Rabu, 19 Februari 2020

Wisatawan Lokal Masih Sepi di Lombok, Mengapa?

 Wisatawan lokal masih sepi di Lombok, NTB. Disebabkan, masih ada trauma pasca gempa dan harga tiket pesawat yang mahal.

Hal itu diungkapkan pelaku wisata di Lombok kepada detikTravel, akhir pekan kemarin. Kunjungan wisatawan lokal masih sepi tidak seperti wisatawan mancanegara yang berangsur normal.

"Trauma Healing sudah 6 kali di semua destinasi terdampak, dan sudah mulai normal. Lombok tidak lagi menggunakan tag line Lombok Bangkit. Beransur menuju ke normal," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya ketika dihubungi detikTravel, baru-baru ini.

Menurut Arief, memang bulan Januari-Februari merupakan low season bagi pariwisata Indonesia termasuk Lombok. Apalagi, belum adanya event MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition) di sana.

"Januari Februari setiap tahun memang low season, tidak banyak MICE di Lombok Sumbawa," terangnya.

Soal tiket juga masih menjadi keluhan. Wisatawan menjerit, pun pelaku usaha wisata. Arief berujar, ada baiknya tiket pesawat naiknya tidak terlalu tinggi dan tidak mendadak.

"Solusi untuk Lombok, tetap akan dipromosikan sesuai dengan pasarnya, sambil terus memperbaiki semua infrastruktur dasar 3A di Destinasi, Atraksi, Akses dan Amenitas," tutup Arief.

Bukan Hokkaido, Ini Okaido Tempat Wisata Belanja di Jepang

Liburan ke Jepang baru lengkap dengan wisata belanja. Di Kota Matsuyama, Ehime, ada pusat perbelanjaan untuk memanjakan wisatawan, namanya Okaido.

Kota Matsuyama di Prefektur Ehime, 3 jam dari Hiroshima naik ferry, bisa menjadi tempat wisata di Jepang yang anti mainstream. Kalau boleh di bilang, Kota Matsuyama masih kental dengan suasana pedesaan.

Tapi jangan kira kota ini tidak punya tempat wisata belanja. detikTravel yang diundang Japan Airlines (JAL) dan Japan National Tourism Organization (JNTO) menyambangi kawasan pertokoan untuk berbelanja beberapa pekan lalu

Kawasan tersebut bernama Okaido, bukan Hokaido ya. Okaido memang dibuat khusus untuk memudahkan wisatawan dan masyarakat dalam berbelanja.

Berada di tengah Kota Matsuyama, Okaido buka dari pagi hingga pukul 20.00 waktu setempat. Maklum, Kota Matsuyama bukanlah metropolitan seperti Tokyo https://www.detik.com/tag/tokyo/ atau Osaka.

Di sini wisatawan akan dimanjakan dengan berbagai toko. Mulai dari kecantikan, kuliner, sampai pakaian. Kalau tersesat, kamu bisa menggunakan layar informasi yang telah disediakan. Layar informasi ini terdedia dalam bahasa Jepang, China dan Korea.

Okaido dibuat rapih dengan bangunan susun dua yang memanjang. Kalau kamu mau naik sepeda juga bisa, Okaido sudah menyiapkan parkiran khusus sepeda. Sungguh tempat wisata di Jepang yang nyaman.

Kalau lelah berbelanja, pengunjung bisa menyesap kopi atau teh di kawasan ini. Bahkan bioskop mini pun ada di Okaido, tentu saja dengan film garapan lokal.

Okaido memang jadi pusat perbelanjaan. Bukan berarti tempat ini kotor dan tak fotogenik. Okaido ditata dengan sangat rapih dan bersih. Di potong oleh beberapa jalur lintas umum, Okaido juga teratur dengan lampu merah. Pengunjung dilarang menyeberang jika lampu merah.

Sepanjang kawasan ini, wisatawan juga bisa menemukan telepon umum yang instagrammable. Telepon umum dengan kotak merah seperti di London. Telepon ini masih berfungsi dan bisa digunakan oleh pengunjung.

