Senin, 02 Maret 2020

Senja Istimewa di Pulau Benan

Pulau Benan di Kepulauan Riau tak hanya indah dan bersih. Sunset dari tepi pantainya pun cantik.

Suara beberapa orang yang lompat dari jetty kedatangan di sebuah pulau kecil terdengar berulang-ulang. Mereka teman-temanku, anak-anak muda yang hari itu akan menghabiskan waktu dan bermalam pulau.

Namanya Pulau Benan. Dari sekian banyak pulau-pulau lain di sekitarnya, pulau sepanjang empat kilometer yang berada di dalam wilayah Kabupaten Lingga ini berhasil menarik perhatian kami. Tak hanya karena pantai pasir putihnya atau jernih airnya saja, tapi juga karena kejutan-kejutan menyenangkan yang begitu istimewa.

Keistimewaan Pulau Benan langsung bisa dirasakan ketika pertama kali menginjakkan kaki di pelabuhannya. Angin laut yang semilir mengibas-ngibas rambut, air jernih kebiruan bersama ikan-ikan tampak gembira menyambut.

Ombak kecil yang berlarian di pantai berhasil membentuk guratan-guratan pasir tipis nan indah di dasar laut. Rasanya, ingin saja segera menceburkan diri di sana. Tapi, tunggu dulu. Tak perlu terburu-buru. Melewati rumah-rumah warga, senyum dan sapa mereka begitu hangat dan ramah. Menjadikan kami, para pengunjung yang datang merasa diterima.

Bersih, itulah impresi istimewa lain yang langsung terasa. Ketika bertandang ke Benan, jangan harap kalian akan menemukan sampah berserakan. Warga Benan sadar betul pentingnya menjaga kebersihan. Mereka sudah tidak pernah lagi membuang sampah sembarangan, apalagi sampai membuang sampah ke laut.

Sebagai hasilnya, Pulau Benan dinobatkan sebagai pulau terbersih se-Kepulauan Riau pada tahun 2018. Pulau ini juga menjadi pulau contoh bagi pulau-pulau di sekitarnya dalam penanggulangan masalah sampah.

Jika hendak bermalam di sana, para pengunjung seperti kami dapat menyewa cottage-cottage sederhana tapi nyaman yang ada di sisi lain pulau. Cottage tersebut milik pemerintah yang dikelola dan dirawat warga sekitar. Dari balkon cottage, suara debur ombak terdengar. Pantai berair biru jernih mengintip dari celah-celah pohon kelapa. Anginnya membuai, membuat siapa saja mudah terlelap.

Bagi yang suka menjelajah pulau, pengelola menyediakan sepeda yang dapat disewa. Oh ya, ketika air pasang dan tenang, cobalah bersepeda ke arah ujung pulau. Selain bisa mendapatkan pemandangan terbaik, kalian juga bisa berenang dengan lebih aman.

Nah, sore itu beberapa dari kami, termasuk aku, mencoba menilik keindahan bawah laut Benan dengan snorkeling. Snorkeling menjadi salah satu kegiatan yang ditawarkan pihak pengelola Pulau Benan. Cukup dengan membayar seratus ribu rupiah saja, minimal lima orang, kami dibawa menuju ke spot-spot snorkeling di sekitar pulau untuk snorkeling sepuasnya.

Harga tersebut sudah termasuk sewa perahu dan peralatan snorkelingnya. Sembari menunggu perahu tiba, di situlah kami mencoba mencari kesenangan di jetty. Lompat sepuasnya sampai perahu yang membawa kami menjelajah bawah laut datang.

Alam bawah laut Benan cukup menawan. Koral-koral yang jadi rumah bagi ikan-ikan dan hewan laut lain tampak tumbuh sehat. Ikan nemo berenang ke sana kemari, terkadang bersembunyi di balik karang atau rumput laut, seperti sedang bermain petak umpet.

Sayang, kami menjelajah bawah laut Benan di sore hari, seandainya kami mulai dari pagi, pasti puas sekali. Jika sore, matahari sudah mulai turun, bawah laut pun menjadi lebih redup sehingga lebih sulit untuk melihat biota laut. Maka dari itu, kami memutuskan pulang saja, sebelum hari makin larut.

Di dalam perahu, terlihat langit semakin jingga dan matahari semakin turun. Hari itu senja di Benan begitu menawan. Kombinasi pas antara mentari, langit dan awan tak bisa dihiraukan. Keindahan senja tersebut seolah-olah tak mengizinkan kami cepat pulang ke cottage.

Lagi, teman-temanku melompat dari jetty. Lompatan demi lompatan menjadi lebih istimewa karena berlatar senja yang luar biasa. Hingga akhirnya, satu lompatan bersama-sama yang mereka lakukan menjadi penutup hari yang pasti tak terlupakan. Tengoklah, betapa istimewanya saat mentari di Pulau Benan itu tenggelam.

Gemerlap Wisata Malam di Pattaya

Pattaya di Thailand dikenal dengan wisata malamnya yang ramai. Pasar hingga kafenya banyak yang buka hingga larut malam.

Pattaya identik dengan kehidupan malam yang gemerlap dan meriah. Bahkan kecenderungannya aktivitas justru dimulai saat malam hari. Mulai dari pasar, kios, sampai toko perhiasan justru buka sampai larut malam.

Saat berada di Pattaya bersama para pemenang d'Traveler of The Year 2018 beberapa waktu lalu, selepas makan malam dan beristirahat sejenak di hotel, sebagian dari kami memutuskan untuk menikmati suasana Pattaya di waktu malam.

Kami cukup beruntung, tepat di seberang hotel tempat kami menginap adalah pasar yang menjual aneka buah segar. Selain buah-buahan, di pasar ini juga menjual makanan khas Thailand yang juga terkenal di Indonesia, mango sticky rice atau ketan mangga.

Untuk ketan mangga, rasanya jelas tidak perlu diragukan. Mangga yang sangat manis, berpadu dengan ketan yang legit dan disiram sedikit santan kental, terasa sangat nikmat.

Selepas menikmati ketan mangga, kami menuju ke arah pantai. Namun karena jarak antara hotel dengam pantai cukup jauh, maka kami memutuskan untuk menyewa kendaraan yang menurut tour leader kami dikenal sebagai monkey car di kalangan wisatawan, atau oleh warga sekitar disebut sebagai tuk-tuk. Cukup unik, sebab jika di Bangkok, tuk-tuk merupakan angkutan umum sejenis bajaj.

Tiba di pantai, kami turun di depan Hard Rock Hotel dan mulai berfoto di depannya. Bagi kamu kolektor kaos atau merchandise Hard Rock, jangan lewatkan kesempatan untuk membeli merchandise Hard Rock Pattaya ya.

Kami pun melanjutkan perjalanan kembali menyusuri kawasan pantai Pattaya di waktu malam. Di bibir pantai yang sudah gelap, kita bisa melihat deretan speedboat yang sedang bersandar. Ada juga sebagian wisatawan yang memilih untuk duduk santai di malam hari.

Jika membawa anak kecil, traveler tidak disarankan untuk mengajaknya berkeliling kawasan pantai kala malam. Ada beberapa hal yang belum patut disaksikan oleh anak di bawah umur di kawasan ini.

Sepanjang kawasan pantai Pattaya, terdengar hentakan musik dari bar dan kafe yang terdapat di sepanjang kawasan ini. Kebanyakan turis Eropa yang terlihat berada di dalam kafe ataupun bar yang ada di sini.

Namun bagi traveler yang memiliki budget terbatas, sepanjang kawasan pantai Pattaya juga terdapat pedagang kaki lima yang menjual aneka jajanan yang menggiurkan. Namun bagi traveler Muslim harap lebih berhati-hati, sebab belum tentu jajanannya halal.

Setelah berkeliling lebih jauh, akhirnya kami bisa menemukan penjual jajajanan halal. Penjualnya seorang wanita dari Thailand selatan yang mengenakan jilbab. Makanan yang dijualnya pun cukup nikmat, semacam martabak manis dengan isian pisang.

Bagi traveler yang ingin mencari oleh-oleh dan suvenir khas Thailand atau Pattaya, terdapat juga toko yang cukup besar dan buka sampai malam di kawasan ini.

Namun yang perlu diingat, tetap simpan tenaga dan jaga stamina saat mengitari kawasan ini. Sebab tanpa sadar, malam semakin larut, sementara esok hari masih banyak tempat-tempat menarik yang akan dikunjungi di Pattaya.