Situs percandian Batujaya di Karawang akhirnya ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional. Konon lebih tua daripada Borobudur.
Penetapan sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 70/M/2019 tentang Kawasan Cagar Budaya Batujaya Sebagai Kawasan Cagar Budaya Tingkat Nasional.
Surat tersebut ditetapkan oleh mendikbud Muhadjir Effendy pada tanggal 11 Maret 2019 di Jakarta. "Surat penetapan ini baru kami terima dan akan kami sosialisasikan kepada masyarakat," kata Firman Sofyan, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Karawang saat ditemui detikcom di pemda Karawang, Kamis (4/4/2019).
Firman menuturkan, Pemkab Karawang telah mengusulkan status tersebut pada tahun 2018 lalu. Lantaran keterbatasan tenaga, Pemkab Karawang lalu menggandeng Balai Arkeologi Jawa Barat untuk melakukan kajian.
"Karena kami tidak punya tim ahli. Jadi kami meminta bantuan BALAR," tutur dia.
Setelah Candi Batujaya ditetapkan jadi cagar budaya nasional, Firman berharap candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara itu bisa menjadi destinasi wisata sejarah nasional.
"Sehingga makin menambah jumlah kunjungan ke Karawang," tuturnya.
Firman menuturkan, berdasarkan hasil penelitian balai arkeologi Jawa Barat, Candi Batujaya dibuat pada abad ke-4. Artinya lebih tua dari Candi Borobudur.
"Candi ini adalah candi tertua di nusantara," kata Firman.
Konsekuensinya, saat ini Disparbud Karawang bekerjasama dengan sejumlah pihak untuk meningkatkan infrastruktur di sekitar lokasi candi supaya wisatawan nyaman berkunjung.
Komplek Percandian Batujaya terletak di 3 desa dan 2 kecamatan. Di dalam komplek, terdapat 62 candi dan sejumlah peninggalan kebudayaan buni seperti menhir, makam dan fosil tengkorak manusia. Luasnya mencapai 500 hektare.
Seharian di Melaka, Ini Aktivitas yang Bisa Dilakukan
Kota Melaka di Malaysia dikenal sarat sejarah. Buat kamu yang mau liburan ke sana, ini aktivitas menarik yang bisa dilakukan.
Melaka diketahui sebagai tempat pendaratan pertama Portugis sekaligus menandai masuknya bangsa Eropa di wilayah Asia Tenggara. Selama berabad-abad, kota ini pernah dikuasai secara bergantian oleh Portugis, Belanda, dan Inggris hingga Malaysia merdeka pada tahun 1957.
Tak heran, kota ini kaya akan bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kolonial di masa penjajahan. Jika berada di Melaka, kita seakan menjelajahi lorong waktu dan kembali ke masa lampau. Para pecinta sejarah pun menjadikan kota ini sebagai salah satu destinasi wajib untuk dikunjungi.
Beruntung, bulan lalu aku bisa menginjakkan kaki di kota ini. Setelah menempuh perjalanan menggunakan bis dari Singapore selama kurang lebih 2,5 jam, aku pun tiba di Melaka. Tempat ini menawarkan pesona masa lalu dengan sentuhan modern.
Di kota ini, kita bisa melakukan banyak hal dalam sehari, mulai dari wisata kuliner di Jonker Street, hunting foto instagenic di kawasan Red Square, wisata sejarah di berbagai gedung tua yang masih terawat rapi, berkeliling bangunan tua seperti rumah, hotel, bekas gedung perkantoran yang masih dirawat dengan baik, hingga museum hopping bagi kalian pecinta museum.
Ada juga masjid cantik di Selat Malaka yang bisa traveler kunjungi, namun letaknya agak jauh dari pusat kota.Â
Untuk oleh-oleh, jangan khawatir. Harga souvenir di sini cukup terjangkau. Magnet kulkas mulai dari RM 10 bisa dapat 4 buah, kaos seharga RM 20 dengan kualitas bagus, juga makanan halal yang mudah didapat.
Jarak satu destinasi dengan destinasi lain pun berdekatan, sehingga kita cukup berjalan kaki saja. Kalau jauh, ada transportasi online yang dapat diandalkan.
Jadi kalau traveler berlibur ke Singapura atau Kuala Lumpur, sempatkan berkunjung ke Melaka ya, karena kota ini dapat ditempuh dengan waktu tak sampai 3 jam dari kedua wilayah tersebut.