Kamis, 30 April 2020

Bukan dari China, Wabah Corona di New York Diklaim Berasal dari Eropa

Dua proyek penelitian terpisah menunjukkan bahwa virus Corona baru telah beredar di New York lebih awal dari yang diperkirakan dan kasus-kasus pertama kemungkinan berasal dari para pelancong yang datang dari Eropa dan bagian lain Amerika Serikat, bukan Asia.
"Mayoritas (genom virus) jelas berasal dari Eropa," sebut Harm van Bakel, ahli genetika di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai dalam penelitian yang saat ini tengah ditinjau kepada The New York Times.

Penelitian terpisah yang dilakukan oleh Grossman School of Medicine Universitas New York yang menganalisis genom virus pada pasien juga mendapati kesimpulan yang sama.

Adriana Heguy, anggota tim peneliti dari Universitas New York mengatakan bahwa temuan ini bisa menjadi informasi kepada pemerintah Amerika Serikat agar tidak membatasi pengujian Corona hanya pada orang yang pernah bepergian ke China saja.

Ia juga menyebut beberapa strain virus di New York memiliki mutasi yang unik dan tidak ditemukan di tempat lain. "Saat itulah Anda tahu ada transmisi lokal yang terjadi dan tidak terdeteksi," sebut Heguy.

Para peneliti di Mount Sinai juga mulai mempelajari genom virus dari pasien di New York. Mereka menemukan jenis genom virus Corona pada pasien baru berbeda dengan pasien yang sembuh dan tidak saling terkait.

Ana Silvia Gonzalez-Reiche dan timnya mengatakan virus yang dimaksud hampir identik dengan yang ditemukan di seluruh Eropa meski mereka tidak dapat menentukan penerbangan dari daerah mana yang membawa virus ke New York,

"Pperiode penularan global yang tidak terlacak antara akhir Januari hingga pertengahan Februari," sebut Gonzalez-Reiche.

pakar penyakit menular Amerika Serikat Dr Anthony Fauci, mengatakan bisa saja virus Corona di New York beredar lebih awal yang diperkirakan dengan sebagian kasus berasal dari Eropa.

"Eropa menjadi pusat episentrum cukup cepat setelah China dan ledakan kasusnya benar-benar sangat masif. Kami menghentikan perjalanan dari Tiongkok relatif lebih awal dan jumlah kasus dari China relatif lebih sedikit tetapi dengan sangat cepat episentrum berpindah ke Eropa terutama Italia," pungkas Fauci.

Menkes Terawan Apresiasi Bantuan CT Corp ke RSCM untuk Tangani Corona

Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto, mengapresiasi bantuan CT Corp terkait alat kesehatan yang disumbangkan ke Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM). Dalam sambutannya, ia menyampaikan bantuan tersebut meningkatkan semangat para tenaga medis dalam menghadapi pandemi Corona.
"Semoga dengan adanya hibah alat kesehatan ICU utk pasien Corona di RSCM ini akan meningkatkan semangat tenaga kesehatan dalan memberikan pelayanan bagi pasien Coron. Sekali lagi kami ucapkan terina kasih kepada pak Chairul Tanjung melalui CT Corp yang telah memberikab bantuan," ungkapnya saat menghadiri acara penyerahan bantuan di RSCM Kiara, Kamis (30/4/2020).

Bantuan yang diberikan CT Corp yaitu berupa 20 intensive care unit (ICU) bed, 75 high care unit (HCU) bed, 128 unit multislice computed tomography (MSCT) scan, 1 digital mobile X-Ray, 20 ventilator, 95 monitor bed, 105 infusion dan sring pump, EKG dan defibrilator, central monitor, oxygen mobile.

Ia juga menjelaskan saat ini 213 negara tengah menghadapi kesulitan yang sama. Maka dari itu ia mengimbau untuk sama-sama bergotong royong menghadapi pandemi Corona.

