Selasa, 24 November 2020

CDC Catat Kasus Baru, Ini Gejala Virus Chapare Mematikan-Menular Antarmanusia

 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) baru-baru ini melaporkan kasus baru virus Chapare. Virus Chapare ini juga disebut CDC bisa menular antarmanusia dan sama bahayanya seperti demam berdarah dengue yang disebabkan Ebola.

"Hingga saat ini, hanya ada satu kasus baru virus Chapare yang dikonfirmasi, penyakit mirip Ebola yang sebelumnya muncul di pedesaan provinsi Chapare di Bolivia pada tahun 2004 dan kemudian menghilang," sebut CDC dalam pernyataan barunya Senin, pekan ini.


Mengapa disebut mematikan?

Ciri-ciri penyakit dari virus yang disebut berasal dari hewan pengerat ini sama seperti demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan Ebola. Pasalnya, dari laporan kasus di tahun lalu, ada 3 orang yang meninggal dari 5 orang yang terinfeksi virus Chapare.


"Tiga dari lima pasien yang dikonfirmasi dari wabah 2019 adalah petugas kesehatan, tertular saat menangani pasien yang terinfeksi virus Chapare," menurut pernyataan CDC yang dimuat beberapa hari lalu.


Chapare mammarenavirus adalah anggota dari keluarga virus Arenaviridae dan menyebabkan demam berdarah, disebut demam hemoragik Chapare. Arenavirus biasanya menyebar ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan pengerat yang terinfeksi atau melalui kontak tidak langsung seperti melalui urine atau feses (kotoran) hewan pengerat yang terinfeksi.


Apa saja gejala virus Chapare?

Menurut CDC, berkembangnya gejala dari mulai terinfeksi virus Chapare beragam, mulai dari 4 hingga 21 hari. Ada beberapa gejala virus Chapare yang dilaporkan seperti berikut.


Demam


Sakit kepala


Nyeri sendi dan otot


Sakit di belakang mata


Sakit perut


Muntah


Diare


Gusi berdarah


Ruam


Lekas marah


Meski begitu CDC menyebut virus Chapare kecil kemungkinan menjadi pandemi. Hal ini disebabkan penularan virus Chapare antarmanusia terjadi melalui cairan tubuh, jarang menyebar seperti influenza atau COVID-19.


"Demam berdarah seperti Ebola jarang menyebar seluas penyakit pernapasan seperti flu atau COVID-19," kata Colin Carlson, peneliti Universitas Georgetown yang mempelajari penyakit zoonosis, kepada Live Science.

https://tendabiru21.net/movies/big-fish/


Buta Gegara Radiasi Gadget Saat Belajar Online? Dokter Mata: Hoax!


Heboh di media sosial seorang anak diduga buta akibat paparan radiasi saat menggunakan handphone ketika belajar online. Benarkah radiasi dari gadget bisa menyebabkan kebutaan?

dr Ferdiriva Hamzah, SpM (K) dari Rumah Sakit Mata JEC menegaskan radiasi dari gadget maupun komputer sama sekali tidak berbahaya bagi mata. Menurutnya, tidak benar jika radiasi disebut-sebut bisa menyebabkan kebutaan.


"Radiasi yang dihasilkan oleh komputer tidak menyebabkan kebutaan. Radiasi yang dihasilkan oleh gadget juga tidak merusak mata," tegas dr Ferdiriva saat dihubungi detikcom, Sabtu (21/11/2020).


Maka dari itu, menurutnya, aman-aman saja jika anak menjalani pembelajaran secara daring melalui gadget maupun komputer. Ia berpesan kepada para orangtua untuk intens mengecek kondisi kesehatan mata anak, terlebih apakah anak memiliki minus.


"Nggak perlu juga pakai kacamata radiasi, yang membuat capek itu adalah waktunya, terlalu lama di depan layar gadget atau komputer membuat mata lelah," jelasnya.


Kala menggunakan gadget maupun komputer, dr Ferdiriva menyarankan untuk mengambil jeda atau waktu istirahat selama kurang lebih 15 menit. Rutin dilakukan setelah 2 jam berada di depan gadget.


"Setiap 2 jam, istirahat 15 menit," pesan dr Ferdiriva.


Lebih lanjut, menurutnya, bukan radiasi yang membahayakan anak saat belajar online melalui gadget, tetapi seberapa dekat jarak anak dengan layar gadget dan berapa lama waktu yang dihabiskan di depan layar gadget mereka.


Berikut cara aman menggunakan gadget agar mata tidak rusak atau lelah.


- Beri waktu istirahat pada mata saat menggunakan gadget


- Pastikan layar gadget handphone atau komputer tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap


- Setiap 20 menit di depan layar gadget, istirahatkan mata selama 20 detik dengan mengalihkan pandangan dari layar objek yang berjarak minimal 20 kaki atau enam meter dari tempat menatap layar gadget.

https://tendabiru21.net/movies/uma-light-of-himalaya/

Ricky Yacobi Tutup Usia Saat Olahraga, Ini Fakta-fakta Serangan Jantung

 Pesepakbola legendaris Ricky Yacobi meninggal dunia saat berolahraga. Ricky diduga mengalami serangan jantung saat bermain sepakbola di ajang silaturahmi dengan tajuk Trofeo Medan Selection di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta Pusat.

Ricky, pria berusia 57 tahun yang meninggal pada Sabtu (21/11/2020) ini sempat mencetak gol sebelum akhirnya tak sadarkan diri dan terjatuh. Sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi sayang Ricky tak tertolong.


Selain Ricky, tidak sedikit yang meninggal dunia usai mengalami serangan jantung. Pemicu serangan jantung kerap tak banyak disadari sehingga setiap orang tak sadar memiliki risiko terkena serangan jantung.

https://tendabiru21.net/movies/himalaya-ladder-to-paradise/


Dikutip detikcom dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta terkait serangan jantung.


1. Serangan jantung bisa memicu henti jantung

Serangan jantung terjadi saat aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung tiba-tiba tersumbat. Jika tak segera diatasi, pasien bisa mengalami serangan jantung mendadak hingga bisa berakibat henti jantung.


"Serangan jantung bisa berakibat henti jantung. Henti jantung ketika terjadi sumbatan mendadak pada pembuluh darah koroner yang seharusnya memberi makan otot jantung agar kuat memompa jantung," jelas dokter spesialis jantung, dr Vito Anggarino Damay kepada detikcom Sabtu (21/11/2020).


2. Gejala serangan jantung

Gejala serangan jantung meliputi nyeri dada, sesak napas, dan rasa sakit yang menyebar ke leher punggung. Selain itu, wajah bisa terlihat tampak abu-abu akibat kekurangan oksigen, diikuti dengan pusing, mual, hingga muntah.


Ada beberapa gejala serangan jantung yang bisa terjadi. Di antaranya adalah nyeri dada, sesak napas, rasa sakit yang menyebar ke leher hingga punggung, wajah tampak terlihat abu-abu karena kurang oksigen, pusing, mual, dan muntah.


3. Serangan jantung sering terjadi di waktu pagi

Serangan jantung lebih banyak dilaporkan terjadi pagi hari. Mulai dari pukul 6 pagi hingga 12 siang.


4. Kebiasaan yang memicu risiko serangan jantung

Tanpa disadari, banyak aktivitas atau kebiasaan sehari-hari yang bisa memicu serangan jantung. Beberapa di antaranya termasuk kurang tidur.


Kurang tidur dari enam jam sehari dua kali berisiko terkena serangan jantung. Hal ini diduga karena kurang tidur bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah yang berujung pada peradangan yang tak baik untuk jantung.


- Aktivitas fisik terlalu intens

- Terlalu emosi

- Makan berlebihan

- Udara dingin

- Minum alkohol berlebihan


5. Bisa menyerang usia muda

Masalah jantung biasanya sering dialami usia lanjut tetapi semakin banyak orang yang berusia muda di bawah 35 tahun juga terkena serangan jantung. Ada beragam penyebab yang bermacam-macam, paling banyak disebabkan oleh gaya hidup dan masalah keabnormalan jantung.


Dikutip dari Everyday Health, serangan jantung pada usia muda biasanya diakibatkan henti jantung mendadak atau Sudden Cardiac Arrest (SCA). SCA biasanya disebabkan kelainan struktur jantung yang tidak terdeteksi.

https://tendabiru21.net/movies/sex-is-zero-2/