Stok masker di beberapa apotek dan toko menipis. Bahkan kini tak jarang ditemukan masker yang dijual dengan harga tinggi mencapai jutaan. Bagaimana jika stok masker benar-benar habis?
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menjelaskan ketersediaan masker menjadi tanggung jawab pemerintah. Menurutnya, stok masker di setiap apotek perlu dikontrol.
"Kementerian Kesehatan dan BPOM harus turun tangan lebih serius, ini kan mungkin produk yang dianggap nggak lah, cuma masker saja kok," jelasnya saat dihubungi detikcom, Kamis (6/2/2020)
Ia mengatakan hal utama yang perlu diawasi adalah memastikan stok masker masih tersedia dijual dengan harga normal. Demi menghindari stok masker yang dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
"Yang penting pemerintah harus mengontrol bahwa pasokan di dalam negeri ada, dengan harga yang wajar," tambahnya.
Menurut Tulus, perlu juga untuk membatasi stok masker yang diberikan untuk apotek-apotek. Agar tak ada orang yang sengaja membeli banyak masker untuk kemudian diperjualbelikan kembali.
"Dan juga kemarin saya lihat di viral itu ada orang yang memborong sampai 7000 dus, nah itu juga perlu diatur saya kira ya, industri farmasi atau apotek-apotek harus ada menjual maksimal berapa,"
Nah Lho! Sengaja Menimbun Masker N95 demi Dapat 'Cuan' Bisa Kena Pidana
Apotek dan toko-tokok alat kesehatan belakangan ini kehabisan stok masker, terutama jenis masker N95. Kalaupun ada yang masih menjual, harganya naik gila-gilaan. Dari yang semula cuma Rp 20 ribu per pcs menjadi Rp 3 juta per 10 pcs.
Sebagian apotek dan toko-toko yang biasa menjual masker juga mengaku kehabisan stok. Ada banyak kemungkinan yang bisa memicu kelangkaan stok, salah satunya perilaku menimbun untuk mendapatkan 'cuan' ketika harga meroket karena tingginya permintaan.
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mengingatkan adanya sanksi bagi pihak-pihak yang terbukti menimbun stok masker. Menurutnya, hal itu bisa dikenai pidana.
"Menimbun kemudian tujuannya untuk mengacaukan pasokan, harga, maka dia harus diproses secara hukum," tegas Tulus saat dihubungi detikcom, Kamis (6/2/2020).
"Misalnya apotek atau toko obat yang besar itu kemudian menimbun masker, kemudian harganya mahal itu juga ada sanksi hukumnya," lanjutnya.
Nah lho, siapa yang ikut-ikutan menimbun stok masker demi mengejar 'cuan'?
Dokter Paru Sarankan Berhenti Merokok untuk Jauhkan Virus Corona
Ancaman virus corona tengah menghantui warga dunia. Bagi para pecandu nikotin, dokter paru menyarankan untuk berhenti demi meminimalkan risiko.
"Karena berhenti merokok juga meningkatkan imun. Jadi juga menjauhkan kita dari virus, termasuk dari virus corona dan juga menghindarkan dari risiko kanker," kata dr Diah Handayani, SpP, dari RS Paru Persahabatan, saat ditemui detikcom baru-baru ini.
Berhenti merokok, menurut dr Diah utamanya juga mencegah risiko berbagai jenis kanker. Pesan itu disampaikannya bertepatan dengan Hari Kanker Sedunia yang diperingati pada 4 Februari silam.
Dalam asap rokok, terkandung ratusan senyawa kimia berbahaya, sebagian di antaranya adalah karsinogenik atau bisa memicu kanker. Tidah hanya untuk perokoknya sendiri, melainkan juga untuk orang lain yang menjadi 'perokok pasif' karena ikut menghirup asap rokoknya.
"Jadi haruslah berhenti merokok," kata dr Diah.
https://nonton08.com/tahu-diri-dong/