Daftar 50 orang terkaya Indonesia tahun 2020 telah dirilis Forbes. Daftar itu mencakup pebisnis dari beragam sektor, salah satunya hasil tembakau atau rokok.
Dilansir dari Forbes, Minggu (13/12/2020), urutan pertama dalam daftar tersebut masih diduduki oleh Budi Hartono dan Michael Hartono, kakak-beradik yang mengantongi kekayaan sebesar US$ 38,8 miliar atau setara Rp 547,8 triliun (kurs Rp 14.100). Keduanya telah mempertahankan posisi pertama sebagai orang terkaya Indonesia selama bertahun-tahun.
Kedua, Presiden Direktur PT Gudang Garam Tbk Susilo Wonowidjojo. Ia adalah putra dari mendiang pendiri PT Gudang Garam Tbk, Tjoa Jien Hwie alias Surya Wonowidjojo yang meninggal sejak tahun 1985.
Berdasarkan catatan Forbes, kekayaannya mencapai US$ 5,3 miliar atau setara Rp 74,73 triliun, dan menduduki urutan ke-6 dalam daftar tersebut.
Pada akhir Oktober lalu, Susilo mendapatkan kabar duka di mana Ibundanya Tan Siok Tjien tutup usia. Wanita itu telah berperan sebagai pengendali Gudang Garam Tbk.
Ketiga, Putera Sampoerna yang merupakan cucu dari pendiri PT HM Sampoerna tbk, Liem Seeng Tee. Ia mengantongi kekayaan sebesar US$ 1,8 miliar atau setara Rp 25,40 triliun.
Putera telah berperan sebagai pemimpin perusahaan pembuat rokok itu selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2005, Putera menjual seluruh saham keluarga dari HM Sampoerna ke Phillip Morris seharga U$ 2 miliar. Kini, keluarganya fokus pada perusahaan Sampoerna Strategic yang fokus pada bisnis agrikultur, keuangan, telekomunikasi, dan timber atau produk kayu.
Mau tahu daftar 10 orang terkaya Indonesia? klik berita di bawah ini
https://indomovie28.net/movies/young-sister-in-law-4/
Selama Pandemi, Uang Saku Mahasiswa Paling Banyak Dipakai Beli Kuota
Banyak hal berubah selama pandemi Corona, tak terkecuali pola konsumsi uang saku para mahasiswa. Jika biasanya pengeluaran didominasi biaya sewa kos dan kebutuhan sehari-hari kini justru berubah.
Berdasarkan survei dari Lifepal, dilansir pada Sabtu (12/12/2020), pos pengeluaran terbesar mahasiswa selama pandemi adalah untuk membeli pulsa dan kuota internet. Hal ini seiring dengan meluasnya sistem pembelajaran online tanpa tatap muka demi menghindari penyebaran COVID-19.
Pengeluaran untuk kuota internet menduduki angka paling tinggi sebesar 44,8%, diikuti pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan minuman sehari-hari dengan besaran 15,6%. Kemudian, uang saku juga habis untuk membeli pakaian dan aksesoris sebanyak 10,2%.
Pengeluaran bulanan berupa sewa hunian (kos, apartemen, dan rumah) merupakan pengeluaran terbesar sebelum pandemi COVID-19 muncul. Namun di masa pandemi, pengeluaran makan dan minum justru menempati posisi kedua terbesar setelah pulsa dan kuota internet.
"Fenomena ini mengindikasikan banyak mahasiswa yang akhirnya memilih pulang ke rumah orang tuanya saja," tulis laporan survei Lifepal.
Adapun pengeluaran mahasiswa dalam survei ini meliputi pulsa, biaya makanan dan minuman, transportasi, sewa hunian, traveling, belanja pakaian, belanja barang hobi, hangout, olahraga, dan pengeluaran lainnya.
Survei dilakukan LifePal dengan metode random sampling terhadap 443 responden yang merupakan mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia. Survei berlangsung pada 6 Oktober hingga 4 Desember 2020.
Perbandingan jumlah responden dalam survei ini adalah, 144 responden pria dan 299 responden wanita.
Lalu berapa banyak uang saku yang diterima mahasiswa saat pandemi, apakah jumlahnya berkurang?
Soal besaran, sebagian besar mahasiswa atau mencapai 59% dari total responden mengaku menerima uang saku sebesar Rp 1 hingga 3 juta per bulan. Sementara itu 29,4% lainnya menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.
Di masa pandemi, jumlah responden yang menerima uang saku Rp 1 hingga 3 juta per bulan menurun jadi 17,6%. Sementara itu 71% responden atau sebagian besarnya yang mengaku menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.
Sementara itu mayoritas mahasiswa di Indonesia memilih menyimpan uang sakunya apabila jumlahnya berlebih dalam rekening bank dibanding melakukan investasi di berbagai portofolio. Totalnya, ada 65,2% mahasiswa di Indonesia memilih untuk menyimpan uang sakunya yang berlebih di bank.