Kamis, 01 Oktober 2020

Waspadai Hubungan Penyakit Jantung dan Infeksi COVID-19

 Terlepas dari fakta bahwa COVID-19 dianggap sebagai penyakit paru, banyak pasien Corona yang dilaporkan mengalami masalah jantung. Tentunya, orang dengan riwayat penyakit jantung akan lebih mungkin mengalami gejala COVID-19 yang lebih buruk. Apa alasannya?

"Selain COVID-19 menyerang paru, dia juga membuat darah mudah kental. Jadi pasien yang sudah punya masalah jantung, terutama masalah jantung koroner, itu akan mengalami keluhan atau manifestasinya sama seperti orang yang kena serangan jantung karena darahnya kental," kata dr Dafsah Arifa Juzar, SpJP(K) dari divisi heartology RS Brawijaya Saharjo, yang ditulis detikcom Rabu (30/9/2020).


Kesehatan jantung dan kaitannya dengan COVID-19 berhubungan dengan adanya kecenderungan pembekuan pembuluh darah pada pasien Corona. Pembekuan darah tersebut akan meningkatkan risiko gangguan jantung, sehingga pada pasien yang sudah memiliki riwayat penyakit tersebut akan lebih rentan mengalami perburukan dan meninggal dunia.


"Mortalitas atau fatalitas pasien COVID-19 itu disertai komorbid lain. Kalau ada penyakit jantung tentu fatal saat kena COVID-19," sebut dr Dafsah.


Sebuah studi yang mengamati lebih dari 72.000 pasien dengan COVID-19 menemukan bahwa sekitar 22 persen pasien yang meninggal memiliki penyakit penyerta kardiovaskular. Studi tersebut juga menemukan bahwa angka kematian di antara pasien dengan penyakit jantung lebih tinggi dibandingkan kondisi kesehatan lainnya.


Dikutip dari Healthline, kondisi tersebut terjadi karena seseorang dengan riwayat penyakit jantung koroner lebih mungkin mengalami komplikasi karena aliran darah ke jantung mereka berkurang dan fungsi pembuluh darah terganggu.


Jika jantung lebih sulit memompa darah ke selnya karena COVID-19, sel jantung bisa rusak dan seseorang berpotensi menderita serangan jantung. Akan makin berat risikonya jika pasien tidak mengetahui memiliki gangguan jantung sebelum terinfeksi Corona.

https://indomovie28.net/seven-days/


Pro-kontra Bangku Kosong untuk Menkes Terawan


 Banyak pihak mempertanyakan keberadaan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang jarang tampil di depan publik selama pandemi virus Corona COVID-19. 'Bangku kosong' yang dihadirkan Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa mewakili rasa penasaran tersebut.

Oleh Najwa, bangku kosong tersebut disiapkan untuk Menkes Terawan yang menurutnya sudah berulang kali diundang namun tidak pernah hadir. Karena Terawan tidak hadir, Najwa menyampaikan beberapa pertanyaan terkait pandemi COVID-19 ke bangku kosong tersebut.


Najwa juga menyinggung deretan menteri kesehatan di berbagai negara yang mundur karena dinilai gagal mengatasi pandemi virus Corona. Di antaranya menteri kesehatan Selandia Baru, Ceko, dan Brasil.


"Pak Terawan semestinya adalah orang yang paling gencar menyuarakan kepentingan kesehatan," kata Najwa.


Beragam respons bermunculan. Ada yang menyebut sentilan Najwa sebagai bentuk bullying terhadap Terawan, tetapi tidak sedikit pula yang merasa terwakili oleh pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan Najwa.


Faktanya, Terawan belakangan ini sangat jarang tampil di depan publik untuk menyampaikan perkembangan situasi pandemi. Setidaknya, dibandingkan pada masa-masa awal pandemi ketika celetukan-celetukan Terawan sering jadi kontroversi.


Perlukah Terawan tampil menjawab rasa penasaran publik, atau lebih baik fokus saja mengerjakan tugasnya di balik layar? Tuliskan pendapat di komentar.

https://indomovie28.net/mr-peabody-sherman-2/

40 RW di DKI Masuk Zona Rawan COVID-19, Terbanyak di Jakarta Pusat

 Jumlah RW di DKI Jakarta yang termasuk dalam zona rawan penyebaran COVID-19 bertambah menjadi 40 RW. Sejumlah RW ini pun masuk dalam wilayah pengendalian ketat (WPK) penularan virus Corona.

Berdasarkan data dari corona.jakarta.go.id, yang diakses pada Rabu (30/9/2020), Jakarta Pusat menjadi RW yang paling banyak berstatus zona rawan COVID-19, yakni 18 RW. Sementara di Jakarta Selatan 9 RW, Jakarta Timur 5 RW, Jakarta Barat 4 RW, Jakarta Utara 3 RW, dan Kepulauan Seribu 1 RW.


Dari data tersebut juga diketahui, sebanyak 913 RW di DKI Jakarta masih mencatatkan kasus aktif COVID-19, yang tersebar di Jakarta Timur sebanyak 248 RW, Jakarta Barat 237 RW, Jakarta Selatan 170 RW, Jakarta Pusat 139 RW, dan Jakarta Utara 119 RW.


Saat ini total kasus aktif COVID-19 yang di DKI Jakarta sudah sebanyak 12.317 orang. Kasus aktif sendiri artinya adalah orang-orang yang masih dianggap sakit dari total seluruh kasus yang sudah terkonfirmasi.


Pemprov DKI pun melaporkan, ada 25 kelurahan dengan kasus aktif COVID-19 terbanyak di Jakarta. Kebun Jeruk, Jakarta Barat, menjadi kelurahan dengan kasus aktif terbanyak, yakni 207 orang.


Hingga saat ini, total kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta sudah mencapai 74.368 kasus. Sementara total pasien sembuh sebanyak 60.320 orang dan 1.731 lainnya meninggal dunia.


Berikut daftar 25 kelurahan dengan kasus aktif Corona terbanyak di DKI Jakarta pada Rabu (30/9/2020), dikutip dari situs web corona.jakarta.go.id.


Kebon Jeruk (Jakarta Barat): 207 orang

Penggilingan (Jakarta Timur): 113 orang

Cengkareng Timur (Jakarta Barat): 100 orang

Jatinegara (Jakarta Timur): 100 orang

Halim Perdana Kusumah (Jakarta Timur): 94 orang

Penjaringan (Jakarta Utara): 92 orang

Kapuk (Jakarta Barat): 78 orang

Petukangan Utara (Jakarta Selatan): 75 orang

Duren Sawit (Jakarta Timur): 69 orang

Rawa Buaya (Jakarta Barat): 68 orang

Jagakarasa (Jakarta Selatan): 65 orang

Duri Kosambi (Jakarta Barat): 64 orang

Kramat Jati (Jakarta Timur): 64 orang

Ciracas (Jakarta Timur): 63 orang

Palmerah (Jakarta Barat): 63 orang

Serdang (Jakarta Pusat): 63 orang

Lagoa (Jakarta Utara): 61 orang

Cilandak Barat (Jakarta Selatan): 60 orang

Lubang Buaya (Jakarta Timur): 60 orang

Tanjung Priok (Jakarta Utara): 59 orang

Sunter Jaya (Jakarta Utara): 57 orang

Rawasari (Jakarta Pusat): 56 orang

Cengkareng Barat (Jakarta Barat): 55 orang

Pondok Pinang (Jakarta Selatan): 55 orang

Cempaka Putih Barat (Jakarta Pusat): 54 orang

https://indomovie28.net/the-anomaly-2/


Waspadai Hubungan Penyakit Jantung dan Infeksi COVID-19


Terlepas dari fakta bahwa COVID-19 dianggap sebagai penyakit paru, banyak pasien Corona yang dilaporkan mengalami masalah jantung. Tentunya, orang dengan riwayat penyakit jantung akan lebih mungkin mengalami gejala COVID-19 yang lebih buruk. Apa alasannya?

"Selain COVID-19 menyerang paru, dia juga membuat darah mudah kental. Jadi pasien yang sudah punya masalah jantung, terutama masalah jantung koroner, itu akan mengalami keluhan atau manifestasinya sama seperti orang yang kena serangan jantung karena darahnya kental," kata dr Dafsah Arifa Juzar, SpJP(K) dari divisi heartology RS Brawijaya Saharjo, yang ditulis detikcom Rabu (30/9/2020).


Kesehatan jantung dan kaitannya dengan COVID-19 berhubungan dengan adanya kecenderungan pembekuan pembuluh darah pada pasien Corona. Pembekuan darah tersebut akan meningkatkan risiko gangguan jantung, sehingga pada pasien yang sudah memiliki riwayat penyakit tersebut akan lebih rentan mengalami perburukan dan meninggal dunia.


"Mortalitas atau fatalitas pasien COVID-19 itu disertai komorbid lain. Kalau ada penyakit jantung tentu fatal saat kena COVID-19," sebut dr Dafsah.


Sebuah studi yang mengamati lebih dari 72.000 pasien dengan COVID-19 menemukan bahwa sekitar 22 persen pasien yang meninggal memiliki penyakit penyerta kardiovaskular. Studi tersebut juga menemukan bahwa angka kematian di antara pasien dengan penyakit jantung lebih tinggi dibandingkan kondisi kesehatan lainnya.


Dikutip dari Healthline, kondisi tersebut terjadi karena seseorang dengan riwayat penyakit jantung koroner lebih mungkin mengalami komplikasi karena aliran darah ke jantung mereka berkurang dan fungsi pembuluh darah terganggu.


Jika jantung lebih sulit memompa darah ke selnya karena COVID-19, sel jantung bisa rusak dan seseorang berpotensi menderita serangan jantung. Akan makin berat risikonya jika pasien tidak mengetahui memiliki gangguan jantung sebelum terinfeksi Corona.

https://indomovie28.net/rage-2/