Rabu, 08 April 2020

Jauh Sebelum Corona, Masker Jadi Oleh-oleh di Jepang

Akibat virus Corona, kini masker menjadi kebutuhan pokok orang setiap hari. Jauh sebelum wabah itu menjangkiti dunia, masker merupakan buah tangan khas saat pelesiran ke Jepang.
Seiring dengan pandemi virus Corona di sejumlah negara dunia termasuk Indonesia, pemandangan orang yang mengenakan masker di jalan menjadi hal umum. Adapun, budaya memakai masker telah dilakukan lebih dulu oleh sejumlah negara di Asia.

Jepang adalah salah satu negara di dunia yang warganya cukup gemar memakai masker. Selain untuk alasan kesehatan, nyatanya masker juga dibuat sedemikian rupa agar menarik di luar fungsional.

Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Rabu (8/4/2020), bahkan masyarakat Jepang juga melihat penggunaan masker sebagai trend fashion seperti diberitakan oleh situs Wow Japan. Tak heran kalau masker bahkan sampai menjadi oleh-oleh dari Jepang.

Model maskernya pun bermacam-macam, dari yang unik sampai yang lucu. Berikut beberapa di antara:

1. Masker dengan aroma herbal
Sekilas, masker dengan aroma herbal ini tak ubahnya dengan masker medis berwarna putih pada umumnya. Namun, perbedaan bisa dilihat pada gambar plastik pembungkusnya.

Diketahui, masker dengan aroma herbal ini terdiri dari bau mawar, lavender hingga anggur. Cukup dengan menekan maskernya secara lembut sebelum memakai, dapat mengeluarkan wangi yang menenangkan.

2. Pitta Mask
Kemudian ada masker bernama Pitta Mask yang berwarna abu-abu gelap. Tampak seperti masker motor atau untuk main ski, Pitta Mask terbuat dari bahan polyurethane yang terkenal lembut dan elastis.

Mudah untuk dipakai bernafas, masker ini juga cukup elastis dan menempel di wajah. Pitta Mask juga dapat dicuci sebanyak tiga kali dan dapat menyaring 99% serbuk bunga di udara.

3. Masker Frisk
Berkolaborasi dengan Frisk, salah satu perusahaan tablet rasa mint, membuat masker krisk disertai dengan aroma daun mint yang menyegarkan hidung. Cukup dengan memakainya, akan membuat rasa plong di hidung.

Tak hanya berbau daun mint, Masker Frisk juga dapat menahan 99% partikel serbuk secara efektif. Cocok untuk orang yang menderita flu atau radang tenggorokan. Malah ada versi mint hitam yang lebih terasa.

4. Masker Hot Marshmallow
Mendengar namanya, masker hot marshmallow ini memang mengingatkan kita akan nama makanan kecil. Namun, itu hanya perumpamaan saja kok. Saking lembutnya, pemakai masker seakan dapat merasakan marshmallow menempel di wajah.

Dijelaskan, kalau masker hot marshmallow dapat menyedot uap panas yang berasal dari mulut dan hidung. Di mana membuat mulut dan kulit jadi tetap hangat. Selain dapat berfungsi sebagai filter, cocok juga untuk dipakai saat musim dingin.

5. Masker selebriti Nepia Hana
Entah kenapa dinamakan demikian, tapi masker Nepia Hana dapat menyaring 99% partikel kecil termasuk virus, serbuk bunga dan partikel polusi PM2.5. Bentuknya sih tak ubahnya dengan masker biasa.

Masker ini identik dengan foto penguin yang ada di bungkus plastiknya. Sepertinya ampuh untuk menangkal virus corona atau Covid-19.

Itulah beberapa model masker asal Negeri Sakura Jepang yang kerap jadi buah mata. Di tengah pandemi corona seperti sekarang, tentu oleh-oleh yang satu ini akan banyak berguna.
Kalian paling suka yang mana?

Minggu, 05 April 2020

Bos Airbnb Minta Maaf ke Pemilik Properti, Siap Kucurkan Rp 4 Triliun

Pelaku wisata di bidang perhotelan menjadi salah satu yang terdampak dari pandemi Corona. Airbnb memberikan sumbangan kepada pemilik properti.

Airbnb menjadi situs penyewaan penginapan yang juga sepi karena Corona. Berbagai kebijakan diberikan agar para traveler yang sudah terlanjur memesan penginapan bisa tetap liburan setelah wabah Corona selesai.

Namun bukan itu saja, CEO Airbnb, Brian Chesky juga meminta maaf kepada para pemilik properti terdaftar dalam naungan Airbnb. Pembatalan pemesanan membuat para pemilik properti merugi. Karena hal tersebut, Brian memberikan kucuran uang sebesar USD 260 juta atau sekitar Rp 4,264 triliun dalam bentuk paket.

"Kita adalah mitra. Ketika bisnis Anda menderita, maka kamu juga," ujar Brian.

Airbnb akan membayar USD 250 juta kepada pada para pemilik properti. Uang tersebut akan digunakan untuk menutup sebagian biaya pembatalan karena virus Corona. Pembatalan yang dibayarkan haruslah dari 14 Maret hingga 31 Mei. Airbnb akan membayar seperempat dari total biaya penginapan.

Kemudian ada sumbangan sebesar USD 10 juta untuk paket Superhost Relief Fund. Dana ini bisa membantu para pemilik properti dalam pembayaran sewa dan hipotek.

Airbnb juga mengajak para tamu agar bisa menyumbang untuk rumah yang pernah mereka sewa. Sehingga membantu para pemilik properti tetap hidup di tengah kesulitan pandemi virus Corona.

Ada Corona, Warga New York Lebih Suka ke Pemakaman Daripada Taman

Saat ada pandemi Corona seperti sekarang, warga New York tidak lagi suka jalan-jalan ke taman. Mereka lebih memilih datang ke pemakaman.

Warga kota New York kini tak lagi menjadikan taman Central Park sebagai destinasi favorit mereka untuk berjalan-jalan dan menghirup udara segar. Sebabnya, sedang ada pandemi Corona yang tengah mewabah di Amerika.

Penyebab lainnya karena kawasan Central Park sudah terlalu banyak dipadati orang. Daripada berisiko ketularan Corona, akhirnya mereka menemukan destinasi baru untuk dikunjungi dan tidak terlau banyak orang: Pemakaman Umum.

Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Minggu (5/4/2020), salah satu contoh warga New York yang lebih suka ke pemakaman adalah Molly Cusick (31) dan suaminya. Molly kini lebih suka pergi ke Green Wood Cemetery di Brooklyn dibandingkan ke Central Park.

"Dengan adanya virus ini, kami ingin pergi ke suatu tempat yang tenang dan tidak bikin stress. Pemakaman jelas lebih baik dibandingkan taman. Kamu tidak perlu khawatir tentang orang lain yang lewat dan harus menjaga jarak dengan mereka. Ini sungguh bikin rileks," kata Molly seperti dikutip dari New York Post.

Sementara itu, ada juga yang tidak sependapat dengan Molly. Banyak traveler yang merasa pergi ke pemakaman di saat pandemi Corona seperti sekarang, sungguh bikin depresi dan bikin ingat akan kematian.

"Banyak teman saya yang bilang ini aneh. Tapi saya justru merasakan kedamaian dan membuat saya kembali muda," imbuh Molly yang bekerja sebagai editor buku ini.

Selain Green Wood Cemetery, pemakaman lain di New York yang sering dikunjungi oleh wisatawan yaitu Moravian Cemetery. Di New York sendiri, pemakaman umum memang jadi salah satu tempat publik yang tetap buka meski sedang ada pandemi Corona.