Seorang ahli spesialis penyakit menular di Virginia Commonwealth University, Dr Mary E Schmidt, mengatakan bahwa menggunakan sarung tangan lateks sembarangan malah berpotensi terinfeksi virus Corona COVID-19. Alasannya karena kadang rasa aman membuat sebagian orang jadi sering menyentuh wajah dan masker.
"Orang-orang berpikir mereka terlindungi, lalu menggunakan sarung tangan untuk menyentuh diri sendiri atau wajah" kata dr Mary seperti dikutip dari CNBC.
"Begitu sarung tangan itu terkontaminasi, risikonya sama saja seperti menyentuh dengan tangan telanjang," lanjutnya
Bagaimana cara menggunakan sarung tangan yang benar agar terhindar dari infeksi virus Corona?
Schmidt mengatakan, setelah menggunakan sarung tangan jangan menyentuh barang-barang seperti ponsel, dompet, tas, masker, dan permukaan wajah. Tindakan itu bisa mencemari diri sendiri dengan virus yang mungkin menempel pada sarung tangan.
Sering juga terjadi kontaminasi silang saat memakai dan melepas sarung tangan. Untuk itu, sebelum menggunakan sarung tangan pastikan sudah mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer.
Pastikan juga sarung tangan dalam keadaan baik, tidak robek, kotor, dan berubah warna terutama pada sarung tangan lateks. Tarik sarung tangan sampai ke pergelangan.
Untuk membukanya, lepas sarung tangan dari dalam ke luar untuk menghindari kontaminasi virus di permukaan luarnya dengan hati-hati. Setelah itu, sarung tangan harus langsung dibuang jangan disimpan lagi.
"Gunakan sarung tangan untuk sekali pakai. Banyak orang yang membawanya pulang dan mencucinya, itu agak berbahaya dan bisa saja menyebarkan virus pada permukaan lain," jelasnya.
Work From Home Jangan Malas Gerak, Kolesterol Bisa Tak Terkontrol
Setelah beberapa minggu bekerja dan belajar dari rumah, bagaimana rasanya? Jangan sampai membuat Anda mager alias malas gerak!
Sebab, dengan bergerak lemak di dalam tubuh akan diubah menjadi energi. Sedangkan jika kamu kurang melakukan aktivitas fisik, maka lemak akan menumpuk dan mengakibatkan kadar kolesterol menjadi naik.
Menurut Medical Marketing Manager Kalbe Nutritionals dr Adeline Devita, malas bergerak dan terlalu banyak bergerak memang sama buruknya terhadap tubuh. Orang yang jarang bergerak atau berolahraga cenderung memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
"Mereka sangat mudah terserang penyakit, khususnya penyakit infeksi. Itu dikarenakan kalori dan lemak yang menumpuk membuat tubuh rentan mengalami berbagai penyakit berbahaya seperti diabetes dan kolesterol tinggi yang di mana berdasarkan CDC dan WHO termasuk rentan terinfeksi COVID-19 ini," ujar dr Adeline kepada detikHealth, baru-baru ini.
Adapun berolahraga, lanjut dr Adeline, di balik manfaatnya olahraga juga ternyata dapat membahayakan kesehatan tubuh jika dilakukan secara berlebihan. Olahraga berlebihan yang dilakukan dengan intensitas tinggi secara teratur berisiko menyebabkan Anda mengalami kardiotoksisitas.
"Kardiotoksisitas adalah kerusakan pada otot jantung akibat pelepasan senyawa kimia, yang menyebabkan jantung tidak lagi dapat memompa darah ke seluruh tubuh Anda," tambahnya.
dr Adeline menambahkan olahraga yang berlebihan juga dapat menyebabkan penyakit ginjal. Saat olahraga, semua aliran darah akan dialirkan secara maksimal ke bagian-bagian tubuh yang memerlukan, seperti otot-otot tubuh.
"Karena itu, aliran darah ke ginjal akan menurun hingga hampir 25%, tergantung dengan intensitas dan frekuensi olahraga yang dilakukan. Semakin berat olahraga yang Anda lakukan maka semakin sedikit aliran darah yang mengalir ke ginjal. Kondisi ini yang menjadi salah satu penyebab penyakit ginjal setelah berolahraga," jelasnya.
Selain itu, lanjut dr Adeline, aritmia atau gangguan irama jantung juga berisiko terjadi. European Heart Journal menyarankan mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan irama jantung untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang membakar lemak secara berlebihan karena dapat berdampak buruk terhadap kesehatan jantung. Olahraga yang berlebihan juga dapat mempengaruhi kesehatan sistem pencernaan dan sistem imun.