Kamis, 26 November 2020

Corona RI Tembus Setengah Juta, Gelombang Pertama Masih Belum Selesai

 Saat beberapa negara kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19 dan menghadapi gelombang kedua hingga ketiga, Indonesia disebut masih belum usai mengatasi gelombang pertama Corona.

Sudah 9 bulan berlalu hingga kasus COVID-19 per Senin (23/11/2020) menembus setengah juta kasus, yaitu sebanyak 502.110 kasus positif akumulatif di Indonesia. Penambahan kasus harian terbanyak ada di 13 November dengan 5.444 kasus.


Pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman bahkan menyebut kasus Corona Indonesia masih jauh dari puncaknya. Strategi 3T (testing, tracing, treatment) salah satunya testing, disebut Dicky sejauh ini masih belum memadai.


Pasalnya, Dicky menyebut angka positivity rate Indonesia tak pernah menyentuh di bawah 10 persen. Hal ini menandakan laju penularan Corona di masyarakat sangat tinggi dan banyak kasus COVID-19 yang belum mampu ter-tracing atau terlacak.


"Berarti banyak orang yang terinfeksi namun tidak terdeteksi, namun tidak ditemukan orang-orang itu, berbahaya sekali sehingga ketika ada wacana pelonggaran-pelonggaran, keramaian-keramaian iya itu akan membuat gelombang kita ini makin tinggi," jelas Dicky saat dihubungi detikcom Senin (23/11/2020).


Dicky khawatir jika pengendalian kasus COVID-19 tak kunjung memadai, akan terjadi lonjakan kasus di tahun mendatang. Menurutnya, kasus COVID-19 yang belum teratasi juga akan berdampak pada vaksinasi.


"Namanya vaksinasi itu ada rumusnya untuk mencapai keberhasilannya, salah satunya adalah melandaikan kurva," tegas Dicky.


Dicky menyebut angka kasus COVID-19 di Indonesia sebetulnya sudah tiga kali lipat dari yang dilaporkan. Catatan ini merujuk pada hasil pemodelan epidemiologi.


"Harus diingat bahwa angka 500 ribu itu bukan yang sesungguhnya, saya sudah bilang bahwa angkanya bisa 3 kali lipat kok, 3 kali lipat dari 500 ribu ini, dan itu sesuai pemodelan epidemologi," ungkapnya.


"Di mana kasus harian (COVID-19) kita itu 10 ribu paling rendah estimasi hariannya. Artinya, angka 5 ribuan yang dilaporkan, ditemukan, itu masih setengah lebih rendah dari estimasi terendah, ini memang umum terjadi pada negara-negata yang kapasitas testingnya itu masih rendah," lanjutnya.


Menurut Dicky, setidaknya jika kurva Corona ingin dilandaikan, Indonesia harus mempu meningkatkan testing COVID-19. Minimalnya, per hari mampu mencatat 10 ribu kasus Corona.

https://kamumovie28.com/movies/pariban-idola-dari-tanah-jawa/


5 Olahraga yang Cepat Menurunkan Berat Badan


Memiliki berat badan yang ideal merupakan impian banyak orang. Tidak heran banyak metode diet tersedia untuk menurunkan berat badan. Selain pola diet, rutin berolahraga juga harus dilakukan untuk mencapai berat badan ideal. Terdapat beberapa jenis olahraga yang cepat menurunkan berat badan untuk mencapai berat badan yang ideal.

Rutin berolahraga dapat menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh. Selain itu olahraga terbukti dapat membakar kalori untuk mencapai berat badan yang ideal. Banyak orang yang mencari jenis olahraga yang cepat menurunkan berat badan. Memilih jenis olahraga yang tepat akan memudahkan proses penurunan berat badan.


Jogging, lari dan latihan interval (HIIT) dapat menjadi pilihan olahraga untuk menurunkan berat badan dengan cepat. Jika rutin melakukan jenis olahraga tersebut, maka berat badan ideal akan lebih mudah didapatkan.


Dikutip dari Healthline, berikut jenis olahraga yang cepat menurunkan berat badan.


1. Jogging dan lari

Jogging dan lari adalah latihan yang bagus untuk membantu turunkan berat badan. Meskipun tampak serupa, perbedaan utamanya adalah kecepatan jogging umumnya antara 6,4-9,7 km / jam, sedangkan lari memiliki kecepatan lebih cepat yaitu 9,7 km / jam.


Harvard Health memperkirakan seseorang dengan berat 70 kg mampu membakar sekitar 298 kalori per 30 menit jogging dengan kecepatan jogging 8 km / jam. Sementara itu, seseorang dengan berat badan yang sama mampu membakar 372 kalori per 30 menit, saat berlari dengan kecepatan 9,7 km / jam.


Untuk memulai, targetkan joging atau lari selama 20-30 menit 3-4 kali per minggu. Jika Anda merasa jogging atau lari di luar ruangan terasa berat, cobalah berlari di permukaan yang lebih lembut seperti rumput. Selain itu, kini banyak treadmill memiliki dengan bantalan empuk yang tidak terlalu menyakiti persendian.

https://kamumovie28.com/movies/suddenly-become-rich/

Libur Akhir Tahun Dikurangi, COVID-19 Terkendali? Tak Segampang Itu

 Menjelang akhir tahun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta libur panjang akhir tahun dipotong. Belajar dari pengalaman sebelumnya, klaster baru COVID-19 sering muncul usai libur panjang seperti pasca lebaran dan Hari Kemerdekaan RI.

"Yang berkaitan dengan masalah libur cuti bersama akhir tahun, termasuk libur pengganti cuti bersama hari raya Idul Fitri, Bapak Presiden memberikan arahan supaya ada pengurangan," kata Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (23/11/2020).


Penyebab klaster baru COVID-19 sering muncul di libur panjang

Menurut Kepala Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, hal ini dipengaruhi adanya kerumunan. Miko mengatakan risiko kerumunan yang muncul inilah yang perlu disoroti.


"Jadi yang diwanti-wanti adalah kerumunannya, kalau kemudian liburan sama-sama ke tempat wisata atau sama-sama kemudian beli oleh-oleh akan terjadi kerumunan," sebutnya saat dihubungi detikcom Senin (23/11/2020).

https://kamumovie28.com/movies/gundala-the-son-of-lightning/


Miko mengatakan menyetujui adanya pengurangan libur panjang akhir tahun ini. Tetapi agar lebih efektif, menurutnya perlu kesadaran warganya untuk mematuhi protokol kesehatan yang ada.


"Waktu di awal-awal PSBB saja yang mematuhi protokol 60 persen, itu kasusnya masih terus naik," jelasnya.


Seberapa besar dampak yang terlihat jika libur akhir tahun dipotong? Klik halaman berikut.


Seberapa besar dampak yang terlihat jika libur akhir tahun dipotong?

Ahli epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut libur yang lebih pendek memang berpengaruh pada risiko persebaran COVID-19. Namun ia mengingatkan masih ada risiko lain.


"Jika liburan ini dipotong memang ada dampaknya, tapi itu tidak terlalu signifikan kalau lainnya (kegiatan) seperti pilkada itu diperbolehkan juga," jawab ahli epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman pada detikcom, Senin (23/11/2020).


Dicky menegaskan adanya klaster baru COVID-19 ini bukan hanya karena libur panjang. Ada dua faktor yang mempengaruhinya yakni pergerakan dan interaksi manusia.


"Tidak hanya libur panjang, mau akhir tahun, pasca lebaran, atau pasca hari kemerdekaan dulu. Itu semua akan berdampak karena ada pergerakan manusia, ada interaksi manusia, yang 2 hal ini menjadi faktor yang bisa memperparah," kata Dicky saat dihubungi detikcom, Senin (23/11/2020).


Bukan hanya libur panjang akhir tahun yang perlu dikhawatirkan

Dicky juga mengatakan bahwa imbauan yang usulkan presiden terkait pengurangan libur akhir tahun adalah keputusan yang benar. Tapi, di bulan Desember ini masih ada kegiatan yang bisa memicu klaster COVID-19, di antaranya kegiatan saat natal dan pilkada.


"Jadi imbauan dari presiden ini benar. Tapi mohon juga beliau harus mengetahui bahwa tidak hanya libur panjang. Di Desember itu potensi yang melibatkan mobilitas dan interaksi manusia itu ada pilkada, natal (kegiatannya), libur panjang akhir tahunnya, bisa jadi ada reuni atau demo. Itu semua sama, tidak bisa dibedakan," jelas Dicky.


"Dan harus dipahami bahwa pengendalian pandemi kita ini belum begitu baik, sehingga segala bentuk yang melibatkan mobilitas massa ini tidak bisa dibenarkan atau masuk ke kategori aman," imbuhnya.

https://kamumovie28.com/movies/malamjumat-the-movie/