Di media sosial ramai perdebatan tentang penyebab sebenarnya kematian pasien Corona. Sebagian netizen berpendapat sebenarnya tidak ada pasien yang meninggal karena infeksi virus Corona COVID-19.
"Semenjak Wabah di Wuhan tidak ada 'kematian murni' dari COVID, dia hanya pemicu untuk penyakit bawaan. Makanya 3.130.301 orang sembuh bukan dari obat atau vaksin COVID melainkan obat medis penyakit tersebut, vitamin, dan obat tradisional," kata salah satu netizen pengguna Facebook.
Kepala Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), membantah anggapan tersebut. Menurutnya di lapangan menunjukkan ada orang-orang yang meninggal setelah terinfeksi Corona meski tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas.
"Harus diluruskan. Fakta-fakta kasus kematian pasien COVID-19 itu ada," kata dr Agus beberapa waktu lalu.
Di beberapa rumah sakit (RS) rujukan untuk kasus Corona, data menunjukkan memang sebagian besar pasien yang meninggal memiliki penyakit penyerta.
Direktur Utama RSUP Persahabatan, dr Rita Rogayah, SpP(K), MARS, mengatakan di tempatnya pada bulan April lalu ada 76 pasien Corona meninggal dari total 205 pasien. Dari jumlah tersebut, sebanyak 65 pasien (86 persen) yang meninggal memiliki penyakit penyerta sementara 11 pasien (14 persen) lainnya tanpa komorbid.
"Saya ada datanya," kata dr Rita pada detikcom dan ditulis Selasa (9/7/2020).
Sementara itu Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr Mohammad Syahril, SpP, MPH, membeberkan data hingga 8 Juni 2020 ada 28 pasien Corona yang meninggal dan 105 pasien sembuh.
"Semua pasien yang meninggal memiliki komorbiditas," ungkap dr Syahril saat dihubungi terpisah.
Dikutip dari situs covid19.go.id, sebanyak 97,7 persen dari 1.883 pasien Corona yang meninggal di Indonesia per Senin (8/6/2020), berstatus tidak memiliki data lengkap atau tanpa kondisi penyerta.
Gara-gara Corona, Pegowes Dadakan Ramai-ramai Serbu Toko Sepeda
Sejak ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB), minat berolahraga tampak mengalami peningkatan. Terbukti, toko sepeda banyak dibanjiri pegowes pemula yang ingin berbelanja.
Selain untuk olahraga, sepeda juga bisa menjadi alternatif moda transportasi yang lebih aman dari risiko penularan virus Corona COVID-19. Di masa transisi pelonggaran PSBB, transportasi publik dikhawatirkan menjadi hotspot penularan jika protokol kesehatan gagal diterapkan.
Adanya peningkatan minat bersepeda diakui oleh Gilbert Sunday dari toko sepeda Yeriko Bike kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur. Menurutnya, penjualan sepeda di tokonya mengalami peningakatan seusai lebaran dan semasa PSBB.
"Lumayan kita ada peningkatan penjualan, tapi sebelum Lebaran kita agak turun penjualannya. Tapi setelah Lebaran ini, orang baru ngerasa sepeda bisa membantu kehidupan sehari-hari. Hampir 200-300 persen peminatnya," ujar Gilbert saat dihubungi detikcom, Senin (8/6/2020).
Gilbert menuturkan, pembeli sepeda rata-rata merupakan pemula dan baru mulai untuk bersepeda.
"Yang saya lihat sih memang yang pemula yang baru banyak yang datang, beberapa yang udah biasa juga ada, tapi kebanyakan dari pemula," tambahnya.
https://kamumovie28.com/kakegurui-season-2-episode-3-live-action-subtitle-indonesia/