Kamis, 06 Februari 2020

Lounge Bandara Narita Jepang yang Manjakan Traveler

Menunggu penerbangan bisa menjadi hal menyenangkan. Bandara Internasional Narita di Tokyo, Jepang punya Sakura Lounge yang menyediakan pijat gratis.

detikcom diajak Japan Airlines (JAL) dan Japan National Tourism Organization (JNTO) berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu. Dalam kunjungan ini detikcom mampir ke Sakura Lounge di Narita International Airport, Tokyo, Jepang.

Sakura Lounge berada persis di depan pemeriksaan imigrasi bandara. Lokasinya sangat mudah ditemukan.

Penumpang JAL dengan kelas premium ekonomi dan bisnis bisa mengakses lounge ini secara gratis. Begitu masuk, traveler akan disambut meja resepsionis dan diminta menunjukkan boarding pass.

Setelah pengecekan traveler akan langsung menemukan restoran. Hal yang paling di cari di restoran adalah menu kari.

"Banyak penumpang yang minta upgrade lounge hanya untuk menikmati kari di Sakura Lounge," ujar M Agil Saputra, Passanger Sales Executive Japan Airlines.

Memang, dilihat dari antrean menu makanan ini yang paling mengular. Kari ini tidak terlalu kental dan memiliki rasa manis. Potongan kentang dan daging membuat rasa kari makin menggoyang lidah.

Sakura Lounge terdiri dari 2 lantai. Setelah makan, traveler bisa turun ke lantai 1 dan bersantai sejenak.

Ada berbagai fasilitas yang ditawarkan. Sebut saja yang paling populer, pijat gratis. Sakura Lounge memberikan 3 ruangan khusus pijat bagi penumpang JAL.

Ruangan tersebut berukuran sekitar 3×3 dan diisi dengan satu kursi pijat. Jadi satu ruangan hanya bisa digunakan oleh satu orang. Sayang detikcom tidak sempat mencoba karena ruangannya penuh.

Ada lagi bar untuk traveler yang mau ngobrol santai. Bar tersebut berisi jus sampai minuman beralkohol.

Traveler bisa memilih sendiri minumannya dan duduk di kursi yang disediakan. Tempat duduk dengan suasana modern minimalis atau pemandangan langsung ke luar hanggar bisa menjadi pilihan.

Fasilitas lain seperti ruangan kedap suara juga ada. Ruangan ini diperuntukkan untuk calon penumpang yang ingin menelpon. Sehingga kamu bisa mengobrol dengan nyaman.

Toilet dan loker juga disediakan di tempat ini. Sehingga menunggu penerbangan bisa semakin nyaman.

"Calon penumpang ekonomi yang memiliki kartu keanggotaan tinggi atau sering terbang juga bisa mengakses Sakura Lounge," jelas Agil.

Duduk Sebelah Penumpang yang Bawa Elang di Pesawat, Apa Rasanya?

Kalau naik maskapai dari Timur Tengah, kamu bisa merasakan pengalaman yang unik. Naik pesawat bareng burung elang!

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Senin (8/4/2019) baru-baru ini heboh di Twitter mengenai dua penumpang pesawat yang membawa burung elang di dalam kabin. Diketahui, itu terjadi di salah satu maskapai asal Timur Tengah.

Terlihat, burung elang itu ditutup bagian kepalanya. Elangnya ditaruh di tangan dan terlihat baik-baik saja.

Faktanya, beberapa maskapai asal Timur Tengah seperti Royal Jordania dan Qatar Airways mengizinkan penumpang membawa burung elang di kabin pesawat. Tapi tentu, ada beberapa persyaratan dan kena biaya tambahan.

Salah seroang penumpang pesawat, Tom Whitehill menceritakan kisahnya duduk di sebelah penumpang yang membawa burung elang. Dilansir CNN Travel, itu terjadi di tahun 2014 saat penerbangan dari Dubai ke Doha naik Qatar Airways.

"Pertama itu sangat aneh, karena tidak ada pemberitahuan apa-apa kalau ada yang membawa elang," kata Tom.

Elangnya berisik nggak?

"Tidak, burung elangnya tidak berisik dan tidak pernah membuat keributan. Hanya saja ketika mengepakan sayapnya ya," jawabnya.

Sayap burung elang sangatlah lebar. Sehingga, bisa menganggu penumpang lain. Namun, pemilik burung elang dengan sigap akan mengurusnya.

"Burung elangnya juga memakai penutup kepala dan sangat tenang," ujar Tom.

Penutup kepala merupakan suatu kewajiban bagi pemilik burung elang jika peliharannya itu mau masuk di kabin pesawat. Sebabnya, penutup kepala pada burung elang akan membuatnya tetap tenang dan tidak panik.

Apa kamu pernah merasakan pengalaman serupa? 