Toko-toko di Okaido sudah banyak yang menerapkan tax free untuk wisatawan. Syaratnya kamu harus belanja dengan total minimal JPY 5.000 atau sekitar Rp 635.230 dan bawa paspor.

Mau yang murah meriah? Okaido punya beberapa toko yang menjual barang-barang dengan harga JPY 100 atau sekitar Rp 13.000. Selamat berbelanja!

Waduh! Penumpang Temukan Gigi Manusia di Makanan dalam Pesawat

Mungkin ini kisah yang tidak biasa. Seorang penumpang menemukan gigi manusia saat makan di pesawat. Waduh!

Inilah yang dialami oleh Bradley Button, seorang warga negara Australia yang bepergian menggunakan maskapai Singapore Airlines dalam perjalanannya menuju Melbourne, Australia dari Wellington di Selandia Baru. Ia mengaku menemukan benda aneh dalam makanannya yang diduga sebagai gigi manusia.

Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Senin (4/3/2019) saat Bradley sedang mengunyah dan menikmati hidangannya, ia merasakan ada sesuatu yang janggal. Saat dilepehkan, ternyata menurut Bradley, benda tersebut adalah gigi manusia. Tentunya, bukan dari bagian giginya sendiri.

"Selama sisa penerbangan saya tidak enak badan. Selalu terpikirkan tentang bagian tubuh orang lain di dalam makanan saya, sungguh tidak menyenangkan," katanya seperti dilansir dari The Independent SG.

Bradley juga mengatakan, bahwa pramugari yang bertugas bersikukuh bahwa ia harus membawa makanan untuk diteliti lebih lanjut. Pramugari juga menambahkan, bahwa di dalam makanan tersebut adalah sebuah batu kecil, namun Bradley menyangkal hal itu.

Bradley mengungkapkan pada News Australia, bahwa ia mendapatkan voucher duty-free gratis senilai 75 USD sebagai tanda pemintaan maaf dari maskapai.

Pihak Singapore Airlines pun angkat bicara mengenai hal ini. Menurut mereka, kasus Bradley sedang diinvestigasi dan dianalisa lebih lanjut.

"Kami sedang menginvestigasi kejadian ini dan mengirimkan objek untuk dianalisa. Saat sudah menemukan jawaban, kami akan menentukan tindakan yang selanjutnya dilakukan. Kami berharap semua makanan dalam kualitas terbaik dan menyesalkan perbuatan yang terjadi," seperti yang dikutip dari AFP.

Wisatawan Lokal Masih Sepi di Lombok, Mengapa?

 Wisatawan lokal masih sepi di Lombok, NTB. Disebabkan, masih ada trauma pasca gempa dan harga tiket pesawat yang mahal.

Hal itu diungkapkan pelaku wisata di Lombok kepada detikTravel, akhir pekan kemarin. Kunjungan wisatawan lokal masih sepi tidak seperti wisatawan mancanegara yang berangsur normal.

"Trauma Healing sudah 6 kali di semua destinasi terdampak, dan sudah mulai normal. Lombok tidak lagi menggunakan tag line Lombok Bangkit. Beransur menuju ke normal," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya ketika dihubungi detikTravel, baru-baru ini.

Menurut Arief, memang bulan Januari-Februari merupakan low season bagi pariwisata Indonesia termasuk Lombok. Apalagi, belum adanya event MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition) di sana.

"Januari Februari setiap tahun memang low season, tidak banyak MICE di Lombok Sumbawa," terangnya.

Soal tiket juga masih menjadi keluhan. Wisatawan menjerit, pun pelaku usaha wisata. Arief berujar, ada baiknya tiket pesawat naiknya tidak terlalu tinggi dan tidak mendadak.

"Solusi untuk Lombok, tetap akan dipromosikan sesuai dengan pasarnya, sambil terus memperbaiki semua infrastruktur dasar 3A di Destinasi, Atraksi, Akses dan Amenitas," tutup Arief.