Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewajibkan setiap orang yang keluar-masuk wilayah Jakarta untuk melampirkan hasil rapid tes antigen. Kebijakan ini berlaku mulai 18 Desember 2020 hingga 6 Januari 2021.
Kebijakan ini berlaku untuk semua angkutan umum baik udara, laut, maupun darat.
Selain DKI Jakarta, Bali juga menerapkan kebijakan yang sama. Wisatawan yang ingin mengunjungi Pulau Dewata harus menyertakan hasil tes antigen atau PCR.
Pemerintah memang belum menetapkan tarif batas atas tes antigen. Beberapa rumah sakit mematok harga tes ini di kisaran Rp 200 ribu-600 ribu.
Berdasarkan survei detikcom, Kamis (18/12/2020), berikut daftar beberapa rumah sakit di daerah Jabodetabek yang menyediakan layanan rapid antigen.
1. Klinik KASIH, Jakarta Selatan
Harga: Rp 150.000
Hasil tes: 15-20 menit
Jadwal tes:
Senin-Jumat 09.00-16.00
Sabtu 09.00-13.00
2. Siloam Hospitals (Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang)
Harga: Rp 499.000
Hasil tes: 15 menit
Jadwal tes: Setiap hari 24 jam
3. Laboratorium Klinik Kimia Farma Jakarta
Harga: Rp 250.000
Jadwal tes: Senin-Minggu 10.00-16.00
4. Rumah Sakit Universitas Indonesia (Depok)
Harga: Rp 375.000
Hasil tes: Maksimal 3 jam setelah pemeriksaan
Jadwal tes: Senin-Jumat 08.00-16.00
Sabtu 08.00-12.00
5. RS OMNI (Pulomas, Cikarang, Alam Sutera)
Harga: Rp 575.000
Hasil tes: 1-2 hari kerja
Jadwal tes: Senin-Jumat 14.00-15.00
6. Klinik RMC (Raditya Medical Center), Depok
Harga: Rp 399.000
Hasil tes: 30 menit
Jadwal tes: Senin-Jumat 10.00-14.00 (kecuali Selasa)
7. Klinik Pratama Merial Health (Cawang, Jakarta Timur)
Harga: Rp 450.000
Hasil tes: 15-30 menit
Jadwal tes: Senin-Sabtu 09.00-17.00
https://kamumovie28.com/movies/jailangkung-2/
Mengkhawatirkan, Ahli Sebut Gejala Long Covid Bisa Bertahan Hingga Setahun
Gejala COVID-19 yang diketahui umumnya terdiri dari batuk, demam, anosmia, dan lain sebagainya. Tetapi, ternyata beberapa pasien mengaku mengalami gejala jangka panjang selama beberapa bulan pasca terinfeksi.
Kondisi ini biasanya dikenal dengan sebutan long Covid. Mereka yang bergejala jangka panjang ini bisa mengalaminya hingga 1 tahun lamanya dan cukup membingungkan para dokter.
Namun, kondisi ini semakin banyak dialami oleh banyak pasien COVID-19 setelah mereka terinfeksi. Kondisi ini terus berlanjut selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Kondisi ini biasanya dialami orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang yang memang memiliki riwayat kesehatan yang cukup berisiko. Tetapi, kini orang-orang muda juga cukup berisiko, karena para peneliti menemukan adanya kondisi genetik yang mempengaruhi fungsi interferon tanpa menyadarinya.
Untuk mengetahuinya, Dr Claire Steves dan Prof Tim Spector dari King's College London meneliti lamanya seseorang bisa mengalami gejala COVID-19. Kondisi ini dilihat berdasarkan beberapa faktor, seperti usia yang mungkin mengembangkan COVID-19 yang berkepanjangan.
Studi ini berfokus pada 4.182 pengguna aplikasi COVID Symptom Study yang memang secara konsisten mencatat riwayat kesehatan mereka dan dinyatakan positif COVID-19 melalui tes swab PCR.
Para peneliti menemukan orang yang usianya lebih tua jauh lebih mungkin terinfeksi COVID-19 lebih lama daripada orang yang usianya lebih muda. Long Covid ini juga bisa mempengaruhi kesehatan sekitar 10 persen orang yang berusia 18-49 tahun, dan meningkat hingga 22 persen pada pasien yang usianya di atas 70-an.