Senin, 13 April 2020

Glenn Fredly Idap Meningitis, Ini Cara Kuman Bisa Menginfeksi Otak

Penyanyi Glenn Fredly meninggal dunia setelah dirawat karena meningitis. Kondisi ini biasanya terjadi ketika bakteri, virus, atau jamur menginfeksi otak dan menyebabkan peradangan pada selaputnya.

Kenapa otak bisa sampai terinfeksi oleh berbagai kuman penyakit tersebut?

Ahli saraf dr Henny Herawati, SpS, dari Primaya Hospital Karawang menjelaskan ini bisa terjadi karena berbagai sebab. Pertama bisa karena ada penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh atau infeksi yang tidak tertangani dengan baik sehingga kemudian menyebar sampai ke otak.

"Misal, pasien memiliki riwayat TBC paru, maka antibodi pasien akan melemah sehingga kuman dapat menyebar ke otak dan menyebabkan peradangan di selaput otak. Kasus lain misalnya telinga membengkak, gigi berlubang hingga membengkak, atau terdapat infeksi daerah sinus namun tidak diobati hingga tuntas sehingga kuman dapat menyebar ke otak," kata dr Henny dalam siaran yang diterima detikcom pada Kamis (9/4/2020).

Kemungkinan berikutnya kuman bisa juga menginfeksi otak ketika terjadi kecelakaan atau prosedur operasi yang menyebabkan tulang kepala terbuka.

dr Istiana Sari, SpS, dari Primaya Hospital Bekasi Utara menjelaskan untuk menghindari risiko meningitis maka langkah terbaik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh. Berikutnya bisa juga dilengkapi dengan imunisasi.

"Untuk mencegah meningitis, bayi dapat melakukan imunisasi seperti MMR, cacar, dan PCV. Pada dasarnya, orang dewasa juga bisa melakukan vaksin meningitis, terutama untuk orang yang hendak melakukan ibadah haji," pungkas dr Istiana.

Tambah 337, Penambahan Kasus di RI Termasuk yang Tertinggi di Asia Tenggara

 Jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Terdapat lonjakan kasus yang cukup signifikan sejak pertama kali diumumkan positif Corona pada 2 Maret lalu. Hingga hari ini, Kamis (9/4/2020) tercatat 3.293 kasus positif, 252 sembuh, dan 280 meninggal.
"Terdapat penambahan kasus baru sebanyak 337, sehingga jumlah menjadi 3.293 kasus. Terdapat 30 pasien yang sudah sembuh menjadi 252 kasus terdapat 40 kasus pasien yang meninggal dari konfirmasi positif sehingga menjadi 280 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, Kamis (9/4/2020).

Penambahan 337 kasus positif Corona membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang melaporkan penambahan kasus terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.

Berikut perbandingan jumlah penambahan kasus positif virus Corona pada Kamis (9/4/2020) di negara Asia Tenggara yang dirangkum detikcom.

Malaysia
Negara ini mengumumkan penambahan 109 kasus baru yang terinfeksi virus Corona COVID-19. Dengan penambahan ini Malaysia mencatat sebanyak 4.228 kasus, 67 orang dilaporkan meninggal. Total yang sembuh mencapai 1.607 kasus.

Thailand
Pemerintah Thailand melaporkan 54 kasus baru, menjadi 2.423. Jumlah tersebut tersebar di 67 provinsi. Total kematian akibat virus Corona sebanyak 32 orang. Sedangkan 940 orang dinyatakan sembuh.

Filipina
Filipina mencatat jumlah penambahan kasus yang signifikan sebanyak 206 kasus, total menjadi 4.076 orang yang dinyatakan positif virus Corona COVID-19. Kasus meninggal mencapai 203 orang dan 124 orang dilaporkan sembuh.

Laos
Negara ini melaporkan penambahan satu kasus baru total menjadi 16 orang yang terinfeksi virus Corona COVID-19. Belum ada laporan kematian dan kesembuhan di negara tersebut.

