Terlepas dari fakta bahwa COVID-19 dianggap sebagai penyakit paru, banyak pasien Corona yang dilaporkan mengalami masalah jantung. Tentunya, orang dengan riwayat penyakit jantung akan lebih mungkin mengalami gejala COVID-19 yang lebih buruk. Apa alasannya?
"Selain COVID-19 menyerang paru, dia juga membuat darah mudah kental. Jadi pasien yang sudah punya masalah jantung, terutama masalah jantung koroner, itu akan mengalami keluhan atau manifestasinya sama seperti orang yang kena serangan jantung karena darahnya kental," kata dr Dafsah Arifa Juzar, SpJP(K) dari divisi heartology RS Brawijaya Saharjo, yang ditulis detikcom Rabu (30/9/2020).
Kesehatan jantung dan kaitannya dengan COVID-19 berhubungan dengan adanya kecenderungan pembekuan pembuluh darah pada pasien Corona. Pembekuan darah tersebut akan meningkatkan risiko gangguan jantung, sehingga pada pasien yang sudah memiliki riwayat penyakit tersebut akan lebih rentan mengalami perburukan dan meninggal dunia.
"Mortalitas atau fatalitas pasien COVID-19 itu disertai komorbid lain. Kalau ada penyakit jantung tentu fatal saat kena COVID-19," sebut dr Dafsah.
Sebuah studi yang mengamati lebih dari 72.000 pasien dengan COVID-19 menemukan bahwa sekitar 22 persen pasien yang meninggal memiliki penyakit penyerta kardiovaskular. Studi tersebut juga menemukan bahwa angka kematian di antara pasien dengan penyakit jantung lebih tinggi dibandingkan kondisi kesehatan lainnya.
Dikutip dari Healthline, kondisi tersebut terjadi karena seseorang dengan riwayat penyakit jantung koroner lebih mungkin mengalami komplikasi karena aliran darah ke jantung mereka berkurang dan fungsi pembuluh darah terganggu.
Jika jantung lebih sulit memompa darah ke selnya karena COVID-19, sel jantung bisa rusak dan seseorang berpotensi menderita serangan jantung. Akan makin berat risikonya jika pasien tidak mengetahui memiliki gangguan jantung sebelum terinfeksi Corona.
https://indomovie28.net/seven-days/
Pro-kontra Bangku Kosong untuk Menkes Terawan
Banyak pihak mempertanyakan keberadaan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang jarang tampil di depan publik selama pandemi virus Corona COVID-19. 'Bangku kosong' yang dihadirkan Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa mewakili rasa penasaran tersebut.
Oleh Najwa, bangku kosong tersebut disiapkan untuk Menkes Terawan yang menurutnya sudah berulang kali diundang namun tidak pernah hadir. Karena Terawan tidak hadir, Najwa menyampaikan beberapa pertanyaan terkait pandemi COVID-19 ke bangku kosong tersebut.
Najwa juga menyinggung deretan menteri kesehatan di berbagai negara yang mundur karena dinilai gagal mengatasi pandemi virus Corona. Di antaranya menteri kesehatan Selandia Baru, Ceko, dan Brasil.
"Pak Terawan semestinya adalah orang yang paling gencar menyuarakan kepentingan kesehatan," kata Najwa.
Beragam respons bermunculan. Ada yang menyebut sentilan Najwa sebagai bentuk bullying terhadap Terawan, tetapi tidak sedikit pula yang merasa terwakili oleh pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan Najwa.
Faktanya, Terawan belakangan ini sangat jarang tampil di depan publik untuk menyampaikan perkembangan situasi pandemi. Setidaknya, dibandingkan pada masa-masa awal pandemi ketika celetukan-celetukan Terawan sering jadi kontroversi.
Perlukah Terawan tampil menjawab rasa penasaran publik, atau lebih baik fokus saja mengerjakan tugasnya di balik layar? Tuliskan pendapat di komentar.