Sabtu, 25 Januari 2020

KA Wisata Tambah Fasilitas Buat Traveler di Libur Lebaran

Musim mudik lebaran sudah tiba. Tak mau ketinggalan, kereta wisata juga manjakan penumpang dengan fasilitas tambahan.

PT Kereta Api Wisata (Indotrailtour) mulai menjadi transportasi favorit bagi masyarakat yang ingin mudik. Hal ini terlihat dari naiknya okupansi kelas priority dari hari biasa.

"Di libur lebaran okupansinya meningkat," kata Revin Marhaenianto, General Managel Transport PT KA Pariwisata, dalam press conference, Mudik Nyaman dan Aman Masa Liburan Idul Fitri 1440 H dengan Kereta Wisata, Senin (27/5/2019), di kantor KA Pariwisata, Gambir.

Untuk memanjakan traveler di kelas priority, kereta wisata menambahkan beberapa fasilitas. Untuk traveler yang menggunakan kelas priority jarak jauh akan mendapatkan travel kit.

Travel kit ini berisi penutup mata, tisu basah, sikat gigi dan odol dalam satu dompet. Kemudian akan ada gratis sahur dan takjil bagi para penumpang kereta wisata priority pada rangkaian Sembrani dan Bangunkarta.

"Pada mudik lebaran ini kereta wisata menargetkan 8.435 penumpang. Ada penambahan target 14 persen," ujar Revin.

Pada tahun lalu, kereta wisata berhasil mengangkut 7.386 penumpang di masa lebaran. Puncak mudik libur lebaran akan terjadi pada tanggal 30 Mei 2018 dan arus balik pada 9 Juni 2019.

Venesia Bakal Denda Turis Nakal, Indonesia Bisa Contoh Tidak?

 Venesia bakal memberlakukan denda buat turis-turis nakal. Apakah Indonesia bisa mencontoh? Begini jawaban dari pengamat pariwisata.

Venesia dengan kanal-kanalnya yang indah mengundang banyak turis dari berbagai belahan dunia berkunjung ke sana. Namun banyaknya turis yang liburan ke Venesia melahirkan masalah baru, yaitu turis nakal dengan kelakuan barbar.

Venesia pun menyiapkan sejumlah denda buat turis nakal ini. Denda itu mulai dari 25 Euro (setara dengan Rp 400-an ribu) hingga denda yang paling mahal mencapai 500 Euro atau sekitar Rp 8 juta.

Nah, apakah Indonesia bisa meniru Venesia untuk menerapkan denda serupa buat para turis nakal?

Tedjo Iskandar, praktisi sekaligus pengamat pariwisata menyebut denda bagi turis nakal yang liburan di Indonesia bisa diterapkan, namun dengan beberapa catatan.

"Asal Law Enforcement-nya harus merata dulu. Butuh Law Enforcement yang merata," ungkap Tedjo lewat sambungan telepon dengan detikcom, Senin (27/5/2019).

Sebagai contoh, Tedjo menyebut penerapan denda bagi turis nakal di Bali bisa dilakukan, asal kelakuan turis tersebut sudah di luar batas kewajaran dan perbuatan tersebut dilakukan di area yang sakral.

"Kalau Bali bisa di daerah-daerah sakral dan pada waktu-waktu tertentu, misalnya saat ada prosesi keagamaan. Kita kan sudah bagus ya punya Calender of Event, pas tanggal-tanggal ini turis dikasih tahu jauh-jauh hari sebelumnya. Pecalang juga harus ada yang jaga dan mengingatkan," terang Tedjo.

Kalau masih ada turis yang membandel, baru dia bisa didenda. Namun untuk di kawasan padat turis dan cukup bebas seperti Kuta, rasanya penerapan denda itu cukup berat dilakukan.

"Kalau liburan ke Bali itu kan seperti merdeka ya. Bisa bebas beli bir, pakaian juga bebas. Kalau di Kuta berat (penerapan denda-red). Tapi kalau kurang ajar not nice juga. Ini seperti buah simalakama," imbuh Tedjo.

Untuk itu, Tedjo menyebut perlu butuh waktu terkait realisasi wacana tersebut. Memang susah untuk mengubah mindset turis. Sementara itu di sisi lain dunia pariwisata juga membutuhkan kedatangan turis.

"Pelan-pelan saja. Terlalu dikekang turis nggak nyaman juga," tutup Tedjo.