Sementara itu, Singapura dan Vietnam belum melaporkan penambahan kasus positif Corona terbaru. Singapura diketahui memiliki 1.623 orang yang dinyatakan positif Corona, 6 orang di antaranya meninggal dan 406 dinyatakan sembuh. Sedangkan kasus positif Corona di Vietnam mencapai 251 orang dan 128 di antaranya berhasil sembuh.

Minggu, 12 April 2020

Jumlah Kematian Akibat Virus Corona di Seluruh Dunia Tembus 100.000 Jiwa

Kematian pertama akibat virus corona COVID-19 terjadi di Kota Wuhan, China, pada 9 Januari lalu. Selang sekitar 91 hari setelahnya, angka kasus kematian akibat virus corona dari data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University tembus 102.607 jiwa.
Mengutip Reuters korban meninggal meningkat dengan laju harian antara 6 persen hingga 10 persen selama sempekan terakhir dan hampir 7.300 kematian diseluruh dunia dilaporkan pada Kamis (9/4/2020). Korban tewas saat ini sebanding dengan wabah besar London pada pertengahan 1660-an yang merenggut nyawa sekitar 100 ribu orang, sekitar sepertiga populas kota pada zaman itu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sudah 100 hari berlalu sejak mereka diberitahu mengenai kasus pertama virus corona yang dikonfirmasi. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan jelas bahwa penyakit ini memiliki tingkat kefatalan 10 kali lebih besar dari flu.

"Pandemi ini lebih dari sekadar krisis kesehatan. Ini membutuhkan respons seluruh pemerintah dan seluruh masyarakat," tutur Tedros.

Sementara itu, total infeksi virus corona di seluruh dunia mencapai 1.694.954 jiwa dan sekitar 300.000 orang di antaranya telah sembuh.

Potensi Bahaya Sederet Obat Virus Corona, Salah Satunya Klorokuin

 Klorokuin, hidroksi klorokuin, dan azithromycin telah digunakan untuk mengobati virus Corona COVID-19. Meski belum ada bukti yang pasti terhadap keefektivitasan dan kelemahannya, dokter tetap harus waspada kemungkinan efek samping serius dari obat-obatan tersebut.
Sebuah ulasan yang dilakukan oleh Canadian Medical Association Journey, menuliskan beberapa potensi berbahaya dari obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan virus Corona.

"Dokter dan pasien harus mewaspadai beberapa efek samping yang jarang tetapi berpotensi mengancam jiwa dari klorokuin dan hidroksi klorokuin," kata Dr. David Juurlink, Divisi Farmakologi dan Toksikologi Klinis, Pusat Ilmu Kesehatan Sunnybrook, dan ilmuwan senior, dikutip dari Science Daily.

Ulasan yang dipublikasikan dalam jurnal Safety Considerations with Chloroquine, Hydroxychloroquine and Azithromycin in The Management of SARS-CoV-2 Infection pada 8 April lalu memberikan tinjauan umum tentang bahaya yang terkait dengan obat tersebut berdasarkan bukti-bukti yang dihimpun.

Efek samping potensial meliputi:

- Aritmia jantung
- Hipoglikemia
- Efek neuropsikiatri seperti agitasi, kebingungan, halusinasi dan paranoia
- Variabilitas metabolik
- Overdosis yang menyebabkan kejang, koma, dan henti jantung
- Kekurangan obat bagi pasien gangguan autoimun seperti rheumatoid arthritis dan lupus

Studi tersebut juga merangkum rendahnya bukti yang menunjukkan bahwa perawatan dengan obat-obatan di atas bermanfaat bagi pasien COVID-19 dan memperingatkan adanya kemungkinan pemberian obat dapat memperburuk penyakit.

"Inilah sebabnya kita membutuhkan basis bukti yang lebih luas sebelum secara rutin memberikan obat ini untuk mengobati pasien COVID-19," pungkas Dr Juurlink.