Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pada Jumat (29/9/2020) bahwa pihaknya akan memutuskan hubungan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Karena mereka telah gagal untuk melakukan reformasi yang diminta dan sangat dibutuhkan, kami hari ini akan mengakhiri hubungan dengan WHO dan mengarahkan dana ke hal lainnya dan kebutuhan kesehatan global yang mendesak," tutur Trump dikutip dari CNN International.
Dalam pidato yang dilakukan di Gedung Putih, ia mengecam China dan mengklaim bahwa otoritas China memiliki kendali penuh atas WHO. Trump juga menyebut bahwa China belum melaporkan informasi yang sebenarnya tentang virus Corona ke WHO.
"Pejabat China mengabaikan kewajiban pelaporan mereka kepada WHO dan menekan WHO untuk menyesatkan dunia ketika virus Corona pertama kali ditemukan oleh otoritas China," ungkapnya.
Keputusan Trump untuk secara permanen memutuskan hubungan AS dengan WHO disebut sejalan dengan adanya ketidakpercayaan Presiden terhadap WHO dan mengklaim bahwa AS sedang dimanfaatkan.
Amerika Serikat adalah salah satu negara penyumbang dana terbesar bagi WHO dan membayar sekitar $450 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun dalam bentuk iuran keanggotaan dan sumbangan sukarela untuk program-program tertentu.
Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Olahraga Pakai Masker di Tengah Wabah Corona
Ketika anjuran untuk tetap di rumah dan PSBB dilonggarkan banyak yang mulai beraktivitas di luar. Meski demikian semua orang tetap diimbau untuk mengenakan masker atau penutup wajah saat di luar rumah sebagai salah satu upaya pencegahan virus Corona.
Namun apakah aman saat mengenakan masker saat berolahraga outdoor? Secara umum, jika berolahraga di kawasan dengan penularan yang tinggi maka pakai masker sangat dianjurkan. Boleh-boleh saja mengenakannya tapi ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan.
"Kebanyakan orang bisa berolahraga dengan mengenakan masker. Namun harus tetap memantau kondisi saat itu dan hati-hati jika merasakan gejala tertentu seperti sakit kepala ringan, pusing, mati rasa atau kesemutan dan sesak napas," tutur Grayson Wickham, ahli kebugaran dari Movement Vault dikutip dari CNET.
Wickham mengatakan orang yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular atau pernapasan harus berhati-hati saat berolahraga dengan masker. Tingkat keparahan kondisi mereka akan menentukan apakah tepat atau tidak bagi mereka untuk berolahraga dengan masker.
"Mereka yang memiliki riwayat penyakit pernapasan lebih disarankan berolahraga di rumah yang tidak mengharuskan mengenakan masker," sebutnya.
Kondisi yang dimaksud antara lain asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), bronkitis, fibrosis paru dan segala hal yang mempengaruhi jantung dan paru-paru. Jika tidak memiliki penyakit bawaan, maka harus berhenti berolahraga jika merasa sesak dan sakit kepala mendadak.
Isolasi Diri karena Pandemi Corona Bisa Picu Cabin Fever, Ini Gejalanya
Sudah lebih dari dua bulan lamanya masyarakat diimbau untuk tetap di rumah dan tidak beraktivitas di luar ruangan bila tak penting. Ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.
Meski penularan virus Corona bisa dihindari dengan tetap berada di rumah, tetapi masyarakat juga bisa dihadapkan pada kekhawatiran lain, yaitu ancaman kesehatan psikologis akibat isolasi diri atau cabin fever.
Menurut psikiater dan spesialis kedokteran jiwa RS Unair, dr Hafid Algristian, SpKJ, cabin fever atau demam kabin adalah rasa kegelisahan akibat terjebak atau terisolasi dalam waktu lama dan ini berpotensi besar terjadi pada masyarakat selama pandemi berlangsung.
"Tidak semua orang mengetahui gejala ini. Tapi saat kalian telah belajar, mungkin beberapa dari kita akan menyadari terdapat gejala cabin fever dalam diri kita," kata dr Hafid, Minggu (31/5/2020).
Dikutip dari Healthline, berikut ini adalah gejala-gejala umum dari cabin fever:
-Gelisah
-Hilang motivasi
-Mudah marah
-Putus asa
-Sulit berkonsentrasi
-Pola tidur tidak teratur
-Sulit untuk bangun
-Lesu
-Hilang rasa percaya pada orang sekitar
-Tidak sabaran
-Mudah sedih atau depresi
dr Hafid mengatakan bahwa cabin fever ini bukanlah suatu diagnosis atau sindrom. Penyembuhannya pun bisa dilakukan melalui manajemen stres, dan tidak perlu diberikan obat-obatan.
"Maka dari itu hendaknya kita mengembangkan cara berpikir kreatif, komunikasi, mencari solusi, maupun berbagi informasi keberhasilan yang membangun. Sehingga kita nantinya tidak merasa terjebak dan tertekan pada situasi karantina yang masih akan terus berjalan entah sampai kapan," pungkasnya.
https://cinemamovie28.com/delivery-massage-owned-by-sexy-housewife-3/