Kemenpar Tarik Wisman Malaysia Lewat Budaya Gawia Sowa

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) siap memanfaatkan potensi perbatasan untuk menarik wisatawan, termasuk lewat budaya dengan mendukung event budaya Gawia Sowa.

Event ini akan digelar di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, pada 3 Juni 2019 mendatang. Atraksi Gawia Sowa yang dilakukan oleh masyarakat dayak perbatasan Desa Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang ini merupakan aktivitas tahunan yang melibatkan kaum Dayak Negara Serawak, Malaysia.

Ada sejumlah kegiatan dalam Gawia Sowa, di antaranya ritual adat Sigal Paad Sadih, parade tari peserta seni dari Sarawak Malaysia, parade tari peserta seni dari Indonesia, tarian Sigal Bilama'k bersama tamu undangan, dan aneka hiburan lainnya.

Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan Bengkayang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Maka masyarakat di perbatasan, khususnya Suku Dayak memiliki rumpun suku yang sama dengan masyarakat Negara Serawak, Malaysia.

"Dengan rumpun dan budaya yang sama ini, maka akan lebih mudah mendatangkan masyarakat Serawak masuk ke Bengkayang," ujar Rizki dalam keterangan tertulis, Senin (27/5/2019).

Ada beberapa rumpun Suku Dayak yang memiliki hubungan kekerabatan antar dua negara di perbatasan Indonesia-Sarawak ini. Antara lain Suku Dayak Bidayuh, Suku Dayak Bakati Lara, Suku Dayak Iban, dan Suku Dayak Kanayant.

"Mereka memiliki hubungan kekerabatan yang sangat kental. Hal ini secara historis dan diakui bersama bahwa situs nenek moyang (leluhur) Suku Dayak Bidayuh berasal dan berada di wilayah Indonesia," ungkap Rizki.

Ritual Gawia Sowa ini dilaksanakan untuk menyampaikan ucapan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atau Jubata dan roh leluhur yang diyakini bersemayam di gunung, hutan, dan lembah.

Selain ucapan syukur, makna ritual Gawia Sowa juga memberi sesajian atau persembahan pada benda pusaka yang disimpan di rumah adat yang disebut Sigal Paad Sadih.

"Untuk menjaga tali silahturami dan ikatan kekeluargaan, serta melestarikan budaya masyarakat di Perbatasan Jagoi Babang. Pada event Gawai di Sarawak Malaysia dan di Kabupaten Bengkayang masyarakat perbatasan akan saling kunjung," ujarnya.

Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II Adella Raung menambahkan event budaya di perbatasan Indonesia-Malaysia ini melibatkan sanggar seni dan budaya Kecamatan Jagoi Babang untuk ditampilkan pada Gawia Sowa. Event ini ditargetkan akan menghadirkan 1.000 orang wisatawan mancanegara (wisman) dari Negara Serawak, Malaysia.

"Melihat tingginya minat wisatawan domestik setiap tahun pada event Gawia Sowa, maka ditargetkan kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 2.000 orang," kata Adella.

Selain itu, event ini merupakan upaya peningkatan ekonomi masyarakat di perbatasan Kabupaten Bengkayang melalui target pengeluaran wisman dari Serawak, Malaysia dan wisnus saat kunjungan.

"Juga meningkatkan kerja sama kepariwisataan strategis antara Indonesia-Malaysia untuk percepatan pencapaian target kunjungan wisata nasional," pungkasnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya pun optimis event crossborder yang akan digelar Kemenpar akan sukses karena koordinasi sudah dilakukan, bahkan hingga melibatkan perwakilan negara tetangga. Semua persiapan pun sudah sangat matang.

"Jadi saya yakin event akan lancar. Untuk itu, jangan lewatkan event budaya Gawia Sowa yang akan digelar di Bengkayang ini," kata Arief.

Ia pun menambahkan, hubungan harmonis kedua negara benar-benar sangat terasa. Selain pergerakan masyarakatnya, ada banyak institusi yang terlibat. Hal ini tentu sangat bagus bagi masa depan Bengkayang secara menyeluruh.

"Akan ada lonjakan signifikan arus masuk wisatawan Malaysia. Sebab, jumlah peserta resminya sangat banyak. Belum lagi masyarakat umum dari Serawak. Selain berbagai kegembiraan, kami yakin akan ada perbaikan ekonomi signifikan," pungkas Arief.