Selasa, 05 Mei 2020

Ingat Pesan Didi Kempot untuk Cegah Penyebaran Corona Lewat Lagu 'Ojo Mudik'

Penyanyi Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020). Ia mengembuskan napas terakhirnya di RS Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah.

Sebelum meninggal, Didi Kempot baru saja merilis sebuah karya lagu bersama Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, yang berjudul 'Ojo Mudik'. Lagu itu berisikan tentang virus Corona yang tiba-tiba datang dan menyerang.

Dalam lagu tersebut, Didi Kempot mengajak masyarakat untuk rajin cuci tangan, mengenakan masker, dan saling menjaga jarak.

"Virus Corona nengapa kowe njedhul. Mak benduduk, mak pethungul, aja cedhak-cedhak awas aja padha ngumpul (virus Corona kenapa kamu datang. Tiba-tiba, mendadak , jangan dekat-dekat, hati-hati jangan pada berkumpul)," demikian cuplikan lagu berjudul Ojo Mudik tersebut.

"Jaga jarak, cuci tangan, pakai masker. Aja lali nyenyuwuna sing banter (jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, jangan lupa berdoa yang tekun)," lanjutnya.

Di tengah lagu, Didi Kempot juga menyampaikan pesan-pesan kepada perantau agar tidak mudik. Masyarakat juga diharap maklum jika mudik tidak disarankan saat wabah seperti ini.

"Maju bareng nglawan Corona ben klenger (maju bersama lawan Corona agar hilang)," pesan Didi.

4 Cara Atasi Rasa Haus dan Lapar Saat Berpuasa

Di bulan Ramadhan, umat muslim diwajibkan melaksanakan ibadah puasa. Saat berpuasa, kita diwajibkan menahan dahaga dan juga rasa lapar. Agar terhindar dari keduanya, sangat dianjurkan makan dan minum yang cukup saat sahur.
Tapi, meskipun sudah sahur rasa lapar pasti akan datang, biasanya di siang hari. Untuk mengatasinya, berikut 4 tips dari Health yang bisa kamu coba di rumah.

1. Tidur
Menurut studi dari University of Chicago, saat kurang tidur bisa menyebabkan ghrelin meningkat dan memicu rasa lapar. Untuk mencegahnya, kamu bisa perbaiki pola tidur semaksimal mungkin. Tetapi, jika kamu makan sahur dengan porsi yang lebih sedikit, lebih baik kurangi aktivitas yang dilakukan.

2. Biasakan makan sehat
Untuk mencegah serangan lapar di siang hari saat puasa, sahurlah dengan menu makanan yang sehat untuk menekan ghrelin. Kurangi konsumsi makanan yang digoreng, karena itu akan membuat kamu terus-menerus menginginkan makanan berlemak dan juga mudah haus.

Selain itu, kandungan minyak pada gorengan itu akan menumpuk menjadi lemak dan membuat kamu merasa haus di siang hari.

3. Tak tergesa-gesa saat makan
Saat makan, perlu 20 menit untuk hormon menyampaikan pesan ke otak bahwa kita sudah merasa tidak lapar alias kenyang. Agar rasa lapar tidak cepat datang, minumlah sedikit air di tengah-tengah makan.

4. Bersikap tenang
Stres meningkatkan hormon kortisol hingga menyebabkan bertambahnya berat badan di sekitar perut karena nafsu makan yang meningkat. Ketika stres muncul, coba alihkan dengan olahraga, meditasi, latihan bernapas, mendengarkan musik untuk mengalihkan pikiran dari berbagai macam makanan.

Prediksi Akhir Wabah Corona Mundur, Indonesia Jadi 23 September

 Data dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) mengungkap prediksi akhir dari wabah Corona di sejumlah negara. Indonesia sebelumnya diprediksi selesai pada 6 Juni menurut data SUTD yang dimuat pada Sabtu (25/4/2020).
Namun, kini terdapat perubahan prediksi yang diperbaharui SUTD pada Minggu (3/5/2020). Wabah Corona di Indonesia yang sebelumnya diprediksi selesai di 6 Juni kini bergeser menjadi 23 September 2020.

Dibandingkan dengan negara tetangga, data SUTD menunjukkan Singapura akan lebih dulu mengakhiri wabah Corona yaitu pada 12 Juni 2020. Sedangkan Malaysia menyusul mengakhiri wabah Corona di 16 Juli 2020.

