Pesawat jet pribadi seharga USD 100 juta (Rp 1,6 triliun) milik Miliuner Arab Saudi mendarat di Selandia Baru. Padahal, negara itu sedang di-lockdown gegara virus Corona.
Sebuah jet pribadi triliunan rupiah itu dilaporkan mendarat di Bandara Christchurch, Selandia Baru pada Kamis (26/3/2020). Situasi itu cukup mengejutkan. Sebab, Perdana Menteri Jacinda Ardern menetapkan lockdown di negaranya sejak 19 Maret.
Dikumpulkan detikTravel dari beragam sumber, Selasa (31/3/2020), pesawat jet berjenis Gulfstream tersebut diketahui milik perusahaan Rashid Engineering yang berbasis di Arab Saudi. Perusahaan tersebut dimiliki oleh miliuner Arab bernama Nasser Al Rashid.
Nasser Al Rashid diketahui memiliki hubungan dekat dengan keluarga Kerajaan Arab Saudi. Tidak diketahui apakah Nasser berada di pesawat tersebut atau tidak.
Yvonne Densem, manajer Komunikasi Bandara Christchurch, membenarkan adanya pesawat jet pribadi tersebut mendarat di bandaranya. Menurut Yvonne pesawat tersebut sudah dicek oleh Kementerian Kesehatan Selandia Baru dan semua protokol sudah dipenuhi.
Pihak Bea Cukai Selandia Baru menyebut penerbangan jet tersebut sudah mendapat persetujuan sejak awal bulan Maret, dengan jumlah kru 5 orang. Pesawat kemudian terbang lagi dari Selandia Baru pada Jumat (27/3) dengan jumlah penumpang sebanyak empat orang.
"Operator pesawat pribadi sudah diberi tahu tentang aturan terbaru. Penumpang atau kru dari penerbangan pribadi sudah diproses sama dengan penumpang penerbangan komersil," kata juru bicara Bea Cukai.
Tentu saja pendaratan pesawat jet pribadi ini melahirkan kontroversi, mengingat sudah tidak ada warga negara Selandia Baru, atau penduduk tetap beserta keluarganya, apalagi turis, yang diizinkan masuk atau keluar negara itu selama sepekan terakhir.
Tidak diketahui pasti identitas empat orang penumpang pesawat jet pribadi tersebut. Pesawat Jet Gulfstream G650 itu diketahui take off dari kota Georgia di Amerika Serikat, kemudian transit di Hawaii, sebelum mendarat di Bandara Christchruch, Selandia Baru.
Arak Bali Dimanfaatkan untuk Pembuatan Disinfektan dan Hand Sanitizer
Polda Bali dan Universitas Udayana menyiasati bahan pembuatan disinfektan dan hand sanitizer dengan arak Bali di tengah wabah virus Corona. Seperti apa?
"Atas hal tersebut, Kapolda mengajak Unud untuk bekerja sama dalam pembuatan cairan disinfektan dan hand sanitizer," kata Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose kepada wartawan, Senin (30/3/2020).
Polda Bali menyerahkan 3000 liter minuman tradisional arak Bali untuk diteliti dan diekstrak menjadi alkohol murni 96% sesuai dengan standar. Proses ekstrak pemurnian alkohol menggunakan peralatan di labolatorium Fakultas Farmasi Universitas Udayana.
Selain hand sanitizer, Polda Bali juga merancang pembuatan disinfektan. Bahan yang digunakan sesuai dengan standar WHO.
"Hal tersebut akibat dari kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat. Bahan utama kimia seperti cairan alkohol yang sudah langka dan mahal harganya juga menjadi penyebabnya," kata Golose.
Pembuatan disinfektan dan hand sanitizer ini akan diproduksi dengan skala besar. Dan akan diedarkan ke masyarakat umum, khususnya di area Bali.
"Polda Bali juga bekerjasama dengan Universitas Udayana dalam hal ini Fakultas Farmasi dalam pembuatan disinfektan dan hand sanitizer dalam sekala besar, kerjasama ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi kelangkaan disinfektan dan hand sanitizer di wilayah Bali, khususnya dalam bidang pelayanan masyarakat," Golose menegaskan.
"Kegiatan ini juga sebagai bentuk implementasi dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian masyarakat. Diharapkan produksi ini bisa berjalan dengan baik dan secara bertahap dapat menyediakan kebutuhan mendesak akan disinfektan dan hand sanitizer," Golose menambahkan.