Rabu, 18 November 2020

WHO Akui Vaksin Corona Pfizer Menjanjikan, Tapi..

 WHO mengakui vaksin Corona Pfizer menjanjikan. Namun, ada tantangan tersendiri dalam pendistribusiannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap vaksin Corona bisa tersedia pada akhir tahun 2020. Dari sejumlah kandidat, vaksin Corona Pfizer menjadi salah satu yang paling menjanjikan.


"Seperti yang sudah kami prediksi, kita akan memiliki vaksin pada akhir tahun ini. Dan Pfizer sangat menjanjikan," ucap Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Reuters.


Meski vaksin Corona Pfizer diklaim efektif mencegah COVID-19 hingga 90 persen, tetapi vaksin ini memiliki tantangan tersendiri dalam pendistribusiannya.


Pasalnya, vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech ini menggunakan teknologi mRNA sintetis, yang di mana vaksin tersebut perlu disimpan pada suhu di bawah -70 derajat celsius agar terjaga efektivitasnya. Disebutkan, suhu ini setara dengan musim dingin di Antartika.


Hal ini akan menjadi kesulitan tersendiri dalam pendistribusiannya, terutama di wilayah Asia dan Afrika. Pasalnya, kedua benua itu memiliki iklim yang hangat, serta jarak yang cukup jauh dari Amerika Serikat, dan mungkin infrastruktur yang diperlukan masih kurang.


"Berita menggembirakan kemarin (Senin) tentang kemungkinan vaksin yang efektif akan tersedia. Namun, persoalan vaksin yang harus selalu disimpan di suhu dingin bagi beberapa negara seperti di Afrika, perlu diperhitungkan," ucap Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika.

https://indomovie28.net/movies/jurassic-park/


Perokok Lebih Berisiko Dirawat karena Penyakit Berat & COVID-19


Kebiasaan merokok menjadi salah satu hal yang sangat berisiko di masa pandemi ini. Junior Doctor Network, dr. Vito Anggarino Damay mengatakan selain mengganggu jantung dan paru-paru, merokok juga dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit termasuk COVID-19. Bahkan, risiko ini juga mengintai para perokok pasif.

"Orang yang merokok lebih berisiko dirawat karena penyakit berat termasuk COVID-19 juga," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (11/11/2020).


Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber acara Dialog Produktif bertema 'Awasi Penyakit Tidak Menular untuk Tetap Produktif dan Aman COVID-19' di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (9/11).


Lebih lanjut dr. Vito menyampaikan tingginya risiko disebabkan oleh kontaminasi virus dan bakteri pada tangan. Pasalnya, saat perokok menyentuh mulut berulang-ulang kali ketika memegang rokok, tangan mereka belum tentu bersih dan bisa jadi terkontaminasi dengan virus.


Ia menambahkan risiko ini juga harus diwaspadai para perokok pasif, yang juga dapat tertular dengan berbagai penyakit menular lainnya.


"Perokok pasif itu paling kasihan, karena kesannya nggak tahu apa-apa. Nggak ngerasain nikmatnya, malah menghirup asap, malah terkena imbasnya," tambahnya.


dr. Vito menjelaskan kandungan pada rokok dan asap yang dihasilkan sangat berpotensi menurunkan kerja sel imun pada tubuh. Dengan demikian, tubuh akan rentan terserang virus dan penyakit.


"Karena asapnya (rokok) ada sel-sel radang yang menyebabkan kemampuan pertahanan tubuh kita berkurang. Makanya mudah terserang COVID-19, ataupun penyakit infeksi lain, karena pertahanan tubuhnya berkurang," paparnya.


Oleh karena itu, di masa pandemi ini ia mengimbau masyarakat mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu, terapkanlah pola hidup sehat dan makan yang bergizi, seperti banyak konsumsi sayur dan buah-buahan.

https://indomovie28.net/movies/sailor-suit-and-machine-gun-graduation/

Kasus Harian COVID-19 di Jabar Lampaui DKI, Efek Libur Panjang?

  Jawa Barat melaporkan kasus baru virus Corona COVID-19 sebanyak 668 kasus pada Rabu (11/11/2020). Jumlah ini melampaui penambahan kasus harian di DKI Jakarta, yakni 587 kasus.

Dengan jumlah tersebut, Jawa Barat menjadi provinsi dengan penambahan kasus Corona tertinggi di Indonesia per hari ini.


Ketua Harian Satgas Penanganan COVID-19 Jawa Barat Daud Achmad mengatakan, penambahan kasus ini berasal dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Namun, hingga kini penyebab tingginya kasus tersebut masih dianalisis.


"Masih dianalisis sama tim, kan tidak mudah menganalisisnya. Itu kan 670 sekian itu dari 27 kabupaten/kota, kita harus lihat kota-kota mana yang ini. Dari situ kita mesti ngetrace sama yang positifnya, dia pergi kemana atau dari mana. Itu kan tidak mudah menganalisisnya," jelas Daud saat dihubungi detikcom, Rabu (11/11/2020).


Meski minggu lalu sempat ada libur panjang cuti bersama, Daud belum bisa memastikan apakah ada hubungannya atau tidak dengan tingginya penambahan kasus Corona di Jawa Barat.


"Belum tentu (efek libur panjang), saya nggak berani ngambil kesimpulan. Kan kita musti lihat dulu yang positifnya di mana? Di keluarga, di buruh, di pesantren, atau di mana kan nanti kalau salah jawab bisa salah kesimpulan," jelasnya.


Selain itu, Daud juga menjelaskan, tingginya penambahan kasus Corona di Jawa Barat belakangan ini berasal dari wilayah Bogor, Depok, Bekasi, dan Bandung.


"Kalau kemarin-kemarin masih seputar BoDeBek kemudian di seputar Bandung itu juga agak meningkat akhir-akhir ini. Jadi masih di sekitaran situ aja, episentrumnya di BoDeBek sama Bandung dan kemungkinan hari ini begitu juga," tuturnya.

https://indomovie28.net/movies/bound-to-vengeance/


WHO Akui Vaksin Corona Pfizer Menjanjikan, Tapi..


 WHO mengakui vaksin Corona Pfizer menjanjikan. Namun, ada tantangan tersendiri dalam pendistribusiannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berharap vaksin Corona bisa tersedia pada akhir tahun 2020. Dari sejumlah kandidat, vaksin Corona Pfizer menjadi salah satu yang paling menjanjikan.


"Seperti yang sudah kami prediksi, kita akan memiliki vaksin pada akhir tahun ini. Dan Pfizer sangat menjanjikan," ucap Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Reuters.


Meski vaksin Corona Pfizer diklaim efektif mencegah COVID-19 hingga 90 persen, tetapi vaksin ini memiliki tantangan tersendiri dalam pendistribusiannya.


Pasalnya, vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech ini menggunakan teknologi mRNA sintetis, yang di mana vaksin tersebut perlu disimpan pada suhu di bawah -70 derajat celsius agar terjaga efektivitasnya. Disebutkan, suhu ini setara dengan musim dingin di Antartika.


Hal ini akan menjadi kesulitan tersendiri dalam pendistribusiannya, terutama di wilayah Asia dan Afrika. Pasalnya, kedua benua itu memiliki iklim yang hangat, serta jarak yang cukup jauh dari Amerika Serikat, dan mungkin infrastruktur yang diperlukan masih kurang.


"Berita menggembirakan kemarin (Senin) tentang kemungkinan vaksin yang efektif akan tersedia. Namun, persoalan vaksin yang harus selalu disimpan di suhu dingin bagi beberapa negara seperti di Afrika, perlu diperhitungkan," ucap Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika.

https://indomovie28.net/movies/the-target/