Belum lama ini Nikita Mirzani sempat berujar soal Habib. Sang artis mengatakan bahwa habib adalah tukang obat. Perihal tersebut, Nikita Mirzani diserang dua pemuka agama. Dia dinilai telah menghina arti dari habib.
Nikita Mirzani akhirnya membuktikan ucapannya tersebut soal Habib tukang obat. Di Instagram, ia mengunggah sebuah tangkapan layar 'Toko Obat Habib' yang berlokasi di Sukorejo, Kediri, Jawa Timur. Penelusuran detikcom, 'Toko Obat Habib' ditemukan juga di Malang, milik Habib Abdul Kadir.
Dalam caption yang menyertai unggahan tersebut, Nikita Mirzani ingin menunjukkan kebenaran dari ucapannya yang sempat menyebut bahwa habib tukang obat. Ia juga mengajak netizen untuk membeli obat di sana.
Alhasil, perbincangan tentang toko obat habib viral di mana-mana. Ngomong-ngomong, apa sih perbedaan toko obat dengan apotek? Kan sama-sama jual obat?
Dijelaskan oleh Sekjen Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI), Noffendri, S.Si, Apt, perbedaan antara toko obat dengan apotek bisa dilihat dari dua sisi. Yang pertama dari ketenagaan, yang kedua dari sisi produk.
"Yang pertama dari sisi ketenagaan, kalau apotek itu adalah tempat praktiknya apoteker, dikhususkan untuk pendidikan S1 lulusan apoteker. Kalau toko obat itu, yang praktik di situ tenaga teknis farmasian, yang lulus D3 farmasi," jelas Noffendri, saat dihubungi detikcom, Rabu (18/11/2020).
Berbeda dengan toko obat, dijelaskan oleh Noffendri, apotek merupakan tempat untuk menjual segala jenis obat-obatan termasuk narkotika dan psikotropika. Sedangkan, toko obat hanya bisa melayani obat-obatan tertentu, terutama yang tidak membutuhkan resep dokter.
"Dari sisi produk, kalau toko obat itu produk yang dilayanankan terbatas hanya produk obat yang logo hijau sama biru. Hijau obat bebas, logo biru bebas terbatas," tambah Noffendri.
"Kalau apotek, semuanya. Dari obat bebas dari narkotika sampai psikotropika, mereka berhak melayani. Dua itu sih poin penting perbedaanya," pungkasnya.
https://indomovie28.net/movies/delusion/
10 Gejala COVID-19 Terbaru yang Kerap Tak Disadari
Saat seseorang terinfeksi virus COVID-19, biasanya akan muncul beberapa gejala COVID-19 ringan, seperti batuk, demam, hingga kelelahan. Namun, ada juga yang tidak merasakan gejala COVID-19 sama sekali yaitu asimptomatik.
Gejala COVID-19 ringan yang dialami pasien kerap diabaikan karena tidak menunjukkan sakit apapun. Namun, ada beberapa gejala COVID-19 baru yang sulit dikenali karena sering dikeluhkan sehari-hari.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut 10 gejala COVID-19 baru yang perlu diwaspadai.
1. Sakit perut
Gejala COVID-19 ini sering dialami oleh pasien di samping 3 gejala utama, yaitu demam, batuk, dan kelelahan. Studi menyebutkan, masalah di perut akibat infeksi COVID-19 dapat menyebabkan diare dan muntah-muntah.
2. Infeksi mata
Menurut laporan American Academy of Ophthalmology, ada sekitar 1 hingga 3 persen mengalami kondisi ini yang berkaitan dengan gejala COVID-19 baru. Salah satunya kondisi mata merah pada pasien COVID-19.
Namun, tidak perlu panik karena bisa saja ada faktor lain yang menyebabkan mata merah, tidak berarti terjangkit virus Corona COVID-19.
3. Kabut otak
Gejala COVID-19 ini terbilang baru karena jarang dialami sebagai gejala awal oleh pasien. Biasanya, kabut otak ditandai sebagai gejala berkepanjangan atau 'Long COVID'.
Salah satu pasien COVID-19 bernama Thea Jourdan mengungkapkan, awalnya ia merasakan hal aneh di tenggorokannya dan mengeluh sakit kepala. Selain itu, ia merasa lelah namun tidak mengalami batuk dan demam.
"Mereka yang mengalami ini akan dihadapkan pada ketidakmampuan 'melumpuhkan' untuk berpikir jernih," Dr Hilary Jones.
4. Ensefalopati
Gejala COVID-19 baru ini menjadi perhatian para peneliti karena merupakan penyakit otak yang menyebar, mengubah fungsi, serta struktur otak. Hal ini berkaitan dengan penyakit kabut otak yang dikeluhkan oleh pasien dan bisa menyebabkan kelumpuhan pada kinerja otak serta hilangnya kesadaran secara progresif.
"'Brain fog' kabut otak sepertinya deskripsi yang inferior tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ini benar-benar melumpuhkan. Saya tidak dapat berpikir cukup jernih untuk (melakukan) apa pun," kata Mirabai Nicholson-McKellar yang berusia 36 tahun dari Byron Bay, berbicara kepada The Guardian.