Sabtu, 31 Oktober 2020

BPOM: Izin Darurat Vaksin COVID-19 Bisa Dicabut Jika Terlalu Berisiko

  Hingga saat ini dipastikan belum ada vaksin COVID-19 yang mengantongi izin untuk digunakan. Kelak jika sudah ada emergency use of authorization (EUA) sekalipun, izin bisa dicabut jika dinilai terlalu berisiko.

Ini disampaikan oleh Dra Togi J Hutadjulu, Apt, MHA, Plt Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam konferensi pers, Rabu (29/10/2020).


"Apabila terdapat peningkatan frekuensi efek samping, maka Badan POM dapat melakukan tindak lanjut dengan cara melakukan pengkajian dengan para ahli di bidangnya dan klinisi beserta Komite Nasional KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)," katanya.


Saat ini, tercatat ada 44 kandidat vaksin COVID-19 yang tengah menjalani uji klinis, beberapa ada di tahap akhir yakni fase III. Sebanyak 154 kandidat vaksin lainnya masih dalam tahap uji preklinis.


"Jika ditemukan bahwa risiko menjadi lebih besar daripada manfaatnya, hasil pengkajian tersebut akan ditindaklanjuti dengan memberikan komunikasi risiko dan dapat dilakukan pencabutan EUA," lanjut Togi.

https://indomovie28.net/blackway-2015/


5 Manfaat Daun Seledri untuk Kesehatan, Jangan Lagi Bilang Nggak Enak!


 Jangan musuhi daun seledri. Daun seledri memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

Seledri adalah bagian dari keluarga Apiaceae, sama seperti wortel dan peterseli. Tanaman ini paling seiring dijumpai sebagai campuran sup. Namun ternyata seledri juga punya beragam manfaat lain.


Batang seledri yang renyah dapat dimanfaatkan sebagai camilan rendah kalori. Serat dalam seledri bermanfaat bagi sistem pencernaan dan kardiovaskular. Seledri juga mengandung antioksidan yang mungkin berperan dalam mencegah penyakit.


Nilai Gizi

Seledri mengandung air, tetapi juga menyediakan serat makanan. Satu batang seledri berukuran 4 inci, dengan berat sekitar 4 gram, menyediakan sekitar 0,1 gram serat.


Selain apigenin dan luteolin, seledri mengandung senyawa tanaman lain yang memiliki sifat antioksidan kuat. Berbagai jenis antioksidan membantu mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh molekul tidak stabil yang dikenal sebagai radikal bebas.


Tubuh memproduksi zat ini sebagai produk sampingan dari proses alami, tetapi jika terlalu banyak menumpuk, zat ini bisa berbahaya.


Antioksidan membantu menetralkan radikal bebas dan mencegahnya menyebabkan kerusakan yang dapat menyebabkan perkembangan penyakit.


Sebatang seledri juga mengandung sedikit vitamin K, folat, vitamin A, kalium, dan vitamin C.


Diet

Orang bisa makan seledri mentah atau dimasak. Sayuran mentah biasanya mengandung lebih banyak nutrisi daripada yang dimasak. Mengukus seledri selama 10 menit mungkin tidak mempengaruhi kandungan antioksidan secara signifikan, tetapi merebus seledri dapat mempengaruhi kandungan antioksidannya.


Selain sebagai bumbu masakan, seledri cocok dipadukan dengan mentimun, apel, bayam, dan lemon. Semuanya dapat menghasilkan smoothie yang enak dan menyehatkan.



Berikut manfaat seledri bagi kesehatan dilansir medicalnewstoday, ndtvfood, dan Indianexpress:

1. Mencegah Peradangan dan Kanker

Seledri mengandung senyawa tanaman yang disebut apigenin, yang berperan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sebagai agen anti inflamasi, antibakteri, antivirus, dan antioksidan.


Hal ini mungkin juga memiliki sifat yang membantu memerangi kanker.


Pada 2015, para peneliti meneliti tikus dan menyimpulkan bahwa diet kaya apigenin dan apigenin mengurangi ekspresi protein inflamasi tertentu.


Dengan cara ini, zat ini dapat mengurangi peradangan dan mengembalikan keseimbangan sistem kekebalan.


Seorang penulis mengulas pada tahun 2016 bahwa berdasarkan hasil tes laboratorium telah menunjukkan bahwa apigenin dapat berkontribusi pada apoptosis, sejenis kematian sel terprogram, yang dapat bermanfaar sebagai pengobatan kanker.


Seledri mengandung flavonoid yang disebut luteolin. Penulis artikel yang diterbitkan pada tahun 2009 menyarankan bahwa luteolin mungkin memiliki sifat antikanker yang dapat membantu mencegah penyebaran sel kanker dan menyebabkan kematian sel.


Mereka mengusulkan bahwa luteolin dapat membuat sel kanker lebih rentan terhadap serangan bahan kimia dalam perawatan.

https://indomovie28.net/mr-six-2015/

Sudah 2 Pekan Masih Positif, Benarkah yang Dibilang Ronaldo Soal Tes PCR?

 Didiagnosis virus Corona COVID-19 dan tidak sembuh-sembuh meski sudah isolasi 2 pekan lebih, tentu bikin frustrasi. Sepertinya ini yang dialami bintang Juventus Cristiano Ronaldo yang hingga kini hasil tesnya masih positif.

"PCR IS BULLS...," tulisnya di kolom komentar di Instagram baru-baru ini.


Dalam unggahan tersebut, Ronaldo yang kini berkepala plontos mengungkap kondisinya baik-baik saja. Sejak awal terdiagnosis positif, ia memang tidak bergejala.


Nah, kira-kira apa yang terjadi dengan hasil tes PCR (polymerase chain reaction) Ronaldo sehingga hasilnya masih saja positif setelah 2 pekan menjalani isolasi?


Pada Mei 2020, organisasi kesehatan dunia WHO memperbarui panduannya tentang isolasi pasien COVID-19. Bagi yang bergejala ringan-sedang, tidak ada keharusan untuk mendapat hasil PCR negatif untuk bisa dinyatakan 'sembuh' atau tepatnya selesai isolasi (discharge from isolation).


Untuk pasien bergejala ringan-sedang, isolasi dinyatakan selesai 10 hari setelah onset atau munculnya gejala, plus sedikitnya 3 hari tambahan setelah tak bergejala (termasuk tanpa demam dan keluhan pernapasan).


"Untuk pasien tak bergejala: 10 hari setelah tes positif untuk SARS-CoV-2," demikian bunyi panduan tersebut.


Kenapa demikian? Sebuah riset di Korea Selatan yang melibatkan 285 pasien COVID-19 menunjukkan bahwa hasil positif masih muncul setelah mereka sembuh. Ilmuwan tidak menemukan bukti bahwa pasien tersebut masih 'infectious' atau bisa menularkan virus.


"Apa yang kami temukan terus adalah fragmen virus yang diambil saat swab tersebut beberapa pekan kemudian tidak bereplikasi (menggandakan diri)," kata Dr Ania Wajnberg, ilmuwan dari Icahn School of Medicine at Mount Sinai in New York City.


"Mereka bukan virus hidup," singkatnya, menurut Wajnberg.


Singkatnya, jika pasien sudah bebas gejala dan sudah menjalani isolasi 10-13 hari, maka diyakini sudah tidak menularkan COVID-19 meski belum mendapat hasil PCR negatif.

https://indomovie28.net/driftless-area-2016/


BPOM: Izin Darurat Vaksin COVID-19 Bisa Dicabut Jika Terlalu Berisiko


 Hingga saat ini dipastikan belum ada vaksin COVID-19 yang mengantongi izin untuk digunakan. Kelak jika sudah ada emergency use of authorization (EUA) sekalipun, izin bisa dicabut jika dinilai terlalu berisiko.

Ini disampaikan oleh Dra Togi J Hutadjulu, Apt, MHA, Plt Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam konferensi pers, Rabu (29/10/2020).


"Apabila terdapat peningkatan frekuensi efek samping, maka Badan POM dapat melakukan tindak lanjut dengan cara melakukan pengkajian dengan para ahli di bidangnya dan klinisi beserta Komite Nasional KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)," katanya.


Saat ini, tercatat ada 44 kandidat vaksin COVID-19 yang tengah menjalani uji klinis, beberapa ada di tahap akhir yakni fase III. Sebanyak 154 kandidat vaksin lainnya masih dalam tahap uji preklinis.


"Jika ditemukan bahwa risiko menjadi lebih besar daripada manfaatnya, hasil pengkajian tersebut akan ditindaklanjuti dengan memberikan komunikasi risiko dan dapat dilakukan pencabutan EUA," lanjut Togi.

https://indomovie28.net/hangman-2015/