Pembelajaran jarak jauh (PPJ) diterapkan dengan tujuan untuk menekan penularan virus Corona COVID-19 pada anak di sekolah. Namun ada hal lain yang dikhawatirkan yakni soal penggunaan ponsel atau gawai yang tidak terkontrol.
Di masa pandemi Corona, anak lebih banyak harus tinggal di rumah dan melakukan pembelajaran secara online. Sekretaris Bidang Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan Anggota IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dr Catharine Mayung Sambo, SpA(K) menyebut tak dapat dipungkiri durasi waktu screen time akan mengalami peningkatan sehingga diperlukan perhatian khusus dari orang tua untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas fisik dan pajanan terhadap gawai.
Berikut beberapa saran IDAI agar anak tidak terlalu banyak pegang ponsel selama belajar daring.
1. Atur waktu dan ruang khusus
Meskipun di rumah, orang tua harus menyiapkan ruangan khusus untuk anak belajar. Hal ini dilakukan agar anak tetap bisa efektif belajar di rumah dan orang tua mampu memperhatikan anak dalam penggunaan gawainya.
"Atur ruangan untuk pakai gawai, jadi kalau sudah selesai waktunya, keluarlah dari ruangan tersebut dan tinggalkan gawainya di situ," kata dr Mayung, sapaannya, saat dihubungi detikcom Senin (3/8/2020).
2. Atur penggunaan gawai sesuai usia anak
Atur penggunaan gawai sesuai usia anak, baiknya untuk anak sekolah waktu layarnya (screen time) sesuai keperluan sekolah, sementara untuk adik-adik yang lebih kecil tidak usah pakai gawai dulu.
3. Atur jadwal istirahat
Orang tua juga harus memperhatikan jadwal istirahat anak. Setelah lelah menatap gawai yang cukup lama, berikan anak waktu untuk istirahat seperti, melakukan aktivitas fisik atau bermain.
"Berhenti sementara dari kegiatan terkait gawai, misalnya setelah 45 menit (atau paling lama 1 jam), berdiri dulu, bermain interaktif, makan, ngobrol face to face, dan melakukan aktivitas fisik," tambah dr Mayung.
4. Variasikan kegiatan atau permainan
Selain itu, orang tua juga harus memberikan variasi kegiatan di luar pemakaian gawai. Ada baiknya agar orang tua untuk selalu mendampingi anak dan mendiskusikan aktivitas selanjutnya yang akan mereka lakukan, terlebih jika anak masih berada di usia pra-sekolah.
"Variasikan kegiatan atau permainan dan aktivitas fisik yang tidak menggunakan gawai," pungkasnya.
4 Fakta Swinger, Fantasi di Balik Viral Pelecehan Seks Berkedok Riset
Sebuah video yang menampilkan seorang pria yang sedang membuat pengakuan viral di media sosial. Dalam video tersebut, pria bernama Bambang Ariyanto yang mengaku sebagai dosen itu mengaku telah melakukan pelecehan seksual, yang berkedok penelitian terkait 'swinger'.
"Saya Bambang Ariyanto ingin menjelaskan bahwa pernyataan saya mengenai rencana penelitian tentang swinger kepada banyak perempuan adalah bohong, karena sesungguhnya saya lebih ingin berfantasi swinger secara virtual semata. Hal itu dikarenakan kata swinger sering menghantui saya di setiap waktu," kata Bambang.
1. Apa itu swinger?
Swinger atau perilaku seks bertukar pasangan adalah kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual saat bertukar pasangan. Swinger ini mendapatkan kepuasannya saat melihat atau melakukan seks bersama pasangan lain.
"(Pelaku swinger-red) Menyukai intimidasi yang diciptakan dengan pasangan lain atau orang lain," jelas Matty Silver, seorang terapis seks, dikutip dari Yahoo Lifestyle.
2. Pelaku tidak puas hanya dengan satu pasangan
Adapun alasan lain yang membuat seseorang menjadi pelaku swinger, yaitu ketidakpuasan dalam hal seksual. Pelaku swinger merasa tidak mendapat kepuasan seksual dari pasangan resminya sendiri.
https://kamumovie28.com/harry-potter-and-the-prisoner-of-azkaban/