Jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Senin (20/4/2020), tercatat 6.760 kasus positif, 747 sembuh, dan 590 meninggal.
"Hasil positif yang kita dapatkan terakumulasi sampai dengan saat ini 6.760," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, Senin (20/4/2020).
Jumlah kasus terkonfirmasi positif bertambah 185 sehingga secara akumulatif menjadi 6.760 kasus.
Pasien yang dalam dua kali pemeriksaan mendapat hasil negatif dan dinyatakan sembuh bertambah 61 kasus menjadi 747.
Kasus meninggal dunia mengalami penambahan 8 kasus menjadi 590 kasus.
Begini Proses Pemasangan Alat Pacu Jantung Seperti Dijalani Titiek Puspa
Dalam pemasangan alat pacu jantung atau pacemaker tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada serangkaian prosedur yang harus dilalui untuk menentukan apakah memang harus menggunakan alat tersebut atau tidak.
dr Vito A Damay, SpJP(K), Mkes, FIHA, FICA, FAsCC, dokter jantung dari dari Siloam Hospital Lippo Village mengatakan untuk menentukan tindakan pemasangan alat, dokter tidak bisa melihat hanya dari satu parameter saja. Ada berbagai penilaian yang harus dilakukan, salah satunya elektrokardiogram atau EKG yaitu tes sederhana untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung.
"Kalau dia sakit sampai pingsan dan ada gejala, berarti ada indikasi untuk melakukan pemasangan pacu jantung. Jadi, bukan berdasarkan detak jantung saja, dilihat elektrokardiogram (EKG), adanya keluhan, berapa frekuensi jantungnya, apa penyebabnya, itu kita cari dulu," jelasnya pada detikcom, Senin (20/4/2020).
Untuk proses pemasangannya, tergantung dari jenis yang dipasang yaitu temporary (sementara) atau permanen. dr Vito mengatakan pemasangan alat pacu jantung sementara biasanya dipasang melalui pembuluh darah yang ada di lipatan paha, jadi harus dilakukan pembedahan minor atau kecil untuk memasukkan alat.
Sementara untuk yang permanen, harus ditempatkan di bawah kulit di area dada pasien.
"Kalau yang permanen, itu semacam baterai alat pacu jantung itu kita tanamkan di dalam atau di bawah kulit di daerah dada. Jadi harus dilakukan pembedahan minor tadi," kata dr Vito.
"Waktu pemasangan alat pacu jantungnya itu sebenarnya cepat, hanya setengah jam karena hanya pembedahan minor saja kan. Paling sehari sudah bisa keluar (rumah sakit). Nanti perawatannya dilanjutkan di rumah," imbuhnya.
Setelah dipasang, alat pacu jantung terutama yang permanen perlu diganti juga. Menurut dr Vito, rata-rata alat tersebut harus diganti setelah 5-10 tahun, tergantung baterai dan jenisnya.
Berbagai Kondisi yang Diharuskan Menggunakan Alat Pacu Jantung
Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyakit yang paling berbahaya, hingga bisa membuat seseorang meninggal dunia. Penyakit ini sering terjadi tidak hanya pada usia lanjut, tapi pada usia produktif atau orang muda juga bisa mengalaminya.
Dalam kondisi ini, ada alat yang biasa dipakai untuk membantu menstabilkan kerja jantung, salah satunya adalah alat pacu jantung. Ada berbagai kondisi yang mengharuskan seseorang menggunakan alat tersebut di dalam tubuhnya.
"Alat pacu jantung dipasang saat detaknya terlalu lambat setelah terkena serangan jantung. Bisa karena penyakit jantung koroner yang lama, bisa juga karena usia tua jadi terlalu lambat," kata dokter jantung dari dari Siloam Hospital Lippo Village, dr Vito A Damay, SpJP(K), Mkes, FIHA, FICA, FAsCC.
"Dalam keadaan tersebut, kita pasang alat pacu jantung supaya bisa jantung melaksanakan fungsinya dengan baik, memberikan sirkulasi dengan baik, memompa darah dengan baik," lanjutnya.
Selain itu, dr Vito mengatakan ada alat pacu jantung lainnya yang bisa digunakan saat mengalami gagal jantung atau lemah jantung yang disebut Cardiac Resynchronization Therapy (CRT). Fungsinya untuk menggerakkan dinding jantung dan mensinkronkan kembali pompa jantung.
dr Vito mengatakan, ada lagi alat yang mirip dengan alat pacu jantung yang bernama implan kardioverter defibrillator atau Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD). Biasanya alat ini digunakan pada penderita aritmia berat atau gangguan irama jantung yang berat.
"Nah, kalau ada orang yang sering kena aritmia berat dan gangguan irama jantung yang berat dan bisa tiba-tiba bikin meninggal, dengan ICD ini. ICD ini bisa memberikan semacam electrical shock atau kejutan, agar detak jantung kembali normal," jelasnya.
Namun, dari beberapa jenis tersebut, yang paling sering digunakan adalah pacemaker yang digunakan untuk mengontrol detak jantung diri sendiri.