Merasakan Keramahan Suku Osing Langsung di Banyuwangi

Bila berlibur ke Banyuwangi, sempatkanlah untuk mampir ke Desa Kemiren. Ada Suku Osing yang masih sangat kental adat budayanya di sana.

Banyuwangi, kabupaten paling timur di Pulau Jawa ini memiliki warga desa yang ramah dan pasti membuat kita betah berlama-lama di sana. Adem, tenteram suasananya hingga pemandangan hamparan rumput hijau berhias bunga akan semakin memanjakan mata.

Hal itu detikcom rasa saat bertandang ke rumah Mbok Ning (72). Dengan senang hati ia menyambut kehadiran kami dan langsung mempersilakan masuk ke rumah untuk melihat isi dapur dan bagian belakang rumah, bernama Tingkle.

Sambil berbincang, ia menyempatkan diri mengunyah sirih selayaknya orang tua di masa lalu. Ia melayani kami dengan perbincangan ringan akan adat istiadat dan kebiasaan warga Suku Osing.

Asal mula kata Desa Kemiren, wilayah Suku Osing berada menurut sesepuh desa, dahulu saat pertama kali ditemukan berupa hutan. Nah di situ terdapat dominasi pohon kemiri dan duren (durian) sehingga mulai saat itu dinamakan 'Desa Kemiren', kemiri-duren.

Menurut sejarah, masyarakat desa adat Kemiren berasal dari orang-orang yang mengasingkan diri dari Kerajaan Majapahit karena mulai runtuh sekitar tahun 1478 M. Selain menuju ke ujung timur Pulau Jawa, orang-orang Majapahit juga mengungsi ke Gunung Bromo (Suku Tengger) dan Pulau Bali.

Kelompok masyarakat yang mengasingkan diri ini kemudian mendirikan Kerajaan Blambangan di Banyuwangi yang bercorak Hindu-Buddha seperti halnya kerajaan Majapahit. Berkuasa selama 200 tahun, akhirnya jatuh ke tangan Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1743 M.

Desa Kemiren ini lahir pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1830-an. Awalnya, desa ini hanyalah hamparan sawah hijau dan hutan milik para penduduk Desa Cungking yang konon menjadi cikal bakal Suku Osing.

Desa wisata Kemiren secara administratif masuk di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan secara historis geneologis-sosiologis masih memperlihatkan tata kehidupan sosio-kultural yang mempunyai kekuatan nilai tradisional Osing. Efeknya pada saat kepemimpinan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman, Desa Kemiren ditetapkan menjadi kawasan wisata Desa Adat Osing dan menjadi tempat wisata di Banyuwangi.

Dalam lingkup lebih luas, Osing merupakan salah satu bagian sub-etnis Jawa. Dalam peta wilayah kebudayaan Jawa, Osing merupakan bagian wilayah Sabrang Wetan yang berkembang di daerah ujung timur Pulau Jawa.

Keberadaan komunitas Osing berkaitan erat dengan sejarah Blambangan (Scholte, 1927). Menurut Leckerkerker (1923:1031), orang-orang Osing adalah masyarakat sisa keturunan kerajaan Hindu Blambangan yang berbeda dari masyarakat lainnya (Jawa, Madura dan Bali), bila dilihat dari adat-istiadat, budaya maupun bahasanya (Stoppelaar, 1927). 

Lounge Bandara Narita Jepang yang Manjakan Traveler

Menunggu penerbangan bisa menjadi hal menyenangkan. Bandara Internasional Narita di Tokyo, Jepang punya Sakura Lounge yang menyediakan pijat gratis.

detikcom diajak Japan Airlines (JAL) dan Japan National Tourism Organization (JNTO) berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu. Dalam kunjungan ini detikcom mampir ke Sakura Lounge di Narita International Airport, Tokyo, Jepang.

Sakura Lounge berada persis di depan pemeriksaan imigrasi bandara. Lokasinya sangat mudah ditemukan.

Penumpang JAL dengan kelas premium ekonomi dan bisnis bisa mengakses lounge ini secara gratis. Begitu masuk, traveler akan disambut meja resepsionis dan diminta menunjukkan boarding pass.

Setelah pengecekan traveler akan langsung menemukan restoran. Hal yang paling di cari di restoran adalah menu kari.

"Banyak penumpang yang minta upgrade lounge hanya untuk menikmati kari di Sakura Lounge," ujar M Agil Saputra, Passanger Sales Executive Japan Airlines.

Memang, dilihat dari antrean menu makanan ini yang paling mengular. Kari ini tidak terlalu kental dan memiliki rasa manis. Potongan kentang dan daging membuat rasa kari makin menggoyang lidah.

Sakura Lounge terdiri dari 2 lantai. Setelah makan, traveler bisa turun ke lantai 1 dan bersantai sejenak.