Puasa di bulan Ramadhan kali ini tak seperti biasanya. Tak ada lagi aktivitas salat Tarawih berjamaah demi menekan penyebaran virus Corona yang kini tengah menjadi pandemi.
Meski begitu, puasa di tengah pandemi Corona tak menghilangkan ragam manfaat, termasuk menjaga imunitas tubuh dan kesehatan jiwa. Tak hanya itu, pakar jiwa pun meyakini puasa menjadi sarana untuk 'detoksifikasi jiwa'.
dr Lahargo Kembaren, SpKJ, psikiater dari RS Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Bogor, menjelaskan puasa bisa membuat fisik dan mental lebih baik. Hal itu disebutnya karena saat puasa kita terlatih untuk mengendalikan diri.
Selain itu ada 10 manfaat yang bisa didapatkan dari puasa menurut dr Lahargo seperti berikut.
-Membuat tubuh menjadi lebih baik secara fisik dan mental
-Membuat tubuh menjadi lebih muda dan segar
-Membersihkan badan dari berbagai toksin
-Menurunkan tekanan darah dan kadar lemak
-Lebih mampu mengendalikan seksualitas
-Membuat imunitas atau kekebalan tubuh meningkat
-Mengendorkan ketegangan jiwa
-Menajamkan fungsi indrawi
-Memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri
-Memperlambat proses penuaan
Kata Ahli Jiwa Soal Puasa Bisa Jaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi Corona
Menjalani puasa di tengah pandemi Corona membuat kegiatan Ramadhan berbeda seperti sebelumnya. Namun puasa di tengah pandemi Corona rupanya tak hanya bisa tingkatkan imunitas, melainkan juga menjaga kesehatan jiwa. Mengapa bisa begitu?
Ahli kesehatan jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ, dari RS Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Bogor, menjelaskan hal ini ada kaitannya dengan pengendalian diri saat menjalani puasa.
"Bila dikaji lebih dalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri. Orang yang sehat jiwa-nya mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya maupun datang dari luar," ungkap dr Lahargo melalui pesan singkat yang diterima detikcom pada Jumat (24/3/2020).
"Jadi sebenarnya dengan melakukan puasa kita sedang melatih diri kita untuk mencapai kesehatan jiwa yang optimal. Dan kondisi kesehatan jiwa yang baik dapat meningkatkan imunitas tubuh melawan Corona," lanjutnya.
Menurutnya puasa ini dikaitkan dengan detoksifikasi jiwa karena mampun mengendalikan diri. Artinya, orang tersebut nantinya mampu menjalani aktivitas yang tetap produktif di tengah pandemi Corona.
Korsel Yakini Pasien Corona yang Positif Usai Sembuh Tak Lagi Tularkan COVID-19
Otoritas kesehatan Korea Selatan melaporkan bahwa pasien yang kembali terinfeksi virus Corona COVID-19 setelah sembuh, terlihat jauh lebih tidak menular. Pusat Pengendalian Penyakit Korea (KCDC) sedang berusaha menyelidikinya.
Sejauh ini di Korea Selatan sudah ada 180 kasus semacam itu. Tetapi, belum ada kabar yang menyatakan bahwa pasien tersebut kembali menularkan virus itu ke orang lain.
Saat di gelombang pertama virus, untuk memastikan kasus positif otoritas kesehatan setempat mengeceknya dengan melakukan tes reaksi rantai polimerase (PCR) pada pasien terduga. Untuk menyelidiki kasus di gelombang kedua ini, KCDC melakukan tes yang berbeda dengan mengambil kultur virus.
Agar mendapatkan hasil yang jelas, proses tes ini memakan waktu selama 1-2 minggu. Sejauh ini, dari 39 kasus yang diselidiki dengan tes kultur, hasil dari enam di antaranya negatif.
"Itu berarti virus yang ada pada kasus orang yang kambuh ini kemungkinannya kecil atau bahkan tidak sama sekali bisa menginfeksi orang lain," kata Direktur KCDC Jeong Eun-kyeong yang dikutip dari Reuters.
Meskipun memiliki fungsi yang sama, Jeong menolak gagasan menggantikan PCR dengan tes kultur untuk menentukan apakah pasien yang terinfeksi sudah benar-benar sembuh. Hal ini karena tes kultur lebih membutuhkan waktu dan sumber daya yang lebih banyak.
Saat ini, KCDC juga masih memeriksa penyebab beberapa pasien di negaranya bisa kembali positif setelah sembuh dari virus Corona. Para ahli memperkirakan penyebabnya, di antaranya adanya infeksi ulang, kambuh, atau tes yang hasilnya tidak konsisten.