"Peran serta masyarakat dalam membantu gotong royong peningkatan kapasitas pelayanan rumah sakit sangat diharapkan sebagai salah satu bentuk kepedulian sesama," pungkasnya.

5 Teori Konspirasi Terheboh Sepanjang Masa, Bumi Datar hingga Virus Corona

4. Paul McCartney sudah meninggal
Mungkin salah satu teori konspirasi musik paling terkenal sepanjang masa adalah teori 'Paul is Dead'. Teori ini mengatakan bahwa Sir Paul McCartney sudah meninggal dalam kecelakaan pada tahun 1966 dan digantikan oleh pria yang mirip dengannya.

Teori ini bahkan didukung oleh beberapa petunjuk yang ditinggalkan oleh The Beatles. Sebagai contoh, banyak yang percaya bahwa John Lennon mengucapkan "I burried Paul" di akhir lagu Strawberry Fields Forever, walau Lennon sendiri bersikeras jika dia mengatakan 'cranberry sauce'.

Lalu sampul album Abbey Road yang terlihat seperti menggambarkan prosesi pemakaman, dengan McCartney sebagai orang yang telah meninggal, dilihat dari fakta bahwa ia tidak memakai sepatu di dalam sampul album tersebut.

McCartney juga memegang cermin ke arah drum di sampul Sgt Pepper's Lonely Hearts Club Band, sehingga mengungkapkan "1 ONE 1 X HE DIE 1 ONE 1."

Namun sepertinya McCartney sendiri hanya menganggap teori ini sebagai lelucon belaka, karena pada tahun 1993 ia merilis album konser yang berjudul Paul is Live sebagai plesetan untuk teori konspirasi itu.

5. Virus Corona buatan manusia
Banyak tudingan yang mengatakan dalang di balik terjadinya pandemi virus Corona COVID-19 di dunia adalah Bill Gates. Ia dicurigai mempunyai agenda tertentu di balik pandemi ini. Alasan ini muncul lantaran Bill Gates ingin segara membuat vaksin virus Corona dan telah menggelontorkan sejumlah dana sebanyak USD 250 juta atau setara dengan 3 triliun rupiah.

Namun ia dengan tegas membantah tudingan tersebut. Ia mengatakan tindakannya tersebut semata-mata karena ingin membantu dunia menghadapi virus Corona.

"Saya katakan ironis jika Anda mengincar seseorang, yang melakukan yang terbaik untuk membuat dunia siap. Kita memang berada di situasi gila jadi akan ada rumor gila juga," kata Bill Gates.

3. Tragedi 9/11
Teori konspirasi paling menghebohkan selanjutnya adalah, tentang serangan teroris di AS pada 11 September 2001, hal ini berkaitan dengan runtuhnya menara World Trade Center 7.

Seperti diketahui, pada pagi hari tanggal 11 September 2001, terdapat dua pesawat yang menabrakkan secara sengaja ke arah dua menara kembar tersebut. Laporan resmi mengenai tragedi ini menyebutkan, puing-puing yang menyala dari gedung pencakar langit terbakar dan menabrak menara 7 lantai 47 dan pemicu kebakaran di beberapa lantai.

Panas yang dihasilkan merobohkan menara, Institut Standar dan Teknologi Nasional menyimpulkan bahwa ini adalah gedung pencakar langit yang pertama runtuh akibat kebakaran.

Pada November 2016, sekelompok insinyur dari Universitas Alaska mengatakan bahwa kebakaran tersebut tidak mungkin menyebabkan kehancuran.

Mempresentasikan temuan tim di Simposium Keadilan Fokus di New York, yang dipimpin oleh Dr J Leroy Hulsey mengungkapkan, "Ini adalah kesimpulan awal kami berdasarkan pada pekerjaan kami sampai saat ini bahwa api tidak menghasilkan kegagalan di gedung khusus ini," ujarnya.

Putusan tersebut memicu teori bahwa gedung World Trade Center dibawa ke tanah dengan ledakan pembongkaran terkendali, tetapi hingga kini tidak ada bukti yang mendukung teori tersebut.