Jumat, 06 Maret 2020

Menaklukkan Jalur Darat dari Jakarta ke Bali (2)

Setelah kami cukup makan dan istirahat, kami dan beserta penumpang lainnya melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Ketapang. Sebentar lagi kami akan melintasi laut untuk menyeberang ke Bali.

Sekitar pukul 03.00 subuh, kami tiba di pelabuhan dan untunglah kami tidak dalam antrian yang panjang, sehingga, tidak lebih dari 30 menit, Bis kamipun sudah masuk ke dalam Ferry dan siap berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk.

Setelah keluar Bis, kami naik ke bilik atas Ferry. Kami sangat menikmati angin subuh, udara laut, suara air dari ombak yang menampar kapal Ferry kami. Meskipun langit belum lagi terang, tapi semangat kami sudah seperti matahari pagi yang berpendar-pendar.

Setelah 30 menit perjalanan, dan kami tiba di pelabuhan Gilimanuk, kami kembali ke Bis dan melanjutkan perjalanan menuju Denpasar. Perjalanan ini kami tempuh lebih kurang 4 jam dan dengan sekali terlelap, kami sudah tiba di Denpasar dan langsung menuju Hotel yang jaraknya cukup jauh dari terminal Mengwi, tempat kami tiba tadi.

Begitu memasuki kawasan Kuta, menuju Hotel, Ombaklah yang pertama menarik mataku, tanpa sadar, senyum lebarpun terhias, dan kami berdua seketika tertawa. Bahagia itu seperti elektrik saja, dari mata yang menatap Laut dan ombak dari atas mobil ojek online yang kami tumpangi, lelah sirna, kantuk dan lelah hilang entah kemana. Bahagia.

Setalah tiba dan check-in di hotel tempat kami menginap, Lucero, nama temanku, langsung mengajakku ke pantai sekaligus mengisi perut yang kosong. Kamipun menikmati makanan cepat saji di pinggir pantai, dengan penuh keramaian orang-orang yang juga menikmati matahari yang terik.

Senang sekali melihat keriuhan di hadapanku, sangat berbeda dengan keriuhan ibukota. Lebih hidup, di semua inderaku. Mejelang makan siang, kami kembali ke hotel dan langsung menyusun perjalanan berikutnya. Kamipun menyewa Motor dan langsung melanjutkan perjalanan menuju pantai Padang-Padang.

Setelah 30 menit perjalanan dan ditambah dengan pencarian dengan googlemap akhirnya kami tiba di Pantai Padang-Padang. Senang sekali. Panas mentari tak meredakan semangat kami untuk menikmati laut di Pantai ini.

Pantai Padang- Padang salah satu tempat favorit ku, dan kebetulan Lucero belum pernah sampai ke pantai ini. Di pantai ini Lucero berjemur, dan aku menikmati bawah air dan melihat ikan-ikan kecil berwarna warni yg cantik. air semakin naik ke pantai, sebelum senja datang, kami pun kembali ke hotel, singgah sebentar untuk membeli makanan dan menikmatinya di hotel, karena besok kami akan melakukan perjalanan yang lumayan panjang, menuju Karang Asem, untuk Rafting/arung Jeram.

Jam 6.30 esok paginya, kami sudah di jemput oleh pihak Travel yang kami sewa untuk Rafting. Sekitar 2 jam perjalanan, kami pun tiba di tempat Rafting, di daerah Karang Asem. Dan langsung bergabung bersama beberapa wisatawan dalam 1 boat bersama kami. Perjalanan menyusuri sungai di Karang Asem ini sangat sangat menyenangkan.

Kelelahan mengayuh perahu karet tak terasa, apalagi ketika kami memasuki setengah dari trip Rafting, kami harus berhenti dan turun dari perahu karet karena ada air terjun yang berbahaya untuk kami lewati, dimana jarak dari air terjun ke bawah sekitar 4 meter ke bawah. Sungguh seru dan menegangkan.

Menaklukkan Jalur Darat dari Jakarta ke Bali

Kalau kamu petualang sejati, harus coba menaklukkan jalur darat dari Jakarta menuju ke Bali. Seru dan pastinya banyak cerita untuk dikenang!

Ceritaku ini mengisahkan tentang perjalananku tahun lalu, tepatnya musim panas 2017, dimana aku kembali melakukan perjalanan yang lumayan panjang, dari Jakarta menuju Bali.

Setelah menghitung jadwal libur semester di sekolah musik tempatku bekerja, aku mendapatkan sepuluh hari libur, yang sayang kalau kuhabiskan di ibukota. Lalu, setelah menghitung perbekalan yang kubutuhkan, kuputuskan untuk menggunakan transportasi darat, dari Jakarta menuju Bali.

Seminggu sebelum keberangkatan, ternyata seorang teman berminat ikut bersamaku ke Bali dengan kereta api. Katanya sih, ingin tahu bagaimana rasanya melakukan perjalanan ke Bali lewat darat. Setidaknya, sebelum dia kembali ke negaranya, Peru.

Saatnya tiba kami berangkat, titik temu di Stasiun Gambir. Kami berangkat dengan KA Malam, KA Argo Anggrek. Dengan segala perbekalan makanan dan minuman yang cukup, kami memulai perjalanan menuju Surabaya.

Kami pun melanjutkan perbincangan. Seputar komunitas yang kami geluti bersama. Bertukar cerita tentang daerah-daerah cantik di Indonesia yang sudah pernah dia kunjungi, dan Negara Peru, tempat asal temanku. Tanpa terasa hingga subuh, barulah kami tertidur sejenak, dan pagi hari telah sampai di Surabaya.

Sesampai di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, kami pun melanjutkan perjalanan ke tempat Bus Gunung Harta untuk membeli Tiket yang sudah kupesan terlebih dahulu. Setelah kami mendapatkan Bus, kami pun pergi mencari Sarapan.

Yang kupilih adalah sarapan tradisional yang ada di daerah Karangmenjangan, Lontong Balap, khas Surabaya. Setelah Sarapan, saya mengajak temanku mampir ke rumah Ibu angkatku, untuk beristirahat sejenak sambil menunggu waktu kami berangkat ke Bali di sore harinya.

Setelah jam 14.00 wib sudah tiba, kami pun bergegas dengan semangat menuju tempat Bis Gunung Harta untuk melanjutkan perjalanan kami. Sebelumnya, aku meminta temanku untuk mengamankan dompet dan uangnya. Dibagi ke beberapa tempat, dan menyimpan Passportnya terpisah dengan dompetnya, sebagai pencegahan.

Karena, dari beberapa informasi yang kudapat, perjalanan dengan bus kadangkala tidak aman, karena sering ada copet saat penumpang tertidur. Tepat pukul 16.00 sore, perjalanan kami dengan bus menuju Denpasar pun dimulai.

Setelah beberapa jam perjalanan, Bis yang kami tumpangi pun tiba di daerah yang bernama Pasir Putih, untuk turun makan. Aku sempat kuatir, apakah temanku cocok dengan makanan yang disediakan oleh pengelola Bis yang kami tumpangi. Untunglah, temanku cukup menikmati pilihan makanan yang disediakan kepada kami.

Nasi dan rawon, ayam penyet, dan ada pula gulai, serta bakso. Temanku memilih mencicipi bakso, dan dia memuji rasa baksonya, yang katanya berbeda dengan rasa Bakso yang pernah dia makan di Jakarta. Aku senang karena temanku menyukai bakso dan rawon yang kami santap.