Jumat, 24 Januari 2020

Bukchon Hanok Village, Desa di Tengah Modernnya Seoul

Berbicara tentang Seoul, pasti yang diingat adalah kota yang modern. Ternyata, ada sudut pedesaan lho di sana.
Kota Seoul memang bisa dikatakan sebagai kota yang unik. Seoul terkenal sebagai smart city yang maju dengan segala modernitasnya. Namun, di sisi lainnya, berbagai jejak kebudayaan dan kehidupan masa lampau masih terjaga dan terawat dengan baik. Selain istana dan kuil, ada juga desa-desa yang masih dipertahankan keberadaannya dan bisa hidup berdampingan dengan kemajuan kota. Bukchon Hanok Village salah satunya.

Bukchon Hanok Village adalah salah satu dari beberapa desa permukiman warga yang masih mempertahankan bangunan-bangunan khas arsitek korea klasik. Uniknya, desa ini terbuka bagi para turis yang ingin melihat suasana permukiman dan bangunan-bangunannya, namun turis tak sembarang boleh masuk ke rumah-rumah tersebut. Hal ini karena permukiman ini benar-benar ditinggali penghuninya layaknya rumah pada umumnya. Jadi, privasi dan ketenangan harus sangat dijaga. Maka, saat masuk ke permukiman ini, sudah ada imbauan berupa tulisan agar turis menjaga ketenangan dan tidak berisik.

Namun, traveler jangan berkecil hati karena ada beberapa rumah di Bukchon Hanok Village yang memang dibuka untuk turis alias bisa dikunjungi dan dimasuki. Namun, traveler harus teliti melihat tanda informasinya karena permukiman ini sangat menjaga keasriannya sehingga tidak sembarang papan informasi yang boleh digantung atau ditempel.

Bangunan-bangunan rumah warga di Bukchon Hanok Village masih sangat terawat, bersih, dan mempertahankan estetika khas arsitek Korea. Mulai dari instalasi kayu-kayu, batu, ukiran di gerbang, pagar, dan pintu rumah, bentuk atap, warna yang diterapkan sangat menonjolkan keberagaman yang tetap harmonis. Warna cokelat, terakota, gading, dan putih mendominasi bangunan rumah-rumah di Bukchon Hanok Village.

Tak hanya bangunannnya, bahkan tanaman-tanaman yang tumbuh pun sangat diperhatikan. Bunga-bunga yang tumbuh tinggi dan pohon-pohon merupakan tanaman yang mendominasi si Bukchon Hanok Village. Pastikan traveler hanya berfoto bersama bunga dan tidak menyentuh atau bahkan memetik bunganya ya!

Traveler tidak perlu membayar saat akan memasuki Bukchon Hanok Village. Tak sedikit traveler yang juga memakai hanbok atau pakaian tradisional khas Korea saat berjalan-jalan dan menikmati waktu di Bukchon Hanok Village. Di sepanjang jalan menuju pintu masuk Bukchon Hanok Village memang terdapat gerai-gerai penyewaan hanbok dan aksesorisnya. Selain penyewaan pakaian, ada juga gerai-gerai makanan seperti es krim, manisan-manisan, dan berbagai panganan pasar khas Korea.

Saat di Bukchon Hanok Village, traveler akan merasa seperti berada di setting drama-drama korea maupun variety show Korea yang marak muncul di TV. Meskipun bebas berfoto sepuasnya, tetap pastikan untuk menjaga ketenangan, ketertiban, dan kebersihan saat d Bukchon Hanok Village ya.

Saat Turis Hampir Mati Tertimpa Gletser Es yang Runtuh

Turis yang liburan ke Taman Nasional Vatnajokull di Islandia nyaris saja tertimpa malapetaka. Itu setelah gletser es yang sedang mereka lihat tiba-tiba runtuh.

Islandia memang terkenal dengan panorama alamnya yang fantastis. Gunung-gunung es dan juga gletser-gletser yang tinggi menjulang jadi suguhan utama negeri ini.

Namun layaknya alam yang tidak bisa diprediksi, gletser es ini bisa juga membawa celaka. Mereka bisa tiba-tiba saja runtuh dan mencelakai wisatawan seperti yang terjadi di Taman Nasional Vatnajokull. Taman nasional ini berjarak 237 Km dari Reykjavik, ibu kota Islandia.

Dikumpulkan detikcom dari beberapa sumber, Selasa (28/5/2019), beberapa orang wisatawan pun nyaris celaka akibat runtuhnya gletser es ini. Beruntung mereka bisa selamat tanpa mengalami cedera apapun.

Detik-detik saat gletser es runtuh ini direkam oleh Stephan Mantler, guide sekaligus salah satu pemilik operator tur yang mengantarkan rombongan wisatawan ke Islandia. Stephen yang saat itu memimpin rombongan menyaksikan sendiri saat tebing es itu runtuh ke laut.

Ke Gunung Merapi Lebih Mudah dengan Aplikasi di Smartphone

Gunung Merapi kini memudahkan traveler yang ingin ke sana. Tinggal download aplikasi ini saja untuk mengetahui informasi terkini.

