Baru-baru ini bracket masker ramai dijual di lapak online. Fungsinya disebut-sebut bisa menjaga lipstik tidak rusak dan mengurangi embun di kacamata saat memakai masker.
Selain itu, alat ini diklaim bisa mencegah jerawat yang timbul saat memakai masker karena mengurangi gesekan. Bagi yang sering merasa kurang jelas saat berbicara pakai masker, bracket ini juga bisa mengatasinya.
Namun, alat ini bisa mengganggu efektivitas memakai masker nggak sih?
Ahli paru dari RS Persahabatan, dr Erlang Samoedro, SpP, menjelaskan alat ini tidak mengganggu efektivitas masker. Sebab, hanya membuat jarak antara masker dan bibir saja.
"Nggak sih karena hanya melindungi mulut saja ya jadi membuat jarak antara masker dan bibir, fungsinya hanya estetika saja," jelas dr Erlang saat dihubungi detikcom Selasa (11/8/2020).
Namun, dr Erlang mengingatkan berbahaya jika alat tersebut membuat celah dari masker menjadi lebar. Bila seperti itu, penggunaan alat tersebut sebaiknya dihindari agar tidak menimbulkan risiko paparan Corona.
"Hal ini menjadi berbahaya karena masker tidak melindungi lagi. Karena ada celah. Tentu tidak direkomendasikan karena tadi dapat membuat celah dengan masker," pungkasnya.
Kondisi Terkini Kota Wuhan, Tempat Pandemi Virus Corona Bermula
- Wuhan, kota yang pertama kali mencatat kasus virus Corona COVID-19 di Desember 2019 lalu kini memiliki pemandangan baru. Para warga dilaporkan berdansa di festival musik elektronik, ada antrean panjang saat sarapan pagi, lalu lintas pun kembali padat bahkan macet.
Pemandangan di Wuhan saat ini tidak pernah terpikirkan bahkan hingga awal Januari kemarin. Kota di China ini tengah melakukan pemulihan usai lockdown selama 76 hari, yang mulai dicabut pada bulan April. Selain itu, Wuhan telah membuat jalanan kembali dipadati dengan beragam aktivitas.
Dikutip dari Channel News Asia, antrean yang mengular di tempat sarapan sangat jauh dari kerumunan ketakutan yang berbaris di rumah sakit Wuhan pada minggu-minggu pertama, setelah kota itu dikarantina pada bulan Januari untuk mengendalikan penyebaran virus Corona COVID-19.
Pakaian hazmat dan kacamata pengaman yang dulunya merupakan alat pelindung diri yang wajib digunakan, kini telah digantikan oleh payung dan topi matahari saat turis melindungi diri dari terik matahari musim panas, berpose untuk foto di depan 'Menara Yellow Crane' kota yang bersejarah.
Namun semuanya tidak kembali normal. Bisnis tetap berjalan lambat di Wuhan, kota berpenduduk 11 juta orang tempat virus Corona pertama kali terdeteksi akhir tahun lalu sebelum memicu pandemi global.
"Pada paruh pertama tahun ini, kami hanya membuka beberapa proyek yang telah diputuskan sebelum wabah," kata Hu Zeyu, seorang karyawan di sebuah perusahaan real estate lokal, kepada AFP.
"Volume bisnis telah sangat berkurang," lanjutnya.
Di beberapa lingkungan Wuhan, penghalang plastik yang ada di mana-mana selama lockdown terus membatasi lalu lintas. Banyak orang yang pertama kali ditemukan terinfeksi bekerja di pasar seafood Huanan, yang ditutup oleh pihak berwenang.
Beberapa vendor telah membuka kembali kiosnya di tempat lain. Wuhan juga sempat mengenang kembali traumanya, meski hanya beberapa kenangan yang masuk ke dalam narasi resmi.
Pada pameran bertema pandemi, keluarga mengintip melalui kaca pakaian hazmat bertanda tangan yang digunakan oleh petugas medis pada puncak wabah Wuhan, dalam upaya untuk mendokumentasikan periode yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kota.
China sebagian besar telah mengendalikan epidemi domestiknya, tetapi wabah sporadis dan banjir besar di musim panas telah memperburuk kejatuhan ekonomi. Meskipun ada kekhawatiran akan kebangkitan kembali, beberapa penduduk Wuhan sangat ingin menikmati pemulihan kota.
"Sekarang saya menikmati setiap hari seolah-olah itu adalah yang terakhir," kata Hu Fenglian.
"Saya tidak ingin terlalu khawatir," lanjutnya.
https://nonton08.com/the-pervert-last-train/