Jumlah RW di DKI Jakarta yang termasuk dalam zona rawan penyebaran COVID-19 bertambah menjadi 40 RW. Sejumlah RW ini pun masuk dalam wilayah pengendalian ketat (WPK) penularan virus Corona.
Berdasarkan data dari corona.jakarta.go.id, yang diakses pada Rabu (30/9/2020), Jakarta Pusat menjadi RW yang paling banyak berstatus zona rawan COVID-19, yakni 18 RW. Sementara di Jakarta Selatan 9 RW, Jakarta Timur 5 RW, Jakarta Barat 4 RW, Jakarta Utara 3 RW, dan Kepulauan Seribu 1 RW.
Dari data tersebut juga diketahui, sebanyak 913 RW di DKI Jakarta masih mencatatkan kasus aktif COVID-19, yang tersebar di Jakarta Timur sebanyak 248 RW, Jakarta Barat 237 RW, Jakarta Selatan 170 RW, Jakarta Pusat 139 RW, dan Jakarta Utara 119 RW.
Saat ini total kasus aktif COVID-19 yang di DKI Jakarta sudah sebanyak 12.317 orang. Kasus aktif sendiri artinya adalah orang-orang yang masih dianggap sakit dari total seluruh kasus yang sudah terkonfirmasi.
Pemprov DKI pun melaporkan, ada 25 kelurahan dengan kasus aktif COVID-19 terbanyak di Jakarta. Kebun Jeruk, Jakarta Barat, menjadi kelurahan dengan kasus aktif terbanyak, yakni 207 orang.
Hingga saat ini, total kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta sudah mencapai 74.368 kasus. Sementara total pasien sembuh sebanyak 60.320 orang dan 1.731 lainnya meninggal dunia.
Berikut daftar 25 kelurahan dengan kasus aktif Corona terbanyak di DKI Jakarta pada Rabu (30/9/2020), dikutip dari situs web corona.jakarta.go.id.
Kebon Jeruk (Jakarta Barat): 207 orang
Penggilingan (Jakarta Timur): 113 orang
Cengkareng Timur (Jakarta Barat): 100 orang
Jatinegara (Jakarta Timur): 100 orang
Halim Perdana Kusumah (Jakarta Timur): 94 orang
Penjaringan (Jakarta Utara): 92 orang
Kapuk (Jakarta Barat): 78 orang
Petukangan Utara (Jakarta Selatan): 75 orang
Duren Sawit (Jakarta Timur): 69 orang
Rawa Buaya (Jakarta Barat): 68 orang
Jagakarasa (Jakarta Selatan): 65 orang
Duri Kosambi (Jakarta Barat): 64 orang
Kramat Jati (Jakarta Timur): 64 orang
Ciracas (Jakarta Timur): 63 orang
Palmerah (Jakarta Barat): 63 orang
Serdang (Jakarta Pusat): 63 orang
Lagoa (Jakarta Utara): 61 orang
Cilandak Barat (Jakarta Selatan): 60 orang
Lubang Buaya (Jakarta Timur): 60 orang
Tanjung Priok (Jakarta Utara): 59 orang
Sunter Jaya (Jakarta Utara): 57 orang
Rawasari (Jakarta Pusat): 56 orang
Cengkareng Barat (Jakarta Barat): 55 orang
Pondok Pinang (Jakarta Selatan): 55 orang
Cempaka Putih Barat (Jakarta Pusat): 54 orang
https://indomovie28.net/the-anomaly-2/
Waspadai Hubungan Penyakit Jantung dan Infeksi COVID-19
Terlepas dari fakta bahwa COVID-19 dianggap sebagai penyakit paru, banyak pasien Corona yang dilaporkan mengalami masalah jantung. Tentunya, orang dengan riwayat penyakit jantung akan lebih mungkin mengalami gejala COVID-19 yang lebih buruk. Apa alasannya?
"Selain COVID-19 menyerang paru, dia juga membuat darah mudah kental. Jadi pasien yang sudah punya masalah jantung, terutama masalah jantung koroner, itu akan mengalami keluhan atau manifestasinya sama seperti orang yang kena serangan jantung karena darahnya kental," kata dr Dafsah Arifa Juzar, SpJP(K) dari divisi heartology RS Brawijaya Saharjo, yang ditulis detikcom Rabu (30/9/2020).
Kesehatan jantung dan kaitannya dengan COVID-19 berhubungan dengan adanya kecenderungan pembekuan pembuluh darah pada pasien Corona. Pembekuan darah tersebut akan meningkatkan risiko gangguan jantung, sehingga pada pasien yang sudah memiliki riwayat penyakit tersebut akan lebih rentan mengalami perburukan dan meninggal dunia.
"Mortalitas atau fatalitas pasien COVID-19 itu disertai komorbid lain. Kalau ada penyakit jantung tentu fatal saat kena COVID-19," sebut dr Dafsah.
Sebuah studi yang mengamati lebih dari 72.000 pasien dengan COVID-19 menemukan bahwa sekitar 22 persen pasien yang meninggal memiliki penyakit penyerta kardiovaskular. Studi tersebut juga menemukan bahwa angka kematian di antara pasien dengan penyakit jantung lebih tinggi dibandingkan kondisi kesehatan lainnya.
Dikutip dari Healthline, kondisi tersebut terjadi karena seseorang dengan riwayat penyakit jantung koroner lebih mungkin mengalami komplikasi karena aliran darah ke jantung mereka berkurang dan fungsi pembuluh darah terganggu.
Jika jantung lebih sulit memompa darah ke selnya karena COVID-19, sel jantung bisa rusak dan seseorang berpotensi menderita serangan jantung. Akan makin berat risikonya jika pasien tidak mengetahui memiliki gangguan jantung sebelum terinfeksi Corona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar