Vaksin Corona sudah sampai di Indonesia. Ada 1,2 juta vaksin COVID-19 buatan Sinovac yang tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu (6/12/2020).
Usai sampai, vaksin Corona di Indonesia langsung dibawa ke Kantor Pusat Bio Farma di Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya pemerintah sudah menetapkan enam vaksin COVID-19 yang ditetapkan untuk dipakai di Indonesia, salah satunya yang dikembangkan Sinovac.
Kapan Indonesia akan mulai vaksinasi?
Head of Corporate Communication Bio Farma Iwan Setiawan menyebut jika vaksin COVID-19 sudah mendapatkan izin edar untuk pemakaian, maka vaksinasi diperkirakan akan dilakukan pada bulan Februari 2021 mendatang.
"Karena yang sudah kita terima ini adalah vaksin jadi, begitu kita terima bahwa ini sudah bisa dilakukan atau sudah bisa mendapatkan izin edar untuk pemakaian, tentunya ini sudah bisa langsung," katanya dalam konferensi pers Bio Farma, Selasa (8/12/2020).
"Kalau perkiraan saya di bulan Februari itu sudah bisa dilakukan, kemungkinan ini akhir Januari kita akan mendapatkan izin EUA (Emergency Use Authorization)," tambahnya.
Berasal dari mana vaksin Corona pertama yang tiba di Indonesia?
Vaksin Corona pertama di Indonesia merupakan buatan Sinovac Biotech. Perusahaan Sinovac BioTech adalah farmasi China yang mengembangkan vaksin COVID-19 mereka bernama CoronaVac.
Selama dua dekade terakhir, Sinovac telah mengembangkan dan menjual enam vaksin yang digunakan manusia dan satu vaksin hewan. Di antaranya adalah vaksin hepatitis A dan B, influenza H5N1 (flu burung), influenza H1N1 (flu babi), vaksin gondok, dan vaksin rabies anjing.
Sinovac juga telah mencapai banyak tonggak pengembangan signifikan termasuk mengembangkan vaksin H1N1 pertama di dunia pada 2009.
https://kamumovie28.com/movies/three-ladies-2/
4 Kali Tes Baru Ketahuan Positif, Wanita Ini Keluhkan Tes COVID-19 Tak Akurat
Seorang wanita asal Oklahoma, Amerika Serikat, dipastikan positif COVID-19 setelah menjalani tes Corona sebanyak sebanyak 4 kali. Dari empat tes itu, ia mendapatkan hasil tiga kali negatif, dan satu positif dites Corona terakhir.
Berdasarkan pengalamannya tersebut, wanita bernama Lesley Shollmier itu memperingatkan orang-orang tentang hasil pengujian yang bisa saja tidak akurat. Terutama jika merasakan adanya gejala-gejala COVID-19.
"Jangan percaya tes COVID-19 dengan hasil yang negatif. Kalau ada gejalanya, terutama hilangnya kemampuan indra penciuman, harus tetap berada di rumah," katanya yang dikutip dari laman WTOC, Selasa (8/12/2020).
Alami gejala mirip flu dan semakin memburuk
Pada 23 November 2020 lalu, Shollmier merasakan gejala-gejala seperti flu. Mengetahui keadaannya itu, ia memutuskan untuk melakukan tes cepat Corona di ruang gawat darurat, dan mendapatkan hasil negatif.
Namun, sehari setelah Thanksgiving, gejala yang dialaminya semakin memburuk. Ia kehilangan kemampuan indra penciuman dan perasanya.
"Saya langsung tahu bahwa ini COVID-19. Saya hanya tahu bahwa itu adalah salah satu gejala khas. Meski kedengarannya aneh, saya beruntung memiliki gejala itu, sehingga saya tahu pasti bahwa saya melakukan hal yang benar," jelas Shollmier.
Setelah mengalami gejala tersebut, ia mulai mengkarantina semua orang, termasuk suaminya dan juga melakukan dua tes Corona PCR tambahan yang dianggap lebih akurat daripada tes cepat. Tetapi, hasil keduanya tetap negatif.
Melakukan tes Corona keempat kalinya
Melihat itu, Shollmier tetap percaya pada hatinya bahwa dirinya terinfeksi COVID-19. Akhirnya ia menghubungi dokternya lagi untuk melakukan tes Corona keempat.
"Aku cukup ngotot, karena saya tahu dalam naluri saya bahwa saya memilikinya (COVID-19)," lanjutnya