Sabtu, 21 Maret 2020

Cantiknya Kota Tua Berumur Ratusan Tahun di Shandong

Kota tua memang menarik untuk jelajahi. Selain cantik, kota tua biasanya menyimpan sejarah penting. Inilah Qingzhou Ancient Town kebanggaan Kota Qingzhou.

Kota Tua Qingzhou atau Qingzhou Ancient Town berjarak sekitar 1,5 jam dari Kota Weifang, Provinsi Shandong, China. detikTravel mendapat kesempatan untuk berkunjung ke kota ini bersama Dwidaya Tour, pekan lalu.

Yang paling menarik dari kota ini adalah kota tuanya. Qingzhou Ancient Town diawali dengan gerbang besar. Traveler bisa masuk gratis ke dalam kawasan Kota Tua.

Hal pertama yang paling menarik adalah bangunan-bangunan yang ada di sini. Bangunan-bangunan ini sudah ada sejak Dinasti Han. Gaya bangunannya masih asli sejak 700 tahun lalu, walau dengan peremajaan.

Dari pintu gerbang, traveler akan dimanjakan dengan suasana eksotik jadul. Kebanyakan bangunan-bangunan ini sekarang di gunakan sebagai restoran atau kedai. Ada pula penjajak makanan kecil yang menggunakan gerobak.

Selain bangunan berbentuk rumah, ada pula gereja tua di kawasan ini. Semua bangunan tertata rapih dan sangat bersih. Tentu saja, grade dari tempat wisata ini adalah AAAAA.

Wisatawan pun dibuat aman dengan adanya polisi yang terus melakukan penjagaan di kawasan tersebut. Traveler dibuat puas untuk berkeliling dan foto-foto dengan latar bangunan kuno.

Area ini sangat luas dan tergabung dengan rumah warga. Wisatawan akan menemukan tanda forbidden untuk turis karena itu masuk dalam lingkungan penduduk.

Kalau lelah berjalan, pihak pengelola memiliki jasa sewa bis untuk berkeliling. Wih!

Itu baru kawasan bawah Qingzhou Ancient Town. Traveler juga diperbolehkan naik ke atas gerbang dan menikmati kota tua dari ketinggian.

Untuk bisa naik ke atas gerbang, traveler akan dikenakan biaya sebesar 5 Yuan atau sekitar Rp 10.000an. Selain bangunan bersejarah yang tidak dibuka untuk umum, ada patung prajurit dan meriam yang melengkapi gerbang ini.

Dari atas sini keindahan Qingzhou Ancient Town terlihat makin bersinar. Apalagi saat malam tiba. Sisi bangunan-bangunan dibuat menyala dengan lampu-lampu kecil.

Sembari menyurusi gerbang yang cukup panjang, kamu akan dibuat kagum dengan keindahan Kota Qingzhou. Namun kamu tak bisa berlama-lama di atas sini.

Wisatawan akan diminta turun pada pukul 18.00 waktu setempat. Tapi kalau kawasan kota lamanya terbuka 24 jam.

Hanya saja lampu-lampu akan padam pada pukul 22.00 waktu setempat. Jika musim dingin, lampu akan dibiarkan menyala lebih malam yaitu pukul 23.00 waktu setempat.

My Trip My Adventure: Marshall Sastra Bertahan Hidup di Hutan Pangandaran

Petualangan adalah juga urusan bertahan hidup. Lihat aksi Marshall Sastra bertahan hidup di hutan Pangandaran dalam My Trip My Adventure.

My Trip My Adventure akan kembali hadir dengan episode terbaru pada Sabtu (5/1/2019) pukul 08.30 WIB di Trans TV. Host MTMA Marshall Sastra akan mencoba petualangan survival di hutan Pangandaran, Jawa Barat.

Banyak hal seru dan berbahaya yang dilakukan Marshall di hutan selatan Jawa Barat itu. Marshall akan trekking dan berjalan menyusuri hutan menerabas pepohonan yang lebat dan liar.

Dia juga bertemu dan mendapat gangguan dari ular di hutan. Urusan persediaan minum juga akan jadi tantangan. Selain itu juga Marshall harus membuat tempat berlindung atau shelter menggunakan bahan-bahan dari hutan.

Simak juga bagaimana Marshall mencari makanan di sungai dan mencari lobster bareng nelayan untuk makan. Dia juga sempat menolong orang yang tenggelam dan pingsan.

Tidak lupa juga Marshall menjelajah air terjun dan bertualang. Survival di hutan ini pasti punya banyak informasi dan pengetahuan yang menarik untuk traveler. Jangan lewatkan ya episode terbaru MTMA ini!