Data yang dimuat dalam laman web SUTD 'When Will COVID-19 End' ini menggunakan artificial intelligence (AI) yang berbasis pada model matematika tipe susceptible-infected-recovered (SIR). Model SIR ini diregresikan dengan data dari berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi dan memperkirakan kapan pandemi tersebut akan berakhir di masing-masing negara dan dunia, dengan kode dari Milan Batista dan data terbaru yang dihimpun dari Our World in Data.

Ajudan Wagub Sumut Positif Lagi Setelah Sembuh, Reinfeksi Corona?

 Ajudan Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah (Ijeck), Ori Kurniawan, kembali positif Corona. Ori diduga mengalami reinfeksi Corona.
"Iya. Ada dua kemungkinan, pertama terinfeksi ulang atau reaktivasi," kata Jubir Gugus Tugas COVID-19 Sumut, Aris Yudhariansyah, Selasa (5/5/2020).

"Kalau berdasarkan yang kita lihat kemungkinan itu terinfeksi ulang (reinfeksi)," lanjutnya.

Sementara itu, dari kasus dua warga Kabupaten Blitar sebelumnya ada yang disebut mengalami reaktivasi. Dua warga yang dinyatakan positif yakni wanita (37) asal Kecamatan Srengat dan wanita (69) asal Kecamatan Selopuro.

"Yang Srengat, ini dulunya PDP dari klaster pelatihan petugas haji dan dinyatakan sembuh pada 1 April. Hasil swab kedua negatif, keluar rumah sakit kemudian isolasi mandiri. Tapi yang bersangkutan mengalami gejala klinis lagi, dites rapid positif (reaktif). Lalu di tes swab tanggal 15 April dan hari ini hasilnya keluar terkonfirmasi positif," jelas Krisna di grup percakapan jurnalis COVID-19 Blitar, Selasa (28/4/2020).

Lalu apa bedanya reinfeksi dan reaktivasi Corona?

Reaktivasi Corona
Dijelaskan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio, beberapa waktu lalu, reaktivasi bisa terjadi karena virus Corona tak hanya hidup di saluran pernapasan saja, tetapi juga di berbagai macam organ tubuh lainnya. Sehingga ada virus yang tidak terdeteksi ketika pasien sudah dinyatakan sembuh.

"Reaktivasi itu berarti virus masih ada di dalam tubuh. Jadi di tenggorokan sudah tidak ada dan tidak terdeteksi, tapi mungkin virusnya masih ada di organ lain," kata Prof Amin.

"Seperti di saluran pencernaan, urine yang walaupun jumlahnya sedikit, tetapi suatu ketika dia bisa memperbanyak diri lagi," lanjutnya.

Prof Amin juga menjelaskan virus Corona bisa kembali berkembang di dalam tubuh jika pasien tersebut mengalami masalah imunitas. "Bisa berkembang kalau situasi memungkinkan, artinya kembali ke masalah imunitas pasiennya. Harusnya sih kalau kekebalan cukup itu tidak terjadi," pungkasnya.

Reinfeksi Corona
Dalam kesempatan yang sama, Prof Amin Soebandrio mengatakan reinfeksi adalah seseorang yang terpapar Corona kembali. Hal ini bisa terjadi meski telah melakukan karantina mandiri selama dua minggu setelah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

"Kalau sistem kekebalan yang dimiliki tidak terlalu baik, maka mungkin saja dia terpapar lagi dan bisa sakit lagi," jelas Prof Amin.

Menurutnya meski seharusnya pasien yang sudah sembuh itu memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, kemungkinan reinfeksi tetap bisa terjadi. Dikarenakan beberapa orang memiliki tidak memiliki antibodi yang cukup saat terkena paparan virus dengan jumlah yang sangat besar.

Prof Amin juga menjelaskan ada teori yang mengatakan reinfeksi bisa terjadi karena virus sudah bermutasi, sehingga kekebalan tubuh tidak mampu menahan infeksi tersebut.

"Bisa saja karena virusnya sudah bermutasi. Artinya kekebalan itu memang ada, tetapi terhadap virus yang menyerangnya pertama. Tapi virus yang menyerangnya kedua mungkin ada sedikit perubahan, jadi tidak sepenuhnya terlindungi oleh sistem kekebalan yang dia miliki," tuturnya.