Libur Lebaran 2019 tinggal menghitung hari. Wisatawan diprediksi berkunjung ke objek-objek wisata, salah satunya kawasan wisata Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ada fasilitas baru bagi para wisatawan Gunung Merapi di tengah status Waspada salah satu gunung teraktif di Indonesia ini. Fasilitas tersebut yakni aplikasi 'Jarak Antara Aku dan Merapi'.

Aplikasi buatan BPBD Sleman ini bisa menjadi panduan alternatif bagi wisatawan untuk mengetahui posisinya apakah berada di jarak aman atau berada di radius bahaya dari potensi ancaman aktivitas Gunung Merapi.

"Tujuannya untuk memberikan informasi kepada semua orang, kebetulan Merapi sekarang statusnya Waspada," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan saat dihubungi, Senin (27/5/2019).

"Harapannya dengan aplikasi ini masyarakat terutama yang beraktivitas di lereng Merapi, bisa tahu secara mandiri dengan aplikasi yang dipegang di tangan, 'saya di posisi jarak berapa dari puncak Merapi, apakah di radius aman atau di radius bahaya'," jelasnya.

Pembuatan aplikasi ini salah satunya berkaca pada peristiwa erupsi Merapi tahun 2010. Saat ini, banyak orang tidak menyadari berada di jarak berapa dirinya dari puncak Merapi.

Aplikasi ini bisa diakses melalui laman https://bpbd.slemankab.go.id/ yang di dalamnya berisi fitur untuk laporan bencana, histori, dan Jarak Aku Merapi. Masuk dalam Sleman Disaster Information System.

Selain berbekal aplikasi 'Jarak Antara Aku dan Merapi', para wisatawan juga akan mendapatkan informasi dari saluran media resmi Pemkab Sleman, BPBD, dan BPPTKG. Petugas di lapangan juga standby memantau dan menyampaikan kondisi terkini aktivitas Merapi.

"BPBD Sleman juga mendirikan 12 pos pantau, tersebar di Kecamatan Turi, Pakem dan Cangkringan. Pos utama BPBD terpusat di pos Pakem," imbuh Makwan.

"Untuk petugas gabungan, dari Pemkab ada, juga pengelola objek wisata masing-masing. Kalau BPBD kaitannya dengan wisata, karena Merapi di daerah rawan bencana, kami pantau potensi ancaman dan kami sampaikan informasi ke wisatawan," pungkasnya.

Diketahui, status Gunung Merapi saat ini Waspada (level II). Radius bahaya berjarak 3 kilometer dari puncak Merapi. Dalam radius itu, masyarakat dilarang beraktivitas apapun.

Sejumlah objek wisata di lereng Merapi di antara jip lava tour, kawasan Kaliurang dan objek wisata lain di Taman Nasional Gunung Merapi. 

Bukchon Hanok Village, Desa di Tengah Modernnya Seoul

Berbicara tentang Seoul, pasti yang diingat adalah kota yang modern. Ternyata, ada sudut pedesaan lho di sana.
Kota Seoul memang bisa dikatakan sebagai kota yang unik. Seoul terkenal sebagai smart city yang maju dengan segala modernitasnya. Namun, di sisi lainnya, berbagai jejak kebudayaan dan kehidupan masa lampau masih terjaga dan terawat dengan baik. Selain istana dan kuil, ada juga desa-desa yang masih dipertahankan keberadaannya dan bisa hidup berdampingan dengan kemajuan kota. Bukchon Hanok Village salah satunya.

Bukchon Hanok Village adalah salah satu dari beberapa desa permukiman warga yang masih mempertahankan bangunan-bangunan khas arsitek korea klasik. Uniknya, desa ini terbuka bagi para turis yang ingin melihat suasana permukiman dan bangunan-bangunannya, namun turis tak sembarang boleh masuk ke rumah-rumah tersebut. Hal ini karena permukiman ini benar-benar ditinggali penghuninya layaknya rumah pada umumnya. Jadi, privasi dan ketenangan harus sangat dijaga. Maka, saat masuk ke permukiman ini, sudah ada imbauan berupa tulisan agar turis menjaga ketenangan dan tidak berisik.

Namun, traveler jangan berkecil hati karena ada beberapa rumah di Bukchon Hanok Village yang memang dibuka untuk turis alias bisa dikunjungi dan dimasuki. Namun, traveler harus teliti melihat tanda informasinya karena permukiman ini sangat menjaga keasriannya sehingga tidak sembarang papan informasi yang boleh digantung atau ditempel.

Bangunan-bangunan rumah warga di Bukchon Hanok Village masih sangat terawat, bersih, dan mempertahankan estetika khas arsitek Korea. Mulai dari instalasi kayu-kayu, batu, ukiran di gerbang, pagar, dan pintu rumah, bentuk atap, warna yang diterapkan sangat menonjolkan keberagaman yang tetap harmonis. Warna cokelat, terakota, gading, dan putih mendominasi bangunan rumah-rumah di Bukchon Hanok Village.

Tak hanya bangunannnya, bahkan tanaman-tanaman yang tumbuh pun sangat diperhatikan. Bunga-bunga yang tumbuh tinggi dan pohon-pohon merupakan tanaman yang mendominasi si Bukchon Hanok Village. Pastikan traveler hanya berfoto bersama bunga dan tidak menyentuh atau bahkan memetik bunganya ya!