Rabu, 08 Januari 2020

Terpikat dengan Museum di Thailand, Ada yang Semegah Ini (3)

Di bagian tengah lantai dasar, terdapat tangga yang akan mengantar traveler menuju lantai atas. Tangga terbagi dua, ke kanan dengan warna pink dan ke kiri dengan dominasi warna putih. Dua-duanya memiliki corak dan ukiran yang membentuk makhluk mitologi, naga, mulai dari kepala hingga ekornya. Bagian ini dibuat dari berbagai bebatuan, maka tidak heran jika menghasilkan mahakarya yang indah dan super detail.

Kombinasi warna pada corak dan ukiran juga mempercantik bangunan museum ini. Ukiran indah dari detail naga pada tangga ini, merupakan karya dari seniman lokal (Thailand) yang dikenal sebagai master dalam karya sejenis ini, yakni Samrouy Aemoath.

Aemoath menggunakan teknik kuno dan bahan alami sebagai bahan utama dalam menciptakan mahakaryanya. Penggunaan bahan-bahan alami bertujuan agar mempermudah proses molding dan pembuatan motif. Bagian-bagian yang besar seperti kepala Naga, Kinnaree, Kinnorn dan sejumlah bagian lainnya dibuat menggunakan dasar semen, kemudian dilapisi kapur, diukir, dan terakhir dihias menggunakan Benjarong. Benjarong sendiri merupakan jenis dari keramik khas Negeri Gajah Putih yang memiliki corak warna yang cantik. Tidak heran jika mahakarya ini terlihat indah dengan paduan warna yang cantik dan harmonis. Penggunaan Benjarong pada lapisan akhir juga menambah dimensi serta tekstur pada permukaan hasil jadi ukiran.

Selanjutnya, ada bagian lantai dua yang merupakan penggambaran dari bumi tempat tinggal manusia. Di sini terdapat tiga benda utama (yang termasuk karya seni dan barang antik serta seni berharga), yakniƂ  keramik Thailand, stained glass, dan tembikar dari Eropa. Jika dilihat dari lantai dasar maka akan terlihat langit-langit museum dengan corak mirip seperti yang biasanya ada di gereja-gereja (yaa, inilah stained glass painting). Corak lukisan di langit-langit ini merupakan seni semi-abstrak yang mewakili kisah bumi. Begitu filosofis!

Kemudian bagian perut dari patung Gajah Kepala Tiga. Lokasi ini berada di lantai paling atas dari bangunan yang melambangkan surga. Seperti kosmologi Buddha, yang percaya bahwa surga terletak di puncak Gunung Meru. Ruangan ini didesain memiliki karakter dari surga dan alam semesta. Bagian langit-langitnya merupakan mural dari solar system, atau tata surya. Lukisan ini merupakan gambaran cakrawala luas termasuk di antaranya adalah planet-planet, Milky Way (galaksi Bima Sakti), meteor dan benda langit lainnya. Ini mengingatkan bahwa manusia hanya sebagai makhluk super kecil di alam semesta ini. Di lantai ini pula tersimpan sejumlah peninggalan dan patung-patung Buddha kuno dari beberapa era. Gambaran alam semesta tertoreh di langit-langit ruangan yang dipenuhi barang-barang antik. Sungguh paduan yang menawan!

Nah, jika berkunjung ke Thailand, terutama ke Bangkok, jangan lupa untuk menyempatkan waktu mengunjungi Erawan Museum ini. Dengan beragam simbol pada arsitektur bangunan yang dipadu dengan seni yang dibuat dengan teknik kuno, tata letak yang terstruktur, dan lingkungan alam, melebur menjadi kesatuan yang harmonis. Ini tentunya membuat Erawan Museum memberikan suasana yang mendukung traveler untuk memahami dan menghargai keselarasan antara sejarah, budaya, agama, seni, hingga adat dari masa lalu.

