Jumat, 08 Mei 2020

Tetap Buka Salon kala Pandemi, Ibu di Texas Dihukum Penjara

Seorang penata rambut di Texas dijatuhi hukuman kurungan penjara selama tujuh hari karena tetap membuka salon dan melanggar peraturan lockdown kala pandemi virus corona di Amerika Serikat.

Shelley Luther, pemilik salon A La Mode, diperintahkan pada 28 Maret untuk mematuhi pembatasan sosial dan tinggal di rumah yang berlaku di seluruh kota, daerah, dan negara bagian.

Namun ketika dia menolak, Pengadilan Federal Dallas pada Selasa (5/5) menjatuhkan hukuman penjara kepadanya selama tujuh hari.


"Luther melanjutkan operasional salon selama tujuh hari setelah perintah diberikan dan masih melanjutkannya hingga tanggal persidangan, dan menerima sejumlah pelanggan setiap harinya," kata dokumen persidangan.

Juri menyatakan Luther tidak menyatakan penyesalan ataupun rasa bersalah. Selain dihukum penjara, Luther juga didenda US$1.000-7.000 untuk setiap orang yang ia terima selama membuka salon kala pandemi.

Pengacara Luther segera mengajukan banding atas putusan tersebut.

Selama persidangan, Luther yang juga terlibat dalam protes anti-lockdown, mengatakan kepada juri bahwa dia perlu tetap membuka salon demi memberi makan anak-anaknya.

"Bila kalian mengira hukum lebih penting dibandingkan memberi makan anak-anak, maka silakan dengan keputusan kalian namun saya tak akan menutup salon," katanya.

Jaksa Agung Texas, Ken Paxton yang berasal dari Partai Republik mengecam hukuman tersebut dan menyebutnya "keterlaluan dan tak sensitif".

Selain itu, Paxton juga meminta pembebasan Luther yang ia sebut "menjalankan salon tersebut dalam upaya tetap menyediakan makanan di meja keluarganya,"

Gubernur Greg Abbott yang juga berasal dari Partai Republik juga menilai keputusan tersebut berlebihan.

"Kepatuhan terhadap perintah eksekutif selama pandemi ini adalah penting untuk memastikan keselamatan publik. Namun tentu ada cara yang lebih baik untuk mencapai hal itu dibanding memenjarakan seorang ibu Texas," kata Abbott.

Abbott juga menyatakan bahwa salon rambut, juga tempat cukur rambut, perawatan kuku dan kulit, taman, pantai, dan kolam renang diperbolehkan kembali buka sejak Jumat (1/5).

Keputusan itu muncul sepekan setelah dirinya mencabut pelarangan beroperasi pada restoran dan bar di kawasan Lone Star. 

Pengawal Pribadi Donald Trump Positif Terinfeksi Corona

Seorang personel Angkatan Laut Amerika Serikat yang merupakan pengawal pribadi atau valet dari Presiden Donald Trump positif terinfeksi virus corona (Covid-19). Trump dikabarkan sangat kecewa dengan kabar tersebut.

"Kami baru-baur ini diberitahu Unit Medis Gedung Putih bahwa seorang anggota Militer Amerika Serikat yang bekerja di Gedung Putih positif terinfeksi virus corona," kata Wakil Sekretaris Gedung Putih, Hogan Gidley mengutip CNN, Kamis (7/5).

Mengutip CNN, usai pengawal pribadinya positif terinfeksi, Trump merasa sangat kecewa. Trump lalu kembali menjalani tes virus corona oleh dokter Gedung Putih.


"Presiden dan Wakil Presiden (Mike Pence) sejak itu dites, hasilnya negatif dan mereka tetap sehat," kata Hogan.

Sumber CNN menyebutkan bahwa pengawal pribadi Trump yang positif terinfeksi corona itu menunjukkan gejala pada Rabu pagi lalu (6/5). Pengawal pribadi itu juga selama ini berada dekat dengan Trump dan keluarganya selama di Gedung Putih.

Pengawal itu bertanggung jawab atas makanan yang dihidangkan untuk Trump dan keluarganya. Pengawal tersebut juga senantiasa mendampingi Trump saat bertugas di dalam mau pun luar negeri.

Hingga Kamis (7/5), ada 1,26 juta warga Amerika Serikat yang positif terjangkit virus corona. Sebanyak 171 ribu diantarnya sembuh dan 74.665 lainnya meninggal dunia.

China Desak AS Setop Tuding Lab di Wuhan Sumber Corona

Pemerintah China meminta Pemerintah Amerika Serikat benar-benar berhenti menuding virus corona (Covid-19) berasal dari Wuhan. Diketahui, sejumlah pejabat AS menyebut virus corona berasal dari laboratorium di Wuhan, China.

"Kami mendesak pihak AS untuk berhenti menyalahkan China dan beralih ke fakta," kata juru bicara kementerian luar negeri Hua Chunying mengutip AFP, Kamis (7/5).

Hua menjelaskan bahwa selama ini hanya AS yang mengungkapkan hal negatif kepada China terkait virus corona. Tidak ada negara lain yang bicara seperti AS.


Hua menegaskan bahwa virus corona sudah menjangkiti mayoritas negara di dunia. Tak terkecuali AS. Karenanya, lebih baik jika semua negara untuk bekerja sama menanggulanginya ketimbang menyalahkan satu sama lain.

"Tetapi AS sendiri telah membuat beberapa pernyataan yang sangat tidak jujur," ucap Hua.

Pemerintah China lalu mengungkapkan bahwa para peneliti Institut Virologi di Wuhan sebenarnya sempat dilatih di AS dan Prancis. Diketahui, Institut Virologi tersebut berulang kali dituding AS sebagai sumber virus corona.

Institut Virologi itu dibuka secara resmi pertama kali pada 2018 lalu dengan dana sebesar US$42 juta. Pendiri firma bio-industrial di Prancis, Alain Merieux didapuk sebagai konsultan. Dengan demikian, institut virologi itu bukan hanya proyek pemerintah China.

"Laboratorium P4 Wuhan adalah proyek kolaborasi antara pemerintah Cina dan Perancis," kata Hua.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyebut virus corona berasal dari salah satu laboratorium di Wuhan, China. Dia mengklaim punya bukti mengenai hal itu. Akan tetapi, ia belum membeberkannya.

Tetap Buka Salon kala Pandemi, Ibu di Texas Dihukum Penjara

Seorang penata rambut di Texas dijatuhi hukuman kurungan penjara selama tujuh hari karena tetap membuka salon dan melanggar peraturan lockdown kala pandemi virus corona di Amerika Serikat.

Shelley Luther, pemilik salon A La Mode, diperintahkan pada 28 Maret untuk mematuhi pembatasan sosial dan tinggal di rumah yang berlaku di seluruh kota, daerah, dan negara bagian.

Namun ketika dia menolak, Pengadilan Federal Dallas pada Selasa (5/5) menjatuhkan hukuman penjara kepadanya selama tujuh hari.


"Luther melanjutkan operasional salon selama tujuh hari setelah perintah diberikan dan masih melanjutkannya hingga tanggal persidangan, dan menerima sejumlah pelanggan setiap harinya," kata dokumen persidangan.

Juri menyatakan Luther tidak menyatakan penyesalan ataupun rasa bersalah. Selain dihukum penjara, Luther juga didenda US$1.000-7.000 untuk setiap orang yang ia terima selama membuka salon kala pandemi.

Pengacara Luther segera mengajukan banding atas putusan tersebut.

Selama persidangan, Luther yang juga terlibat dalam protes anti-lockdown, mengatakan kepada juri bahwa dia perlu tetap membuka salon demi memberi makan anak-anaknya.

"Bila kalian mengira hukum lebih penting dibandingkan memberi makan anak-anak, maka silakan dengan keputusan kalian namun saya tak akan menutup salon," katanya.

Jaksa Agung Texas, Ken Paxton yang berasal dari Partai Republik mengecam hukuman tersebut dan menyebutnya "keterlaluan dan tak sensitif".