang luar biasa! Dari sini lah saya bisa mengambil foto dengan objek "Garden By the Bay" sampai saya lupa waktu saat berada di sini.

Keesokan harinya, kami bersiap untuk eksplore "Sentosa Island". Setelah makan, kami berangkat menggunakan MRT dengan rute North East Line Punggol Coast-Harbourfrount, tepatnya di Vivo City Mall.

Saya pun memilih berjalan kaki melewati Beach walk yang tak kalah keren pemandangannya, tambah lagi memasuki wilayah Sentosa island yang bikin kita geleng-geleng kepala. Saat kehabisan air minum, saya tidak perlu khawatir. Bermodal bawa botol minum sendiri, saya mengisi botol kembali di tempat pengisian air yang sudah disediakan. Umumnya, tempat ini dekat dengan restroom. Jadi tidak perlu mengeluarkan gocek, hehe.

Saya coba memberanikan diri untuk merasakan sensasi naik wahana Cable Car dengan harga satu rute 15 SGD. Jujur saya agak gemeteran juga waktu itu, tapi setelah melihat pemandangan dari atas, saya pun begitu menikmatinya.

Cantik sekali Sentosa Beach jika dilihat dari ketinggian, sangat indah. Sepulangnya dari sini, saya dan teman melanjutkan langkah kami menyusuri pusat-pusat keramaian seperti Bugis street, Orchard Road, Chinatown dan Mustofa Center sembari mencari makan malam dan hunting souvenir. Keesokan paginya, saya cukup bersantai menikmati sarapan kemudian bersiap-siap packing hasil buruan dan kembali ke Jakarta.

Destinasi selanjutnya, saya bermimpi ingin ke Dubai, kota di Uni Emirat Arab yang sangat terkenal menjadi tempat yang harus dikunjungi para traveler.

Hal yang paling ingin saya lakukan saat punya kesempatan ke Dubai adalah menikmati pemandangan kota Dubai yang indah dari gedung pencakar langit tertinggi, Burj Khalifa. Menginap cantik di Burj Al Arab hotel termewah, serta bersantai di Jumeirah Beach, Safari di gurun pasir .