Sabtu, 21 Maret 2020

Ini yang Paling Dicari Turis Timur Tengah di Tangkuban Perahu

Tangkuban Perahu jadi salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Barat. Tidak terkecuali wisatawan mancanegara, khususnya Timur Tengah.

Bagi yang sudah pernah berwisata ke Tangkuban Perahu, barangkali sudah pasti akrab dengan Kawah Ratu. Mayoritas wisatawan yang melancong ke gunung yang berada di Bandung Utara ini untuk melihat kawah utama yang dikelilingi tebing tinggi di sekelilingnya tersebut.

Padahal, Tangkuban Perahu bukan hanya Kawah Ratu. Gunung yang menurut legenda berasal dari perahu yang ditendang Sangkuring ini sebenarnya memiliki 9 kawah. Satu kawah lagi yang dibuka untuk umum adalah yakni Kawah Domas. Namanya memang kurang populer dibandingkan Kawah Ratu yang merupakan destinasi utama di Tangkuban Perahu.

Kawah Domas merupakan kawah aktif yang menyemburkan air panas. Saking panasnya, air dari aktivitas vulkanik ini bisa dipakai untuk merebus telur. Selain kolam air dengan suhu mendidih, kawah ini memiliki 3 kolam lainnya yang airnya relatif cukup hangat dan bisa dipakai untuk berendam dengan suasana rileks.

Di kolam ini, pengunjung bisa mengambil lumpur vulkanik yang mengandung belerang sebagai lulur dan masker yang dipercaya bisa mengobati beragam penyakit. Ada pula sejumlah warga sekitar yang menawarkan jasa pijat dengan lumpur vulkanik yang tarifnya cukup terjangkau.

Nelson, Koordinator Pengelola Tangkuban Perahu, mengatakan Kawah Domas selama ini jadi destinasi favorit bagi bagi turis asing, khususnya yang berasal dari Timur Tengah. Mereka umumnya berkunjung saat musim libur sekolah di negaranya.

"Kalau buat wisatawan asing, terutama dari Timteng, ini (Domas) primadonanya. Dianggapnya, mereka tidak merasa ke Tangkuban Perahu kalau tidak mampir ke Kawah Domas. Pokoknya kalau turis dari Timteng, paling dicari Kawah Domas. Selain Arab, turis asing paling banyak dari China, India, kemudian Malaysia," ucap Nelson kepada detikTravel.

Dikatakannya, saat musim libur, kunjungan wisatawan asing yang didominasi dari Timteng bisa mencapai lebih dari 200 orang. Berendam di kawah dan pemandangan hutan lindung jadi alasan utama turis asal Timteng menjadikan Domas sebagai destinasi wajibnya.

"Mereka tertarik kawah karena memang tidak ada di negaranya. Mereka tertarik dengan alamnya, terutama yang ke Kawah Domas," ungkap Nelson.

Berbeda dengan Kawah Ratu, Kawah Domas sendiri letaknya cukup tersembunyi. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak di kawasan hutan lindung sejauh 1,2 kilometer dari tempat parkir yang terletak di tepi jalan sebelum menuju Kawah Ratu.

Butuh setidaknya 20-30 menit berjalan kaki untuk mencapai Kawah Domas. Kendati begitu, perjalanan yang cukup lama itu tak akan membosankan, mengingat pemandangan hutan lindung yang masih sangat alami dengan vegetasi hutan berlumut.

Kawah aktif ini terbentuk dari sisa letusan Gunung Tangkuban Perahu. Selain kolam air panasnya, pemandangan di sekitar Kawah Domas sangat memanjakan mata. Air panas maupun uap air yang keluar dari sela-sela batuan jadi spot menarik untuk berfoto.

Sementara tebingnya yang berwarna putih kapur di sekeliling kawah juga membuat pengunjung ingin berlama-lama di situ. Yang berbeda dengan Kawah Ratu, Domas relatif sangat sepi, sehingga cocok untuk wisatawan yang memang mencari ketenangan.

Selain Kawah Ratu dan Domas, Tangkuban Perahu sebenarnya masih memiliki satu kawah lagi yang jadi destinasi, yakni Kawah Upas. Namun kawah tersebut ditutup untuk umum sejak beberapa tahun lalu lantaran mengeluarkan gas berbahaya. Sementara, 6 kawah lainnya belum bisa dimanfaatkan untuk kunjungan wisata.

"Total luas (kawasan wisata) Tangkuban Perahu itu kan 320 hektar. Tapi yang baru dimanfaatkan sekitar 10% saja. Total kawah di Tangkuban Perahu ada 9. Untuk Kawah Upas ditutup setelah ada rekomendasi dari Badan Vulkanologi (ESDM)," terangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar