Jumat, 08 Mei 2020

China Desak AS Setop Tuding Lab di Wuhan Sumber Corona

Pemerintah China meminta Pemerintah Amerika Serikat benar-benar berhenti menuding virus corona (Covid-19) berasal dari Wuhan. Diketahui, sejumlah pejabat AS menyebut virus corona berasal dari laboratorium di Wuhan, China.

"Kami mendesak pihak AS untuk berhenti menyalahkan China dan beralih ke fakta," kata juru bicara kementerian luar negeri Hua Chunying mengutip AFP, Kamis (7/5).

Hua menjelaskan bahwa selama ini hanya AS yang mengungkapkan hal negatif kepada China terkait virus corona. Tidak ada negara lain yang bicara seperti AS.


Hua menegaskan bahwa virus corona sudah menjangkiti mayoritas negara di dunia. Tak terkecuali AS. Karenanya, lebih baik jika semua negara untuk bekerja sama menanggulanginya ketimbang menyalahkan satu sama lain.

"Tetapi AS sendiri telah membuat beberapa pernyataan yang sangat tidak jujur," ucap Hua.

Pemerintah China lalu mengungkapkan bahwa para peneliti Institut Virologi di Wuhan sebenarnya sempat dilatih di AS dan Prancis. Diketahui, Institut Virologi tersebut berulang kali dituding AS sebagai sumber virus corona.

Institut Virologi itu dibuka secara resmi pertama kali pada 2018 lalu dengan dana sebesar US$42 juta. Pendiri firma bio-industrial di Prancis, Alain Merieux didapuk sebagai konsultan. Dengan demikian, institut virologi itu bukan hanya proyek pemerintah China.

"Laboratorium P4 Wuhan adalah proyek kolaborasi antara pemerintah Cina dan Perancis," kata Hua.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyebut virus corona berasal dari salah satu laboratorium di Wuhan, China. Dia mengklaim punya bukti mengenai hal itu. Akan tetapi, ia belum membeberkannya.

Tetap Buka Salon kala Pandemi, Ibu di Texas Dihukum Penjara

Seorang penata rambut di Texas dijatuhi hukuman kurungan penjara selama tujuh hari karena tetap membuka salon dan melanggar peraturan lockdown kala pandemi virus corona di Amerika Serikat.

Shelley Luther, pemilik salon A La Mode, diperintahkan pada 28 Maret untuk mematuhi pembatasan sosial dan tinggal di rumah yang berlaku di seluruh kota, daerah, dan negara bagian.

Namun ketika dia menolak, Pengadilan Federal Dallas pada Selasa (5/5) menjatuhkan hukuman penjara kepadanya selama tujuh hari.


"Luther melanjutkan operasional salon selama tujuh hari setelah perintah diberikan dan masih melanjutkannya hingga tanggal persidangan, dan menerima sejumlah pelanggan setiap harinya," kata dokumen persidangan.

Juri menyatakan Luther tidak menyatakan penyesalan ataupun rasa bersalah. Selain dihukum penjara, Luther juga didenda US$1.000-7.000 untuk setiap orang yang ia terima selama membuka salon kala pandemi.

Pengacara Luther segera mengajukan banding atas putusan tersebut.

Selama persidangan, Luther yang juga terlibat dalam protes anti-lockdown, mengatakan kepada juri bahwa dia perlu tetap membuka salon demi memberi makan anak-anaknya.

"Bila kalian mengira hukum lebih penting dibandingkan memberi makan anak-anak, maka silakan dengan keputusan kalian namun saya tak akan menutup salon," katanya.

Jaksa Agung Texas, Ken Paxton yang berasal dari Partai Republik mengecam hukuman tersebut dan menyebutnya "keterlaluan dan tak sensitif".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar