Jumat, 06 Maret 2020

Menaklukkan Jalur Darat dari Jakarta ke Bali

Kalau kamu petualang sejati, harus coba menaklukkan jalur darat dari Jakarta menuju ke Bali. Seru dan pastinya banyak cerita untuk dikenang!

Ceritaku ini mengisahkan tentang perjalananku tahun lalu, tepatnya musim panas 2017, dimana aku kembali melakukan perjalanan yang lumayan panjang, dari Jakarta menuju Bali.

Setelah menghitung jadwal libur semester di sekolah musik tempatku bekerja, aku mendapatkan sepuluh hari libur, yang sayang kalau kuhabiskan di ibukota. Lalu, setelah menghitung perbekalan yang kubutuhkan, kuputuskan untuk menggunakan transportasi darat, dari Jakarta menuju Bali.

Seminggu sebelum keberangkatan, ternyata seorang teman berminat ikut bersamaku ke Bali dengan kereta api. Katanya sih, ingin tahu bagaimana rasanya melakukan perjalanan ke Bali lewat darat. Setidaknya, sebelum dia kembali ke negaranya, Peru.

Saatnya tiba kami berangkat, titik temu di Stasiun Gambir. Kami berangkat dengan KA Malam, KA Argo Anggrek. Dengan segala perbekalan makanan dan minuman yang cukup, kami memulai perjalanan menuju Surabaya.

Kami pun melanjutkan perbincangan. Seputar komunitas yang kami geluti bersama. Bertukar cerita tentang daerah-daerah cantik di Indonesia yang sudah pernah dia kunjungi, dan Negara Peru, tempat asal temanku. Tanpa terasa hingga subuh, barulah kami tertidur sejenak, dan pagi hari telah sampai di Surabaya.

Sesampai di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, kami pun melanjutkan perjalanan ke tempat Bus Gunung Harta untuk membeli Tiket yang sudah kupesan terlebih dahulu. Setelah kami mendapatkan Bus, kami pun pergi mencari Sarapan.

Yang kupilih adalah sarapan tradisional yang ada di daerah Karangmenjangan, Lontong Balap, khas Surabaya. Setelah Sarapan, saya mengajak temanku mampir ke rumah Ibu angkatku, untuk beristirahat sejenak sambil menunggu waktu kami berangkat ke Bali di sore harinya.

Setelah jam 14.00 wib sudah tiba, kami pun bergegas dengan semangat menuju tempat Bis Gunung Harta untuk melanjutkan perjalanan kami. Sebelumnya, aku meminta temanku untuk mengamankan dompet dan uangnya. Dibagi ke beberapa tempat, dan menyimpan Passportnya terpisah dengan dompetnya, sebagai pencegahan.

Karena, dari beberapa informasi yang kudapat, perjalanan dengan bus kadangkala tidak aman, karena sering ada copet saat penumpang tertidur. Tepat pukul 16.00 sore, perjalanan kami dengan bus menuju Denpasar pun dimulai.

Setelah beberapa jam perjalanan, Bis yang kami tumpangi pun tiba di daerah yang bernama Pasir Putih, untuk turun makan. Aku sempat kuatir, apakah temanku cocok dengan makanan yang disediakan oleh pengelola Bis yang kami tumpangi. Untunglah, temanku cukup menikmati pilihan makanan yang disediakan kepada kami.

Nasi dan rawon, ayam penyet, dan ada pula gulai, serta bakso. Temanku memilih mencicipi bakso, dan dia memuji rasa baksonya, yang katanya berbeda dengan rasa Bakso yang pernah dia makan di Jakarta. Aku senang karena temanku menyukai bakso dan rawon yang kami santap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar