Rabu, 17 Juni 2020

Vaksin Pertama COVID-19 Mungkin Tak Bisa Cegah Infeksi

Ilmuwan seluruh dunia saat ini bekerja keras dan berlomba menemukan vaksin COVID-19. Namun ketika nanti ada vaksin pertama yang digunakan untuk COVID-19, kemungkinan tidak akan mencegah infeksi dari penyakit ini.
Adalah Robin Shattock, seorang profesor dari Imperial College London yang memimpin pengembangan percobaan suntikan vaksin, yang mengatakan hal ini.

"Apakah untuk perlindungan terhadap infeksi? Apakah perlindungan terhadap penyakit? Atau perlindungan terhadap penyakit parah? Sangat mungkin vaksin itu hanya akan melindungi dari penyakit parah, tapi (vaksin) ini akan berguna," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.

Saat berbagai negara usai melakukan lockdown, para pemimpinnya mencari cara pencegahan penyakit untuk bisa kembali ke kehidupan seperti sebelum pandemi.

Didukung miliaran dolar investasi pemerintah, vaksin dari sejumlah perusahaan mulai dari yang kecil seperti China CanSino Biologics Inc. hingga yang besar seperti Pfizer Inc. dan AstraZeneca Plc, saat ini sedang dalam pengembangan.

Di antara pengembangan tersebut semuanya bergerak cepat, bahkan telah sampai uji coba pada manusia. Pengujian pada manusia dilakukan setelah terlihat dampak positif untuk penyakit parah pada hewan, meski kurang efektif dalam hal mencegah infeksi.

"Vaksin perlu melindungi dari penyakit, tapi belum tentu mencegah infeksi," kata Dennis Burton, peneliti imunologi dan vaksin di Scripps Research di La Jolla, California, Amerika Serikat.

Memang, vaksin punya potensi menyelamatkan nyawa. Namun para ilmuwan mengkhawatirkan keberadaan vaksin nantinya akan membuat negara-negara yang sudah lelah dengan kondisi pandemi berpuas diri dan membuat kewaspadaan mereka mengendur.

"Dugaan saya, sehari setelah seseorang diimunisasi, mereka akan berpikir, saya bisa kembali normal, semuanya akan baik-baik saja. Mereka jadi tidak menyadari bahwa mereka mungkin masih rentan terhadap infeksi," kata Michael Kinch, ahli pengembangan obat dari Washington University.

COVID-19 sendiri sudah diduga disebarkan oleh orang-orang tanpa gejala, dan vaksin pencegah-gejala dapat menciptakan jumlah yang lebih besar lagi.

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, vaksin adalah salah satu senjata paling efektif melawan penyakit menular, dan mencegah hingga 3 juta kematian per tahun.

Namun, hanya sedikit dari vaksin yang efektif 100% pada semua orang yang mendapatkannya. Misalnya, sekitar 3% orang yang mendapat vaksin campak, menderita penyakit ringan dan dapat menularkannya ke orang lain.

Sejauh ini, lebih dari 130 percobaan sedang dilakukan dalam upaya pencegahan virus Corona. Vaksin bekerja dengan menghadirkan sistem kekebalan tubuh dalam bentuk kuman atau bagian penting dari virus dengan mempersiapkan tubuh agar merespons ketika terpapar virus tersebut.

Segera Hapus! 38 Aplikasi yang Berbahaya di Smartphone

Ditemukan 38 aplikasi berbahaya yang sering memborbardir pengguna dengan iklan yang tidak diinginkan. Bahkan, aplikasi-aplikasi ini terbilang popular karena sudah diunduh sampai 1 juta kali.
Adalah WhiteOps yang pertama kali mengungkap kebobrokan ke-38 aplikasi tersebut. Selain disusupi iklan, aplikasi Android ini juga sering mengalihkan browser yang cenderung mengganggu.

Tak hanya itu, seperti penemuan WhiteOps, dikutip dari The Sun, Rabu (17/6/2020) puluhan aplikasi ini terdapat kode penipuan yang jelas tidak aman dan penuh adware.

"Kami hubungkan 38 aplikasi ini dengan ancaman, yang semuanya telah dihapus oleh Play Store (Google-red)," kata WhiteOps.

WhiteOps menjelaskan ada aplikasi yang hanya berusia 17 hari nongkrong di Play Store, sebelum Google mengusirnya. Menjadi tanda bahaya bahwa aplikasi-aplikasi itu banyak diunduh pengguna.

"Aplikasi ini bila dikumpulkan lebih dari 20 juta download," sebutnya.

Berikut 38 aplikasi berbahaya yang harus kalian hapus segera:

1. Yoroko Camera
2. Solu Camera
3. Lite Beauty Camera
4. Beauty Collage Lite
5. Beauty & Filters Camera
6. Photo Collage & Beauty Camera
7. Beauty Camera Selfie Filter
8. Gaty Beauty Camera
9. Pand Selife Beauty Camera
10. Catoon Photo Editor & Selfie Beauty Camera
11. Benbu Selife Beauty Camera
12. Pinut Selife Beauty Camera & Photo Editor
13. Mood Photo Editor & Selife Beauty Camera
14. Rose Photo Editor & Selfie Beauty Camera
15. Selife Beauty Camera & Photo Editor
https://indomovie28.net/star/lee-eun-mi-i/

Alasan Trump Setop Tunjangan Rp 8,5 Juta ke Pengangguran

 Seiring dengan merebaknya virus Corona (COVID-19), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji memberikan tunjangan pengangguran kepada warganya sebanyak US$ 600 atau sekitar Rp 8,5 juta (kurs Rp 14.200/US$) per minggu. Namun pemberian tunjangan itu dijadwalkan berakhir pada 31 Juli 2020 mendatang sehingga 30 juta penerima manfaat akan kehilangan pemasukan.
Meski begitu, Trump akan menggantinya dengan kebijakan yang berbeda. Penggantian manfaat ditingkatkan dengan dibayarkan di atas manfaat tradisional tingkat negara bagian, dengan bonus uang tunai yang mendorong orang untuk bergabung kembali dalam angkatan kerja.

"Presiden sedang melihat langkah reformasi yang masih akan memberikan semacam bonus untuk kembali bekerja, tetapi itu tidak akan sebesar dan akan menciptakan insentif untuk bekerja," kata Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kudlow dilansir dari CNBC, Selasa (16/6/2020).

Sayangnya Kudlow tidak menguraikan secara spesifik bentuk dari bonus untuk kembali bekerja tersebut.

Berdasarkan proposal dari Senator Rob Portman, R-Ohio, tunjangan pengangguran akan diganti dengan cek mingguan US$ 600 dengan pembayaran sementara US$ 450 per minggu untuk mereka yang kembali bekerja. Penerima akan mendapatkan US$ 450 plus upah pekerjaan mereka.

Proposal lain, dari Rep. Kevin Brady, R-Texas, akan membiarkan pekerja yang menerima tawaran pekerjaan mempertahankan manfaat pengangguran senilai US$ 600 untuk 2 minggu.

Pihak Partai Demokrat, di sisi lain ingin memperpanjang tunjangan pengangguran yang ditingkatkan. Mereka mengesahkan undang-undang bantuan keuangan di DPR yang akan memperpanjang manfaat US$ 600 hingga awal tahun depan.

Beberapa anggota Demokrat juga mengusulkan secara bertahap mengurangi bantuan dengan mengikatnya ke metrik ekonomi seperti tingkat pengangguran negara. Dengan kata lain, tunjangan mingguan akan menurun karena tingkat pengangguran suatu negara turun.

Anggota parlemen kemungkinan akan berkompromi dan memperluas tunjangan pengangguran dalam beberapa bentuk setelah Juli agar warga AS tidak kehilangan pemasukan.

Vaksin Pertama COVID-19 Mungkin Tak Bisa Cegah Infeksi

Ilmuwan seluruh dunia saat ini bekerja keras dan berlomba menemukan vaksin COVID-19. Namun ketika nanti ada vaksin pertama yang digunakan untuk COVID-19, kemungkinan tidak akan mencegah infeksi dari penyakit ini.
Adalah Robin Shattock, seorang profesor dari Imperial College London yang memimpin pengembangan percobaan suntikan vaksin, yang mengatakan hal ini.

"Apakah untuk perlindungan terhadap infeksi? Apakah perlindungan terhadap penyakit? Atau perlindungan terhadap penyakit parah? Sangat mungkin vaksin itu hanya akan melindungi dari penyakit parah, tapi (vaksin) ini akan berguna," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.

Saat berbagai negara usai melakukan lockdown, para pemimpinnya mencari cara pencegahan penyakit untuk bisa kembali ke kehidupan seperti sebelum pandemi.

Didukung miliaran dolar investasi pemerintah, vaksin dari sejumlah perusahaan mulai dari yang kecil seperti China CanSino Biologics Inc. hingga yang besar seperti Pfizer Inc. dan AstraZeneca Plc, saat ini sedang dalam pengembangan.

Di antara pengembangan tersebut semuanya bergerak cepat, bahkan telah sampai uji coba pada manusia. Pengujian pada manusia dilakukan setelah terlihat dampak positif untuk penyakit parah pada hewan, meski kurang efektif dalam hal mencegah infeksi.

"Vaksin perlu melindungi dari penyakit, tapi belum tentu mencegah infeksi," kata Dennis Burton, peneliti imunologi dan vaksin di Scripps Research di La Jolla, California, Amerika Serikat.