Ini yang Paling Dicari Turis Timur Tengah di Tangkuban Perahu

Tangkuban Perahu jadi salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Barat. Tidak terkecuali wisatawan mancanegara, khususnya Timur Tengah.

Bagi yang sudah pernah berwisata ke Tangkuban Perahu, barangkali sudah pasti akrab dengan Kawah Ratu. Mayoritas wisatawan yang melancong ke gunung yang berada di Bandung Utara ini untuk melihat kawah utama yang dikelilingi tebing tinggi di sekelilingnya tersebut.

Padahal, Tangkuban Perahu bukan hanya Kawah Ratu. Gunung yang menurut legenda berasal dari perahu yang ditendang Sangkuring ini sebenarnya memiliki 9 kawah. Satu kawah lagi yang dibuka untuk umum adalah yakni Kawah Domas. Namanya memang kurang populer dibandingkan Kawah Ratu yang merupakan destinasi utama di Tangkuban Perahu.

Kawah Domas merupakan kawah aktif yang menyemburkan air panas. Saking panasnya, air dari aktivitas vulkanik ini bisa dipakai untuk merebus telur. Selain kolam air dengan suhu mendidih, kawah ini memiliki 3 kolam lainnya yang airnya relatif cukup hangat dan bisa dipakai untuk berendam dengan suasana rileks.

Di kolam ini, pengunjung bisa mengambil lumpur vulkanik yang mengandung belerang sebagai lulur dan masker yang dipercaya bisa mengobati beragam penyakit. Ada pula sejumlah warga sekitar yang menawarkan jasa pijat dengan lumpur vulkanik yang tarifnya cukup terjangkau.

Nelson, Koordinator Pengelola Tangkuban Perahu, mengatakan Kawah Domas selama ini jadi destinasi favorit bagi bagi turis asing, khususnya yang berasal dari Timur Tengah. Mereka umumnya berkunjung saat musim libur sekolah di negaranya.

"Kalau buat wisatawan asing, terutama dari Timteng, ini (Domas) primadonanya. Dianggapnya, mereka tidak merasa ke Tangkuban Perahu kalau tidak mampir ke Kawah Domas. Pokoknya kalau turis dari Timteng, paling dicari Kawah Domas. Selain Arab, turis asing paling banyak dari China, India, kemudian Malaysia," ucap Nelson kepada detikTravel.

Dikatakannya, saat musim libur, kunjungan wisatawan asing yang didominasi dari Timteng bisa mencapai lebih dari 200 orang. Berendam di kawah dan pemandangan hutan lindung jadi alasan utama turis asal Timteng menjadikan Domas sebagai destinasi wajibnya.

"Mereka tertarik kawah karena memang tidak ada di negaranya. Mereka tertarik dengan alamnya, terutama yang ke Kawah Domas," ungkap Nelson.

Berbeda dengan Kawah Ratu, Kawah Domas sendiri letaknya cukup tersembunyi. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak di kawasan hutan lindung sejauh 1,2 kilometer dari tempat parkir yang terletak di tepi jalan sebelum menuju Kawah Ratu.

Butuh setidaknya 20-30 menit berjalan kaki untuk mencapai Kawah Domas. Kendati begitu, perjalanan yang cukup lama itu tak akan membosankan, mengingat pemandangan hutan lindung yang masih sangat alami dengan vegetasi hutan berlumut.

Kawah aktif ini terbentuk dari sisa letusan Gunung Tangkuban Perahu. Selain kolam air panasnya, pemandangan di sekitar Kawah Domas sangat memanjakan mata. Air panas maupun uap air yang keluar dari sela-sela batuan jadi spot menarik untuk berfoto.

Sementara tebingnya yang berwarna putih kapur di sekeliling kawah juga membuat pengunjung ingin berlama-lama di situ. Yang berbeda dengan Kawah Ratu, Domas relatif sangat sepi, sehingga cocok untuk wisatawan yang memang mencari ketenangan.

Selain Kawah Ratu dan Domas, Tangkuban Perahu sebenarnya masih memiliki satu kawah lagi yang jadi destinasi, yakni Kawah Upas. Namun kawah tersebut ditutup untuk umum sejak beberapa tahun lalu lantaran mengeluarkan gas berbahaya. Sementara, 6 kawah lainnya belum bisa dimanfaatkan untuk kunjungan wisata.

"Total luas (kawasan wisata) Tangkuban Perahu itu kan 320 hektar. Tapi yang baru dimanfaatkan sekitar 10% saja. Total kawah di Tangkuban Perahu ada 9. Untuk Kawah Upas ditutup setelah ada rekomendasi dari Badan Vulkanologi (ESDM)," terangnya.