Terpikat dengan Museum di Thailand, Ada yang Semegah Ini (2)

Setelah proses pembelian tiket selesai, traveler akan memperoleh tiket dalam bentuk stiker bulat berwarna cokelat polos yang bisa ditempel atau dibawa sebagai bukti bahwa telah membeli tiket. Begitu memasuki kawasan museum, traveler akan disambut dengan rimbunnya pepohonan yang menutupi sengatan matahari yang cukup tajam jika datang saat musim panas. Gemercik air dari aliran sungai kecil juga menambah suasana asri nan sejuk di area ini. Suasana seperti ini memang berbeda dengan tempat-tempat lain yang ada di Bangkok.

Tidak seramai tujuan wisata lain yang ada di pusat Kota Bangkok, di Erawan Museum, traveler dapat sedikit lebih leluasa untuk berkeliling dan berfoto dengan spot yang lebih sepi. Halamannya yang cukup luas, bisa traveler gunakan untuk berfoto bersama pasangan, keluarga, teman atau berswafoto sendiri dengan latar belakang megahnya bangunan utama. Hal ini tentunya tidak boleh terlewatkan. Mengabadikan kemegahan bangunan Erawan Museum yang menawan, menjadi sebuah keharusan jika sudah menginjakkan kaki di sini.
http://cinemamovie28.com/calon-bini/

Warna merah muda atau pink merupakan warna dominan dari bangunan ini. Ya, cantik memang! Tapi tidak hanya cantik, di museum ini, setiap detail mulai dari nama, corak yang indah, tingkatan (lantai), hingga bentuk bangunannya memiliki arti dan filosofi masing-masing. Seperti dikutip dari laman muangboranmuseum.com, Erawan sendiri merupakan nama gajah berkepala tiga (ada pula yang menyebut memiliki 33 kepala) dari mitologi Hindu. Dikisahkan bahwa Erawan merupakan hewan tunggangan dari Dewa Indra (Dewa tertinggi di Hindu). Disebut pula bahwa Erawan dipercaya sebagai salah satu hewan penjaga alam semesta.

Patung gajah raksasa berkepala tiga yang menggambarkan Erawan, gajah tunggangan Dewa Indra, terbuat dari lapisan perunggu dengan berat total mencapai 250 ton. Sedangkan tinggi bangunannya (dari dasar hingga puncaknya) mencapai 43,6 meter. Museum ini dibangun di atas lahan seluas sekitar 5 hektare. Pembangunannya sendiri sudah dimulai sejak tahun 1994, selesai pada tahun 2000-an dan baru mulai dibuka untuk umum pada 2013 lalu.

Meski namanya museum, tapi jangan bayangkan akan langsung disuguhi deretan atau jajaran pajangan benda-benda bersejarah layaknya museum pada umumnya. Karena di sini, traveler akan menemukan benda-benda antik tersusun tidak secara berjajar, namun disesuaikan dengan filosofi dari bangunan, sehingga tidak tampak membosankan. Di sejumlah titik, salah satunya di bagian tengah bangunan terdapat patung Dewa yang juga digunakan untuk beribadah (berdoa) oleh pengunjung (yang sesuai dengan keyakinannya).

Di sini ada empat pilar penuh ukiran yang menyangga bangunan utama. Dikutip dari laman ancientcitygroup.net, ternyata setiap pilar ini mewakili cerita agama yang menjadi mayoritas di Thailand, yakni Buddha, Hindu, Kristen dan Mahayana Buddhism, yang memiliki ajaran dan kepercayaan masing-masing.

Museum ini terbagi menjadi tiga lantai yang merepresentasikan alam semesta sesuai dengan kepercayaan Hindu, yakni masa lalu, bumi dan surga. Lantai pertama menggambarkan masa lalu, yang berisi sejumlah artefak berharga koleksi pribadi dari sang pemilik, Lek Viriyaphant. Beberapa di antaranya adalah set cangkir teh, vas hingga mangkuk dari Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Di lantai ini juga tersimpan patung makhluk mitos, setengah naga setengah manusia yang diyakini telah menjaga harta berharga di bawah air.
http://cinemamovie28.com/death-note-episode-33/