Banyak pasangan yang menginginkan sesi bercinta di kamar dengan lampu yang redup. Banyak yang merasa lebih pede saat bercinta di ruangan yang gelap sebab tak ingin 'kekurangannya' dilihat oleh pasangan.
Mulailah keluar dari zona nyamanmu. Bercinta di ruangan yang terang justru bisa bikin momenmu dengan pasangan semakin panas. Mengutip Women's Health, berikut keuntungan dari bercinta dengan lampu yang menyala:
1. Bisa dilakukan kapan saja
Pasangan yang terbiasa mematikan lampu saat bercinta, takkan bisa merasakan serunya memadu kasih di luar kebiasaan. Misalnya, melakukan morning sex atau bercinta di ruangan terbuka.
2. Bisa memamerkan bentuk tubuh
Selain meningkatkan kepercayaan diri, beberapa orang rela menjaga bentuk tubuhnya demi mendapatkan pujian dari sang kekasih. Dengan bercinta di bawah terangnya lampu, kamu bisa memamerkan keindahan bentuk tubuhmu di hadapan pasangan.
3. Lebih terangsang secara visual
Setiap pasangan akan lebih mudah terangsang secara visual ketimbang verbal, terutama bagi para pria. Meski demikian, sentuhan dan stimulasi verbal juga tak kalah penting.
4. Menyaksikan klimaks pasangan secara langsung
Setiap orang pasti ingin menyaksikan momen-momen ketika pasangannya tengah mencapai klimaks saat bercinta. Sebab, hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang karena berhasil memuaskan pasangannya di ranjang.
5. Ajang improvisasi
Bagi pasangan yang suka improvisasi, nyalakan lampu kamar dan letakkan sebuah cermin di depan tempat tidur. Hal ini dapat membuat kamu dan pasangan bisa melihat aksi bercinta versi kalian. Menurut pakar, cara ini dapat memberikan kepuasan lebih bagi keduanya. Kalau berani, rekam saja sekalian asal jangan sampai menyebar.
https://indomovie28.net/bko-bangkok-knockout/
Potongan Tongkat Swab COVID-19 Tertinggal di dalam Paru-paru Wanita Ini
Seorang wanita kembali mengalami cedera saat melakukan tes Corona. Kali ini, bagian dari tongkat usap tes Corona itu tertinggal di paru-parunya.
Awalnya wanita asal Inggris ini yang merupakan pasien laringektomi akan segera dipulangkan dari rumah sakit. Tetapi, ia diharuskan untuk menjalani tes Corona.
Dikutip dari Mirror, karena wanita berusia 51 tahun ini tidak bisa bernapas lewat hidung atau mulut, maka perawat harus mengambil sampelnya dari bagian tenggorokannya. Caranya, ia harus menjalani operasi trakeostomi dengan mengangkat tengkoraknya untuk mengambil sampel tes.
Naasnya, tongkat usap swab tes itu patah selama prosedur dilakukan dan tersangkut di paru-paru. Saat di rontgen, petugas medis tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Dari CT Scan tersebut juga terlihat adanya beberapa pembengkakan di bagian paru-parunya. Untuk melihat potongan tongkat swab itu, dokter harus memasukkan kamera ke dalam organ tubuhnya dan mengeluarkannya dengan tindakan endoskopi.
Kasus yang terjadi di Rumah Sakit Universitas Leicester ini disorot oleh British Medical Journal. Dalam laporan tersebut, penulis mengatakan bahwa saat ini belum ada panduan terkait bagaimana prosedur tes Corona untuk pasien yang tidak bisa diambil sampelnya dari saluran napas bagian atas.
"Kasus di atas menyoroti potensi bahaya saat mengambil mukosa dari tracheostomy. Kekhawatiran ini meningkatkan kemungkinan adanya akan terjadinya kesalahan manusia lainnya saat melakukan prosedur ini," tulis peneliti.