Senin, 09 Maret 2020

Derawan, Kepulauan yang Menawan

Datang ke Derawan di Kalimantan TImur tidak hanya sekedar melihat keindahan laut atau pantai. Kamu akan mendapatkan pengalaman yang lebih dari itu.
Kunjungan pertama saya ke Derawan pada Mei 2014. Diawali dari Ahmad Yani, ke Soekarno Hatta untuk bertemu teman terlebih dahulu, lalu berangkat bersama mereka ke Juwata, Tarakan. Dari Tarakan kami melanjutkan perjalanan Derawan dengan menggunakan speed boat. Jangan lupa menggunakan swim vest demi keselamatan ya, apalagi ketika kita mengendarai speed boat, goncangan ombaknya akan sangat terasa. 

Setibanya di Derawan, saya langsung bisa merasakan keindahan alam ciptaan Tuhan. Air lautnya jernih, ombak yang tenang, pasir putihnya bersih, koral dan ikan yang tampak jelas disekitar pantai. Penginapan tempat tinggal kami juga tampak tidak mengecewakan karena kamarnya bersih, Wifi kencang, dan pelayanannya ramah.

Saat itu kami berada di satu penginapan dengan kakek dan nenek dari Jerman dan pasangan pengantin baru dari Korea Selatan. Wow mereka saja jauh-jauh datang ke Indonesia untuk menikmati keindahan Derawan, kita sebagai warga Indonesia asli pastinya harus lebih paham tentang Derawan. Jangan sampai kalah dengan wisatawan mancanegara yang banyak mengeksplor kecantikan Indonesia sebagai salah satu Pesona Asia. Bisa terbayang juga kan keindahan Derawan? Sampai-sampai banyak wisatawan mancanegara rela jauh-jauh ke sini.

Kegiatan pertama kami di Derawan adalah belajar snorkeling. Di antara teman-teman, saya sendiri yang tidak bisa berenang. Walaupun saya tidak bisa berenang, tapi saya tetap pede. Toh saya juga pakai pelampung dan kaki katak, jadi pasti tetap bisa mengambang.

Hal yang cukup susah menurut saya adalah dengan menggunakan kaca mata untuk snorkeling dan selang nafas, karena saya tidak bisa bernapas melalui hidung melainkan harus melalui mulut, dan saya belum terbiasa. Namun, berkat training singkat ini saya bisa cukup mahir menggunakan peralatan snorkeling dan akhirnya bisa menikmati keindahan bawah laut Kepulauan Derawan.

Selain terkenal dengan keindahan bawah lautnya, Kepulauan Derawan juga memiliki program pelestarian penyu dan tempat penangkaran penyu semi alami yang berlokasi di Pulau Sangalaki. Di sana kami bisa melihat tukik-tukik yang baru menetas dan siap untuk di lepas ke pantai.

Di sana kami dijelaskan bagaimana cara memelihara kelestarian penyu dan juga cara membedakan tukik jantan dengan betina. Perbedaannya adalah tukik jantan punya ekor lebih panjang (karena terdapat organ reproduksi) daripada tukik betina. Yang menarik dari penyu adalah jenis kelamin mereka ditentukan oleh suhu lingkungan sekitar. Jika suhu hangat maka akan menetas tukik berjenis kelamin betina dan jika suhu lebih dingin maka jantan. Begitu unik bukan?

Indonesia dikenal dengan keramahtamahan penduduknya, begitu pula dengan warga Kepulauan Derawan. Ketika kami mengitari kepulauan terlihat bahwa penduduknya sangat ramah pada wisatawan yang datang . Kebanyakan dari masyarakat Kepulauan Derawan bekerja di sektor pariwisata, seperti menjadi pegawai penginapan, memiliki usaha persewaan sepeda, ataupun berdagang souvenir dan juga menjadi nelayan.

Kehidupan mereka juga seperti masyarakat Indonesia kebanyakan, anak-anak bisa bermain dengan bebas bersama dengan teman-teman mereka. Mereka pun tampak sangat bahagia bermain permainan seperti lompat tali, bersepeda, atau bermain bulu tangkis dan bola. Lingkungannya terasa begitu nyaman bukan?

Hal tak terlupakan yang kami alami saat di Derawan adalah sewaktu perjalanan pulang dari Pulau Sangalaki, kondisi langit sangat mendung, dan saat kami berada di tengah laut, tidak jauh dari speed boat kami ada kapal yang mati mesin. Kami pun mendekat dan menawarkan bantuan.

Penumpang kapal tersebut akhirnya dipindahkan ke speed boat kami. Kebetulann rombongan kami menyewa 2 speed boat, sehingga kami bisa mengangkut seluruh penumpang kapal tersebut. Setelah selesai proses evakuasi, hujan pun turun dengan sangat deras dan ombak menjadi tinggi. Kami langsung bergegas menuju pulau agar tidak terjebak oleh cuaca yang lebih buruk.

Derawan memang meberikan banyak kenangan, mulai dari keindahan pantainya, kehindahan biota lautnya, atau pun hubungan antar manusia yang sangat erat dan saling tolong menolong. 

Taj Mahal, Mumbai dan Surganya Bollywood (2)

Di New Delhi, saya mengunjungi Humayun Tomb, komplek pemakaman batu merah Maharaja Mughal Humayun yang sengaja dibuat oleh sang istri, Hamida Banu Begam. Saya juga mengunjungi komplek kuil Swaminarayan Akshardham di kawasan Pandav Nagar yang mencakup berbagai arsitektur, nilai spiritual, dan budaya India.

Sayang, saya tidak dapat mengabadikan indahnya momen berdiri di depan kuil utama saat matahari mulai terbenam. Paduan cahaya jingga dan nila yang memantul di seluruh sisi kuil menjadi pemandangan yang hanya dapat disimpan oleh memori di kepala. Membawa gawai dan kamera sangat tidak dibolehkan, suatu strategi yang matang untuk mendatangkan wisatawan melalui cerita dari mulut ke mulut dan peningkatan pendapatan bagi penyedia jasa foto cetak di area tersebut.

Selain itu, tidak lengkap rasanya datang ke India tanpa mengunjungi ikon keajaiban dunia, Taj Mahal, di Agra. Perjalanan dari New Delhi menuju Agra ditempuh selama 4 jam menggunakan bus. Seperti Humayun Tomb, Taj Mahal juga dibangun sebagai bukti cinta, yakni cinta sang suami, Raja Shah Jahan, kepada mendiang istrinya, Ratu Mumtaz Mahal.

Bangunan ini merupakan makam muslim yang dibangun menggunakan marmer dan pualam putih dengan ukiran kaligrafi. Di sisi kanan-kirinya terdapat masjid dan tempat beristirahat bagi pengunjung. Pengunjung diperbolehkan mengabadikan momen sendiri di pelataran Taj Mahal kecuali saat memasuki ruang makam. Beberapa petugas mengelilingi makam dan mengawasi pengunjung untuk tidak mengambil gambar di makam tersebut.

Terakhir, saya mengunjungi pasar seni Dilli Haat, salah satu pusat kerajinan tangan yang terkenal di India. Ada banyak barang yang ditawarkan, seperti pakaian, tas, alas kaki, aksesoris, perabot rumah tangga, dan lain-lain. Pengunjung harus pandai menawar barang kepada Pita (bapak) dan Mata (ibu), pedagang di sana. Menawar barang dapat disertai senyuman dan candaan yang sesuai agar mereka luluh kepada wisatawan asing tanpa membuatnya rugi berdagang. Saya beruntung, dua kios memberi bonus barang sebagai ucapan selamat jalan untuk pulang ke Indonesia.

Pukul 00.25 memasuki hari kesebelas, saya menghirup panjang udara dingin di bandara Indira Gandhi, pertanda perjalanan ini hampir usai. Pengalaman travelling, baik dalam maupun luar negeri, selalu menyenangkan jika kita tahu cara menjalani dan mensyukurinya.

Saya menghabiskan waktu di Mumbai selama 3 hari, berkunjung ke Film City dan beberapa tempat lainnya. Perlahan lidah saya mulai berkompromi dengan rempah-rempah khas India tiap kali waktu makan tiba. Saya melanjutkan perjalanan menuju Pune dan tinggal di sana selama 2 hari.

Dari Pune, saya bertolak menuju New Delhi. Suhu udara berubah drastis. Saat itu musim dingin sedang berada di penghujung waktu. Namun, menurut kawan yang saya temui di sana suhu dingin New Delhi belum seberapa dibanding suhu daerah lain di bagian utara seperti Kashmir.

Sebelum berangkat, saya sudah mencari tahu informasi musim dan kecenderungan cuaca di sana. Kondisi tersebut membuat tubuh seseorang rentan terserang masuk angin, sakit kepala, flu, batuk, bahkan demam. Oleh karena itu, atas rekomendasi mama, saya sengaja membawa dua kotak obat herbal siap minum. Sejak lama, anggota keluarga dibiasakan untuk tidak langsung mengonsumsi obat medik, tetapi terlebih dahulu meminum obat herbal yang diracik di dapur sendiri.Â